GEMBALA YANG BAIK, SEBUAH PENCARIAN JATIDIRI PEMIMPIN*
0leh: Lius Mario Lombu
Katekis Paroki St. Teresia Bongsari Kota Semarang
Pengantar
Sebagai seorang pemimpin
rabi (guru), Yesus sering menggunakan perumpamaan-perumpamaan karena melalui
cara ini para murid dan pengikut-Nya lebih mudah menangkap makna ajaran-Nya.
Injil Yohanes tentang gembala yang baik menggambarkan hubungan antara gembala
dengan domba-dombanya memiliki dua makna. Pertama, Yesus adalah gembala
(pemimpin) yang baik dengan segala sifat-sifat kepemimpinan-Nya yang
menyelamatkan kawanan domba (orang yang dipimpin) baca= masyarakat. Kedua,
sebagai tuntunan atau teladan bagi para pengikut-Nya yang diberi talenta
sebagai pemimpin untuk dapat menjadi pemimpin.
Pemimpin sejati masuk
melalui pintu. Pintu kandang yang dibukakan, bermakna jalan masuk melalui
proses yang benar dan pemberian kepercayaan dari pemberi mandat kepada seorang
pemimpin. Sementara orang yang masuk tidak melalui pintu yang disebut pencuri
dan perampok adalah pemimpin semu yang melewati jalan yang salah dan berniat
mencuri. Mereka memiliki misi, motif dan cara yang menyimpang untuk kepentingan
diri sendiri, bukan untuk orang-orang yang dipimpin.
Harapannya bahwa melalui
Orientasi Orang Muda Katolik, yang diselenggarakan Kementerian Agama Bimas
Katolik Provinsi Jawa Tengah, para peserta mendapat tambahan bekal (sangu)
minimal bercermin pada kepemimpinan Yesus (Gembala yang Baik) di tengah
ambruknya kepemimpinan di zaman ini. Karena setiap manusia pada hakekatnya
seorang pemimpin, terutama untuk diri sendiri dan keluarganya sebelum menjadi
pemimpin untuk orang lain di sekitarnya atau pemimpin suatu organisasi, dan
memimpin negara.
A. a. Contoh nyata: Gembala/pemimpin yang
Baik dan yang Berakhir Tragis
Seorang pemimpin, ia bisa
menjadi orang yang berbahaya karena memiliki ide tunggal yang akan berakibat
pada pengaruh yang negatif dan positif. Sudah ada banyak contoh dari pengaruh
kepemilikan satu ide ini seperti Yosef Stalin ,
dll. Sedangkan Contoh yang positif adalah Mahatma Gandhi, Ibu Teresa, dan lain-lain. Dan yang lebih agung
dan mulia adalah Tuhan Yesus Kristus. Yang jelas menjadi seorang gembala/pemimpin ada resikonya tetapi semuanya itu harus di jalani,
agar kita dapat mempengaruhi orang dengan pandangan yang positif.
b. Mengapa terjadi penyimpangan?
Para pemimpin perlu menyadari penyebab penyimpangan dan mencegahnya:
- Kelaliman, kekerasan dan uang untuk menegakkan kekuasaan menyebabkan jatuhnya suatu pemerintahan.
- Kecongkakan dibenci baik oleh Tuhan maupun manusia. Permulaan kecongkakan adalah meninggalkan Tuhan serta menjauhkan hati dari pada-Nya.
- Kekuasaan yang mutlak adalah kerabat dekat korupsi
B. GEMBALA/Pemimpin yang Mumpuni
-Visioner
Karakteristik
pemimpin paling penting yang membedakannya dengan non pemimpin adalah kejelasan
tujuan yaitu menetapkan sebuah visi. Dengan demikian visi adalah prasyarat
utama seorang pemimpin disebut pemimpin. ”Orang yang tidak memiliki arah yang jelas dalam hidupnya
masuk dalam kategori orang liar (Ams 29:18). Orang liar artinya orang
yang hidup tanpa visi. Gambaran orang yang hidup tanpa visi gampang sekali
diombang ambingkan oleh rutinitas kehidupan. Mereka memandang waktu ini sebagai
sesuatu yang berjalan secara siklus bahkan dengan obsesi hidup
“mumpung”. Mumpung saya sebagai gembala/pemimpin. Ini kesempatan, dsb. Oleh karena itu perlu sekali untuk
menetapkan visi pribadi kita sebagai respons terhadap anugerah keselamatan yang
Tuhan berikan yang sekaligus mengarahkan kaki kita untuk melakukan pekerjaan
baik dari Allah (lih. Ef 2:10).
Jika kita
melihat defenisi tentang visi, maka yang menarik adalah perpaduan yang harmonis
dari ketiga element yang interdependen dan tidak bisa dipisahkan yaitu:
1. Allah : Kehendak dan beban dari Allah. intervensi
Allah dalam visi manusia membuat visi itu eksklusif dan ini bukan berarti kita
lebih superior dan menutup diri terhadap orang lain. Tetapi visi tersebut melibatkan
Allah yang memanggil, maka seorang pemimpin memanifestasikan panggilan Allah
itu dalam setiap profesi
2. Diri kita. Talenta dan kapasitas yang Allah berikan.
3. Lingkungan: kebutuhan Zaman yang Allah tunjukkan.
Dengan demikian hidup ini pun menjadi bermakna dan manusiapun dapat berjuang
dalam hidup ini untuk mencapai visinya.
-Pengorbanan
Seorang pemimpin seharusnya melahirkan pengorbanan, hidup yang agung, konkrit dan berani, sebagaimana terdapat banyak tokoh dalam Kitab Suci yang berani mengorbankan segala sesuatu demi panggilan Allah. Misalnya Nehemia dalam menjalankan panggilan Allah, ia harus melewati empat proses kepemimpinan yaitu:1. Menerima Panggilan Allah. Menjadi pemimpin yang meresponi panggilan Allah harus berani untuk meninggalkan posisi aman atau area-area teraman kita yaitu karier, kedudukan dan lain-lain, dan memfokuskan diri pada tugas dan panggilan Allah. Sedangkan tokoh di zaman ini misalnya Muder Teresa, dll merupakan contoh yang terbaik, yang rela meninggalkan semua area teraman yang dimiliki untuk menjalankan tugas besar dari Allah. Oleh karena itu kepemimpinan Kristiani adalah kepemimpinan yang dimulai dan hanya dimulai dengan panggilan dari Allah.
2. Menggumuli
Panggilan Allah : Air Mata Pemimpin. Mereka dalam menggumuli panggilan Allah dapat diekspresikannya lewat doa dan
tangisan. Hal ini menunjukkan keseriusannya dalam menjalankan tugas besar ini. Mereka merupakan pemimpin yang empati artinya ia menempatkan dirinya pada posisi
bangsa yang
dituntun dan turut merasakan penderitaan mereka. Doa dan air mata
selalu menunjukkan level keseriusan komitment pemimpin. Dengan demikian visi mereka
hari demi hari dapat di pertajam.
3. Mengkonkritkan pangilan Allah: Idealis, namun Realistis. Mereka bukanlah tipe orang yang hanya berdoa saja, tetapi ia mengaktualisasikan doanya dengan membangun rencana yang strategis. Mengapa demikian? Karena perencanaan memiliki tempat yang penting dalam hidup manusia. Mereka memiliki strategi yang khusus dalam mewujudkan perencaannya. Oleh karena itu mereka menjadi pemimpin besar karena visi yang Tuhan berikan dicapainya dengan membangun perencanaan yang strategis. 4. Menjalani Panggilan Allah. Dalam menjalani panggilan Allah, gembala/pemimpin selalu menghadapi berbagai halangan dan tantangan. Memang benar dalam menjalani panggilan Allah itu bukan hal yang mudah dan sepele. Panggilan Allah selalu menuntut pengorbanan dan ada harga yang harus dibayar. Jika tokoh tersebut tadi berhasil dalam kepemimpinannya maka kitapun dipanggil untuk berhasil asalkan kita selalu mengikuti empat proses ini yaitu menerima Panggilan Allah, Manggumuli Panggilan, Mengkonkritkan panggilan itu serta menjalani panggilan itu dengan tekun.
3. Mengkonkritkan pangilan Allah: Idealis, namun Realistis. Mereka bukanlah tipe orang yang hanya berdoa saja, tetapi ia mengaktualisasikan doanya dengan membangun rencana yang strategis. Mengapa demikian? Karena perencanaan memiliki tempat yang penting dalam hidup manusia. Mereka memiliki strategi yang khusus dalam mewujudkan perencaannya. Oleh karena itu mereka menjadi pemimpin besar karena visi yang Tuhan berikan dicapainya dengan membangun perencanaan yang strategis. 4. Menjalani Panggilan Allah. Dalam menjalani panggilan Allah, gembala/pemimpin selalu menghadapi berbagai halangan dan tantangan. Memang benar dalam menjalani panggilan Allah itu bukan hal yang mudah dan sepele. Panggilan Allah selalu menuntut pengorbanan dan ada harga yang harus dibayar. Jika tokoh tersebut tadi berhasil dalam kepemimpinannya maka kitapun dipanggil untuk berhasil asalkan kita selalu mengikuti empat proses ini yaitu menerima Panggilan Allah, Manggumuli Panggilan, Mengkonkritkan panggilan itu serta menjalani panggilan itu dengan tekun.
-Kualifikasi Eksklusif
Seorang
gembala/pemimpin dalam level dan agama apapun harus memiliki yang
namanya Visi, Integritas, Stamina, Wawasan dan lain-lain. Kita
sedikit b oleh berbangga, jika dilihat dari ciri-ciri ini,
apakah yang dapat membuat gembala/pemimpin
Kristianin itu istimewa? St. Paulus memberikan
kualifikasi yang sangat akurat dalam suratnya I Timotius 3 dan Titus 1. Namun itu belum
menjadi jaminan cirri eksklusif pemimpin Kristiani. Jika demikian apa yang menjadi keunikan, keistimewaan pemimpin Kristiani? Kepemimpina Kristiani bukan soal
kedudukan, kuasa dan control melainkan “KELEMAHAN”. Gembala/pemimpin Kristiani yang merasa diri pandai, kuat,
superior, tidak akan dapat dipakai oleh Allah sebagai alat untuk menyatakan
kuasa Allah, bahkan dapat menjadi penghambat kita menerima kasih karunia Allah.
Tetapi, jalan pemimpin Kristiani adalah downward
mobility yang berakhir pada salib (belajar dari kepemimpina Yesus yang
berakhir pada salib). Kepemimpinan yang rela dipimpin oleh Allah ketempat yang
kita tidak ingin tuju, yang penuh air mata dan penderitaan. Kepemimpinan sangat membutuhkan penyerahan diri total kepada Allah untuk
dapat memahami dan mencapai kehendak-Nya. Mengapa kita harus menyerahkan diri
total kepada Allah? Karena semua kapasitas yang kita miliki sebagai pemimpin
berasal dari Allah, titipan Allah yang akan di pertanggungjwabkan kepada Allah.
D. L. Moody dalam doanya pernah berkata: “ Dunia akan melihat apa yang mampu
Allah lakukan tatkala seseorang berserah secara total kepada Allah. Dengan
anugrah-Nya, saya ingin menjadi orang tersebut.
-Integritas
Integritas berbicara keutuhan dalam seluruh aspek hidup, antara perkataan dan perbuatan harus seimbang. Integritas berbeda dengan etika dan moralitas. Etika adalah standar tentang apa yang benar, salah dan jahat. Etika ada pada level teoritika. Sedangkan moralitas adalah tindakan aktual tentang mana yang benar, salah dan jahat. Moralitas ada pada level praktika. Sedangkan integritas sendiri adalah integrasi etika dan moralitas. Semakin keduanya terintegrasi semakin tinggi level integritas yang ada.
Integritas merupakan modal utama seorang pemimpin. Integritas juga merupakan fondasi untuk membangun rasa percaya.
Integritas berbicara keutuhan dalam seluruh aspek hidup, antara perkataan dan perbuatan harus seimbang. Integritas berbeda dengan etika dan moralitas. Etika adalah standar tentang apa yang benar, salah dan jahat. Etika ada pada level teoritika. Sedangkan moralitas adalah tindakan aktual tentang mana yang benar, salah dan jahat. Moralitas ada pada level praktika. Sedangkan integritas sendiri adalah integrasi etika dan moralitas. Semakin keduanya terintegrasi semakin tinggi level integritas yang ada.
Integritas merupakan modal utama seorang pemimpin. Integritas juga merupakan fondasi untuk membangun rasa percaya.
Kehidupan pemimpin
seharusnya adalah kehidupan yang transparan. Tidak ada sesuatupun yang
disembunyikan atau ditakuti. Semakin luas pengaruh seseorang semakin besar pula
transparansi dan akuntabilitas yang harus ia tunjukkan. Dengan demikian, gembala/pemimpin Kristiani adalah orang-orang yang sangat
mengasihi dan menghargai Allah, diri sendiri dan orang lain.
-Menghindari Arogansi
Kesombongan merupakan penyakit arogansi. Penyakit ini dapat menyerang
siapa saja tanpa memandang statusnya. Biasanya penyakit ini paling banyak
diderita oleh para pemimpin. Ada tiga penyebab utama kesombongan pemimpin yaitu
Kuasa, persepsi umum dan Perlakuan khusus, paralelisme dalam masyarakat
Jawa istilah ini dengan 3TA, tahTa, harTa dan waniTa.
Kesombongan itu
adalah dosa yang sangat serius dan sentral. Dosa ini muncul pada saat seseorang merasa dirinya lebih dari orang lain.
Karena pada saat seseorang merasa dirinya sama dengan orang lain maka tidak ada
yang perlu disombongkan. Tetapi jika seseorang merasa diri lebih dari segala
hal dari orang lain maka itu awal dari kesombongan. Ini sulit untuk dideteksi karena munculnya begitu cepat dan terjadi dalam
diri manusia
-Kerendahan Hati
Kerendahan
hati merupakan hal yang langka dalam diri pemimpin-pemimpin dewasa ini. Bahkan lebih parah lagi, dunia pun tidak memberikan apresiasi sedikitpun
tentang kerendahan hati. Rendah hati diidentikkan dengan kelemahan dan
kerugian. Oleh karena itu dunia menuntut kuasa, kekuatan, otoritatif bahkan
operasi dengan prinsip sekuler.
Kahadiran Yesus menampilkan prinsip gembala/pemimpin yang berbeda dengan prinsip sekuler. Gembala/pemimpin menurut Yesus diidentikkan dengan anak
kecil, artinya yang tidak berdaya, dan sangat tergantung pada orang lain.
Kehadiran Yesus hendak memperkenalkan dan menghadirkan prinsip kepemimpinan
yang lebih utama, seturut teladan kehidupan Allah tritunggal yaitu kerendahan
hati yang didasari oleh Allah Bapa, dicontohkan oleh Anak Allah dan
dimungkinkan oleh Roh Kudus.
Kerendahan hati ala
Yesus ini diadopsi oleh orang-orang dunia dalam kepemimpinannya seperti Paus
Yoh. Paulus II, Muder Teresa bahkan Mahatma Gandi, dan memberi arti bahwa seorang pemimpin seharusnya rendah hati dalam hal
tidak sombong, cenderung pemalu, menunaikan tugas dengan diam-diam tanpa cari
perhatian dan pujian dari orang lain, berani menerima kegagalan tanpa
mempersalahkan orang lain, bekerja untuk kepentingan umum bukan diri pribadi. Hal inipun pernah disuarakan oleh Lao Tzu bahwa :
“Syarat menjadi seorang pemimpin adalah kerendahan hati.”
C.
Gembala/Pemimpin yang di Damba
1.
Jujur
Dalam setiap
survai, kejujuran lebih sering dipilih dibandingkan dengan ciri khas kepemimpinan
apapun lainnya. Ini secara konsisten muncul sebagai suatu unsur yang paling
penting dalam hubungan pemimpin (gembala dan domba). Jelas sekali, kalau kita
bersedia mengikuti seseorang-apakah ke medan pertempuran atau suatu rapat
tertentu, ke dalam rumah yang gelap, ke suatu kantor, atau ke garis depan-,
kita mula-mula ingin meyakinkan diri kita bahwa orang itu layak mendapatkan
kepercayaan kita. Konsistensi antara kata-kata dan perbuatan merupakan sarana
yang kita pergunakan untuk menilai apakah seseorang jujur.
2. Menantang
Proses
Setiap gembala/pemimpin
yang terbaik
selalu melibatkan jenis tantangan. Apapun tantangannya, semua kasus melibatkan
perubahan dari statusquo. Tidak ada satu orang pun yang menyatakan telah
melakukan yang terbaik secara pribadi dengan terus mempertahankan banyak hal
tetap sama. Singkatnya, semua pemimpin menantang proses. Pemimpin adalah pelopor,- orang yang
bersedia melangkah ke luar dan memasuki apa yang belum diketahui. Mereka
bersedia mengambil resiko, melakukan inovasi dan percobaan supaya bisa
menemukan cara yang baru yang lebih baik untuk melakukan banyak hal.
Sumbangan utama
pemimpin adalah dalam mengenali gagasan yang baik, dukungan kepada gagasan itu,
dan kesediaan menantang sistem supaya bisa mengaplikasikan dan mewujudkan
gagasan itu.
3.
Mengilhamkan Wawasan Bersama (Inspirator) tetapi bukan NATO
Gembala/pemimpin
mengilhamkan wawasan bersama. Mereka melayangkan pandangan ke seberang
cakrawala waktu, membayangkan kesempatan menarik yang disediakan setelah mereka dan peserta
mereka sampai pada tujuan yang jauh ini. Pemimpin mempunyai hasrat supaya
sesuatu terjadi, untuk mengubah cara banyak hal terjadi, menciptakan sesuatu
yang tidak ada seorang pun pernah menciptakannya sebelumnya. Tapi ingat: orang
yang tidak punya pengikut/peserta bukanlah pemimpin. Orang baru akan mengikuti
setelah mereka menerima wawasan pemimpin sebagai wawasan mereka sendiri. Supaya
bisa mengajak orang lain mempunyai wawasan, pemimpin harus mengenal peserta
mereka dan bicara dalam bahasa mereka. Dengan demikian peserta tahu bahwa
pemimpin memahami kebutuhan mereka. Dan inilah ciri khas seorang gembala.
4.
Memungkinkan Orang Lain Bisa Bertindak (Kaderisasi-Regenerasi)
Gembala/pemimpin
teladan menarik dukungan dan bantuan semua orang yang harus membuat kegiatan
berjalan. Dengan satu cara, pemimpin melibatkan mereka yang harus hidup dengan
hasilnya, dan mereka memungkinkan orang lain bisa melakukan pekerjaan dengan
baik. Mereka memungkinkan orang lain bisa bertindak. Pemimpin tahu bahwa tidak
ada seorang pun yang melakukan apa yang terbaik bagi dirinya kalau dia merasa
lemah, tidak cakap, atau terasing; mereka tahu orang yang diharapkan aktif
harus mempunyai rasa kepemilikan. Pemimpin tidak menimbun kekuasaan, tetapi mendelegasikannya. Pemimpin
dengan bangga bicara mengenai kerjasama tim, kepercayaan, dan pemberdayaan
sebagai unsur pokok upaya mereka.
5.
Menjadi Penunjuk Jalan=Tut Wuri Handayani
Pemimpin berjalan
terlebih dahulu. Mereka memberikan contoh dan membina komitmen melalui tindakan
sehari-hari yang sederhana, yang menciptakan kemajuan dan momentum. Pemimpin
menjadi penunjuk jalan melalui contoh pribadi dan pelaksaanaan yang penuh
pengabdian. Supaya ia bisa menjadi penunjuk jalan secara efektif, pertama-tama
ia harus jelas terhadap prinsip bimbingannya. Ia harus bisa membela
kepercayaannya. Akan tetapi perbuatan pemimpin jauh lebih penting daripada
kata-kata mereka, dan harus konsisten dengan kata-kata mereka.
6. Mendorong Hati (motivator)
Usaha mendaki ke
puncak berat dan lama. Orang jadi kehabisan tenaga, frustasi dan kehilangan
semangat. Mereka sering tergoda untuk menyerah. Pemimpin mendorong hati peserta
mereka untuk jalan terus. Tindakan kepedulian yang sesungguhnya bisa
meningkatkan semangat dan menarik orang ke depan. Misalnya apabila seorang berhasil
dalam satu tugas tidak ada salahnya diberikan ganjaran yang sepantasnya. Dalam
banyak kasus, pemimpin bukan hanya memberikan dorongan kepada orang lain, akan
tetapi harus juga dapat memberikan dorongan kepada dirinya sendiri untuk terus
bertahan dan berusaha untuk melayani dengan sebaik-baiknya.
Jadi, Kejujuran+Menantang proses+ Mengilhamkan Wawasan Bersama
(Inspirator) tetapi bukan NATO+ Memungkinkan Orang Lain Bisa Bertindak
(Kaderisasi-Regenerasi)+ Menjadi Penunjuk Jalan=Tut Wuri Handayani+ Mendorong
Hati (motivator) hasilnya KREDIBILITAS dan akan berbuah menjadi ATTITUDE (lihat hirakhi attitude 100%)
Akhirnya, saya dan
Anda mengatakan mimpi menjadi nyata terhadap seorang gembala/pemimpin. Kalau
orang melihat bahwa gembala/pemimpin mereka memiliki kredibilitas mereka akan
bisa:
- bangga mengatakan kepada orang lain bahwa mereka bagian dari umat, Gereja, masyarakat atau Negara
- bangga mengatakan kepada orang lain bahwa mereka bagian dari umat, Gereja, masyarakat atau Negara
-
memiliki rasa semangat Pro Ecclesia et Patria
-
memandang nilai-nilai pribadi mereka konsisten dengan
nilai-nilai Gereja dan Negara.
-
merasa berhubungan dan berkomitmen nasionalis.
-
mempunyai rasa memiliki rasa handarbeni pada Gereja dan Negara
Kredibiltas adalah atribut yang susah diperoleh. Dan itu adalah kualitas
manusia yang sangat rapuh. Ini diperoleh menit demi menit, jam demi jam, hari
demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun. Tetapi ini bisa hilang
dengan sekejap kalau tidak dipelihara (lihat pemimpin semu).
Kesimpulan
Jadi, sebagai gembala/pemimpin yang baik menyadari dan
melakukan bahwa pemimpiun adalah gembala dan orang-orang yang dipimpin adalah
domba-domba yang ada dalam kandang. Pemimpin sejati masuk melalui pintu
menggembalakan domba-domba ke padang rumput, sedangkan gembala/pemimpin semu
masuk dengan memanjat tembok untuk mencuri dan merampok. Yesus adalah pintu itu
sendiri, siapa yang masuk melalui Dia akan memperoleh keselamatan, mempunyai
kehidupan dan mempunyainya dalam kelimpahan. Pemimpin/gembala sejati mengenal,
merasa memiliki dan bertanggungjawab atas orang-orang yang dipimpinya. Pemimpin
semu adalah orang upahan yang tidak mau kenal dan tidak merasa memiliki serta
tidak bertanggungjawab atas orang yang dipimpinnya. Pemimpin sejati rela
mengorbankan nyawanya bagi orang yang dipimpinnya. Pemimpin semu tidak memiliki
motivasi untuk berkorban, kecuali karena upah yang diterimanya. Pemimpin sejati
tidak hanya bermanfaat bagi orang-orang yang dipimpinya, tetapi juga bagi orang
lain melalui keteladanannya. Pemimpin semu tidak hanya menyengsarakan orang,
tetapi juga mendatangkan malapetaka bagi orang lain.
Model penggembalaan
yang mana saya kembangkan atau gaya kepemipinan seperti apa yang anda mau
kembangkan? Beberapa hal diatas sekiranya dapat menjadi acuan. Terimakasih,
Berkah Dalem, Amin.
=========================
-
Diberikan sebagai materi pembinaan Orang Muda
Katolik se-Jawa Tengah pada Pembinaan Orientasi Remaja Katolik pada tanggal 08-11 Mei di Hotel Beringin
Salatiga.
-
Herman Musakabe “Roh Kepemimpinan Sejati”, Jakarta, Maret 2004
-
Dari berbagai sumber