GERAKAN KAUM MUDA

Kekeringan Spiritual Meluas
Kaum Muda Jadi Agen Perubahan

Sydney, minggu - Paus Benediktus XVI mengingatkan kaum muda tentang meluasnya kekeringan spiritual yang mengiringi kemakmuran modern. Paus juga menantang kaum muda untuk menyingkirkan kerakusan dan sinisme demi menciptakan era harapan baru bagi umat manusia.”Dalam begitu banyak masyarakat kita, berdampingan dengan kemakmuran material, kekeringan spiritual menyebar: kehampaan, ketakutan, dan rasa putus asa,” kata Paus saat memimpin misa yang dihadiri sekitar 350.000 orang di arena pacuan kuda Royal Randwick, Sydney, Australia, Minggu (20/7). Misa tersebut menutup rangkaian Hari Pemuda Sedunia yang berlangsung selama enam hari. Gereja Katolik berharap Hari Pemuda Sedunia bisa merevitalisasi kaum muda dunia tatkala pemujaan terhadap konsumtivisme dan individualisme menggerogoti hidup mereka. Paus mengingatkan agar kaum muda menghindari kedangkalan, apatisme, dan kesenangan diri yang mematikan jiwa dan meracuni hubungan antarmanusia. Energi kaum muda, kata Paus, sangat diperlukan untuk menguatkan kembali dunia. Selama empat hari kunjungannya di Australia, Paus terus- menerus mengingatkan soal bahaya kerakusan manusia dan dampaknya terhadap kerusakan lingkungan. Paus juga menyerukan kepada para pemimpin agama di dunia untuk bersatu melawan pihak-pihak yang mengancam dunia dengan kejahatan dan kekerasan yang tidak pandang bulu.
Kepada kaum muda, Paus mengingatkan agar mereka menjauhi kebebasan yang disalahartikan. Kaum muda perlu menengok kembali nilai-nilai agama yang membantu mereka membangun hidup di atas fondasi yang kuat.

Religius hingga metal
Hari Pemuda Sedunia tahun ini diisi dengan berbagai kegiatan doa dan hiburan. Sebanyak 165 konser, mulai dari musik religius, metal, jazz, hingga rap, memeriahkan acara yang dihadiri sekitar 250.000 pemuda dari seluruh dunia, termasuk Indonesia.”Ini sangat menarik. Beberapa negara asal para peserta sedang dilanda konflik, tetapi mereka tetap hadir di sini. Mereka menunjukkan bahwa mereka percaya kepada Tuhan, sama seperti orang lain, dan hanya cara seperti ini yang bisa membantu perdamaian,” kata Taylor Law (19) asal Galveston, Texas, AS. Ribuan orang menghabiskan malam sebelumnya dengan berkemah di sekitar arena pacuan kuda. Mereka mengadakan pesta daging panggang dan konser. Sebagai penghormatan kepada penduduk asli setempat, sekelompok penari dari negara-negara pulau di Pasifik selatan tampil di hadapan Paus. Saat kedatangannya, Paus juga disambut oleh suku Aborigin. Namun, Hari Pemuda Sedunia tahun ini dibayangi oleh kasus pelecehan seksual oleh sejumlah pastor di Australia. Paus, Sabtu, untuk pertama kalinya meminta maaf secara pribadi atas penderitaan yang dialami para korban. Oleh perwakilan korban, permintaan maaf itu dinilai tidak cukup. Broken Rites, yang mewakili korban, mengatakan, ada sekitar 107 pengakuan pelecehan seksual oleh para pastor, tetapi sangat sedikit yang diajukan ke pengadilan. Juru bicara Vatikan, Federico Lombardi, mengatakan, ada kemungkinan Paus akan menemui para korban sebelum kembali ke Vatikan, Senin ini, seperti yang dilakukan Paus dalam kunjungan di AS. Paus mengumumkan bahwa Hari Pemuda Sedunia berikutnya akan diselenggarakan di Madrid, Spanyol, tahun 2011. Hari Pemuda Sedunia digagas mendiang Paus Yohanes Paulus II tahun 1986 untuk mendekatkan kembali kaum muda yang mulai menjauhi gereja di tengah berkembangnya sekulerisme di dunia Barat. (ap/afp/reuters/fro)

Zaman Baru di Kegersangan Spiritual
Kerisauan terhadap menyusutnya nilai-nilai spiritual, khususnya di kalangan kaum muda, sesungguhnya telah cukup lama kita dengar. Hari Minggu (20/7) lalu kita mendengar lagi peringatan ini dari Paus Benediktus XVI saat berpidato pada penutupan pertemuan Hari Pemuda Sedunia yang dihadiri 350.000-an orang di Sydney, Australia. Paus mengingatkan kaum muda akan bahaya kekerasan dan materialisme zaman modern, dan menyerukan kaum muda untuk membangun ”zaman baru”, di mana ada harapan yang akan membebaskan kita dari kedangkalan, apati, dan tak peduli orang lain yang mematikan jiwa dan meracuni hubungan kita. Dalam pertemuan enam hari, yang juga dihadiri 26 kardinal dan lebih dari 400 uskup, Paus (81) menyerukan kepada kaum muda agar agama dikembalikan ke pusat semesta moral di tengah dunia yang semakin materialistis ini. Menurut penilaian Paus, di banyak masyarakat yang berdampingan dengan kemakmuran materiil, kegersangan spiritual meluas. Dalam ketiadaan Tuhan, apa yang tampaknya merupakan kecerdikan manusia dengan segera akan berubah menjadi ketololan, kerakusan, dan eksploitasi bagi diri sendiri.
Kita ingin menggarisbawahi peringatan Paus Benediktus XVI bahwa kemajuan fisik dan materi melahirkan kenyamanan dan kesenangan duniawi. Bagi orang muda, kemajuan itu bisa menjerumuskan karena kenikmatan yang tersaji di depan mata akan melemahkan jiwa, menurunkan semangat juang, yang justru amat dituntut dari kaum muda. Satu hal yang luput dari perhatian kaum muda boleh jadi fakta bahwa berbagai kenikmatan dalam lingkungan kerja, tersedianya pelbagai komputer dan peranti lain, adalah hasil kerja inovasi yang membutuhkan ribuan jam kerja oleh banyak periset. Hal yang sama juga bisa dikatakan untuk kemajuan di bidang transportasi, dan bahkan kenyamanan dan hiburan di rumah. Kalau kaum muda hanya sekadar mau menikmati dan melupakan kerja kerasnya, ke depan, selain tidak terbiasa bekerja tekun, mereka juga hanya akan terbiasa dengan hiburannya. Lebih buruk lagi jika manusia kehilangan dimensi spiritualitas.
Tidak mengherankan kalau dari sini lalu lahir jiwa- jiwa yang tidak memiliki kepekaan, tidak mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk, dan semata berorientasi pada pemuasan kesenangan diri sendiri.Zaman baru yang diharapkan Paus tentunya adalah zaman yang berbeda dengan orientasi di atas.

Tidak ada komentar: