ARTIKEL PARIWISATA

STRATEGI PENGEMBANGAN GOA MARIA KEREP AMBARAWA SEBAGAI KAWASAN WISATA ROHANI DI KABUPATEN SEMARANG

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Berdasarkan Undang-undang Kepariwisataan Nomor 9 tahun 1990, disebutkan bahwa keadaan alam, flora dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan; bahwa kepariwisataan mempunyai peranan penting untuk memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta memupuk rasa cinta tanah air, memperkaya kebudayaan nasional dan memantapkan pembinaannya dalam rangka memperkukuh jati diri bangsa dan mempererat persahabatan antar bangsa;

Dalam rangka pengembangan dan peningkatan kepariwisataan, diperlukan langkah-langkah pengaturan yang semakin mampu mewujudkan keterpaduan dalam kegiatan penyelenggaraan kepariwisataan, serta memelihara kelestarian dan mendorong upaya peningkatan mutu lingkungan hidup serta objek dan daya tarik wisata. Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

Berdasarkan pengertian tersebut maka wisata rohani dapat diartikan wisata rohani adalah kegiatan perjalanan atau sebagaian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk melakukan kegiatan religius dan menikmati daya tarik obyek wisata dan atau wisata rohani. Maka dalam hal ini wisata rohani dapat disejajarkan dengan mendukung dari usaha pemerintah terebut. Oleh sebab itu Keukupan Agung Semarang, yang selama ini telah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menumbuhkan bahkan menggairahkan kunjungan ke wisata rohani dapat kategorikan dalam usaha mendukung usaha pemerintah.

Jawa Tengah memiliki setidaknya 6 tempat Goa Maria, masing mempunyai ciri khas masing-masing sesuai dengan karakter dan lokasi dimana Goa Maria tersebut berada. Ketujuh Goa Maria tersebut adalah Goa Maria Kerep Ambarawa, Goa Maria Rosa Mystica Tuntang, Goa Maria Besokor Kabupaten Kendal, Goa Maria Sendang Ratu Kenya Wonogiri, Goa Maria Mojosongo Surakarta, dan Goa Maria Sendang Srinigsih Wedi Klaten. Bila melihat masing-masing Goa Maria tersebut, sebenarnya ada potensi untuk dijadikan obyek wisata rohani (religius tourism), namun demikian sampai saat ini keberadaan Goa Maria digunakan sebatas sebagai tempat untuk berdoa.

Setiap setahun dua kali umat Katolik mempunyai tradisi mengunjungi tempat-tempat Goa Maria yaitu pada buan Mei dan Oktober, bahkan pada masa tertentu seperti Natal atau Paskah umat tidak sedikit yang mengunjungi tempat tersebut. Ada pula yang karena mempunyai maksud tertentu, misalnya karena menjelang ujian sekolah. Atau ada yang ketika akan melangsungkan perkwainan. Bahkan pengambilan foto untuk undangan atau keperluan dalam pernikahan di lakukan di Goa Maria. Hal ini menjadi potensi yang baik dalam mengembangkan Goa Maria sebagai obyek wisata rohani.

Bila melihat jumlah kunjungan untuk masing-masing Goa Maria sangat menggembirakan, sebagai mana data beriktu ini. Data tersebut di hitung berdasarkan rata-rata kunjungan dalam satu bulan yaitu dengan cara memperkirakan jumah pengunjung pada saat ada event (Novena) setiap minggu kedua. Dan jumlah kunjungan setiap hari dibagi 30 hari.

No

Goa Maria

Jumlah Pengunjung

1

Goa Maria Kerep Ambarawa

516

2

Goa Maria Rosa Mystica Tuntang

143

3

Goa Maria Besokor Kabupaten Kendal

271

4

Goa Maria Sendang Ratu Kenya Wonogiri

194

5

Goa Maria Mojosongo Surakarta,

245

6

Goa Maria Sendang Srinigsih Wedi Klaten

163

Gb. 1 Jumlah Kunjungan Wisatawan

Melihat tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke Goa Maria cukup tinggi, dari keenam Goa Maria di Jawa Tengah yang paling banyak dikunjungi adalah Goa Maria Kerep Ambarawa di Kabupaten Semarang. Maka penulis menjadikan tempat tersebut sebagai obyek penelitian.

B. RUMUSAN MASALAH

  1. Bagaimanakah kondisi fisik, alam, sosial, ekonomi, agama, dan budaya di wilayah Goa Maria Kerep Ambarawa ?
  2. Bagaimanakah peluang pengembangan Goa Maria Kerep Ambarawa dapat menjadi suatu kawasan obyek wisata rohani di Kabupaten Semarang ?
  3. Faktor apa saja yang dapat direkomendasikan untuk pengembangan Goa Maria Kerep Ambarawa sebagai kawasan wisata rohani ?

C. DASAR DAN KERANGKA TEORITIK

1. Lima Pendekatan Pariwisata

a. Pendekatan Advocacy.

Pendekatan ini mendukung pariwisata dan menekankan keuntungan ekonomis dari pariwisata. Potensi pariwisata bisa dipakai untuk mendukung macam-macam kegiatan ekonomi, menciptakan lapangan kerja baru, memperoleh devisa yang dibutuhkan bagi pembangunan.

b. Pendekatan Cautionary.

Mereka yang mendukung pendekatan ini menekankan bahwa pariwisata dapat mengakibatkan banyak kerugian (disbenefits) dalam berbagai aspek sosial-ekonomi, seperti menimbulkan lapangan kerja musiman dan kasar (rendahan), mengakibatkan kebocoran devisa, menyebabkan komersialisasi budaya, serta menyebabkan berbagai macam konflik.

c. Pendekatan Adaptancy.

Karena dua pendekatan sebelumnya saling bermusuhan, maka muncul pendekatan baru yang menyadari bahwa pariwisata rnempunyai unsur positif maupun negatif. Pendekatan ini disebut pendekatan adaptancy. Dalam Pendekatan ini menyebutkan bahwa pengaruh negative pariwisata dapat dikontrol dengan mencari bentuk lain perkembangan pariwisata dari yang selama ini sudah dikenal secara umum, atau dengan menyesuaikan pariwisata dengan daerah tujuan wisata. Cara berfikir baru ini berdasarkan pandangan bahwa alam dan budaya dapat digabungkan dalam satu konteks. Maka pendekatan ini mengusulkan strategi seperti pembangunan pada Skala kecil, pariwisata yang terkontrol, pariwisata yang dapat bertahan lama (sustainable), pariwisata dengan cara menikmati kehidupan masyarakat setempat, dan pariwisata yang berkaitan dengan ekologis (eco-tourism). Pendekatan ini menyadarkan akan bahayanya pariwisata massa (mass tourism). Oleh karena itu, pendekatan ini mengusulkan beraneka ragam bentuk alternative untuk mengembangkan pariwisata.

d. Pendekatan Developmental.

Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan adaptancy. Pendekatan ini menganggap bahwa pariwisata dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat tuan rumah dan peka akan selera masyarakat tuan rumah tersebut. Dapat dipercaya bahwa perkembangan tersebut sebetulnya mempengaruhi pilihan wisatawan terhadap daerah tujuan wisatanya dan demikian pula cara kehidupan mereka di daerah tujuan wisata, atau bentuk alternative pariwisata ini mengurangi jurang pemisah antara hak dan tanggung jawab dari tamu, tuan rumah, dan perantaranya.

e. Pendekatan Knowledge-Based.

Dari keempat pendekatan di atas, hanya diperoleh pandangan yang terpisah-pisah tentang pariwisata. Untuk memahami pariwisata perlu juga dipelajari pariwisata secara menyeluruh sebagai suatu system. Pendekatan ini disebut knowledge-based atau pandangan yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Dengan memanfaatkan beberapa hal yang positif dan negative dari semua pandangan di atas, pendekatan ini menggunakan pandangan yang sistematis terhadap pariwisata. Selain pendekatan ini juga menganggap bahwa pariwisata adalah bidang penelitian yang multidisciplinary dan cenderung menerapkan teori dan metode dari berbagai bidang pengetahuan sebagai landasan nya.

2. Kebutuhan Bertourisme

Sesungguhnya apa yang membuat industri tourisme diinginkan orang?. Dan atau mengapa dalam jaman modern ini industri pariwisata dapat menjadi besar? Jawabnya ada tiga: (a) panampilan eksotis dari pariwisata, (b) keinginan akan kebutuhan orang akan hiburan waktu senggang dan hiburan rohani, dan (c) kepentingan politis untuk perluasan kesempatan kerja dan peningakatan pendapatan. (d) dalam kaitan wisata rohani merupakan kebutuhan orang beragama sebagai perwujudan hubungan dengan sang Khalik.

a. Eksotisme Pariwisata.

Hampir semua industri memilih untuk mengidentifikasikan produksinya sebagai sesuatu yang eksotis (sesuatu yang lain, khusus, spesial). Eksotisme yang ditawarkan pada intinya ingin menggiring orang ke dalam. suatu bentuk penjelajahan, petualangan atau penemuan baru. Dalam setiap perjalanan wisata selalu terselip pesan: “sebuah petualangan untuk menemukan dunia baru” Pernandangan yang indah saja mungkin tidak eksotis. tetapi pemandangan yang indah dimana wisatawan dapat bersantai dan kemudian beristirahat dan makan di sebuah rumah makan yang unik bahkan beristirahat tidur di rumah tradisional adalah hal yang eksotis. Eksotisme juga dapat berupa kebiasaan atau tradisi yang sudah hilang dan direkonstruksi kembali.

Pariwisata tidak akan pernah hidup tanpa adanya sebuah eksotiame yang ditawarkan. Persoalannya kemudian “bukan apa yang ekasotis” sehingga bisa dijual sebagai produk, melainkan “bagaimana menciptakan eksotisme” sehingga bisa layak dijual sebagai sebuah produk.

b. Hiburan Waktu Senggang (keluar dari rutinitas) dan Hiburan rohani

Hiburan waktu senggang berpangkal dari prinsip bahwa “orang butuh untuk keluar dari dunia rutinitas hidup monoton sehari-hari”. Dengan kata lain bahwa “waktu senggang” dapat berarti sebagai waktu senggang yang sesungguhnya atau yang diciptakan. Sehingga hiburan (leisure) tidak harus dilakukan pada waktu yang benar-benar luang, tetapi dapat setiap hari dimana orang merasa dirinya “tidak bekerja” dengan tujuan untuk pengembalian energi yang berkurang karena bekerja. Jadi “leisure” yang ditawarkan sebagai produk pariwisata, sesungguhnya adalah kebutuhan baru yang diciptakan dengan membangun “image” atau “citra”. bahwa orang perlu berwisata untuk memperoleh kembali ”energi”, atau “kesegaran” yang telah hilang dari dirinya karena untuk bekerja. Selain itu dalam kaitan dengan hidup rohani, waktu tersebut juga dapat dipakai sebagai sarana untuk melihat kembali seluruh proses kehidupan yang telah dijalani dan merancang untuk kehidupan masa yang akan datang

c. Kepentingan politis dan rohani

Bagi suatu daerah, industri pariwisata merupakan peluang yang tidak dapat dilepaskan begitu saja. Pariwisata telah tumbuh sebagai industri yang sangat menguntungkan dan memiliki prospek yang sangat cerah dikemudian hari bagi sebuah pembangunan. Secara politis telah disadari oleh pemerintah bahwa pariwisata adalah peluang bisnis untuk menyumbang devisa, penciptaan lapangan kerja, Penciptaan kesempatan berusaha, menumbuhkan kebudayaan dan kesenian, dan juga sebagai upaya mengasah atau membina rasa hormat dan cinta tanah air bagi wisatawan domestik. dengan kata lain, pariwisata dikembangkan tidak semata-mata sebagai sektor tunggal melainkan terintegrasi dengan berbagai aspek kehidupan budaya, sosial, politik dan ekonomi masyarakat. Dalam kaitan dengan rohani, obyek wisata rohani juga dapat digunakan sebagai sarana pengenalan obyek kepada masyarakat terhadap suatu agama tertentu sehingga menumbuhkan semangat toleransi dan kebersamaan.

C. KAJIAN TEORI

Kawasan Goa Maria Kerep Ambarawa selama ini dikenal sebagai tempat untuk ziarah bagi umat beragama Katolik, meskipun umat beragama lain pun ada yang berkunjung ke tempat ini. Khususnya umat beragama Protestan, tidak jarang mereka juga mengunjungi tempat ini, selain berdoa juga melihat obyek yang ada di kawasan Goa Maria Kerep Ambarawa. Tidak ketinggalan juga beragama lain, meski hanya sekedar mengagumi keunikan, keindahan, kebersihan atau bahkan sekedar menikmati suasana yang damai atau kesejukan udara di sekitar taman Goa Maria Kerep Ambarawa.

Berdasarkan sejarah dan pengelolaan yang telah berlangsung sekian lama, maka terdapat peluang untuk dapat mengembangkan Goa Maria sebagai obyek wisata yang lebih luas lagi tidak sekedar sebagai tempat doa atau tempat ziarah umat Katolik. Meski untuk dapat melangkah ke sana diperlukan studi dan penelitian yang lebih mendalam. Maka untuk itu diperlukan hal-hal yang mendukung dan menghambat apabila kawasan tersebut dijadikan kawasan obyek wisata rohani. Maka dalam kajian teori ini akan dibahas tentang tiga hal yaitu ciri-ciri khas industri Pariwisata, unsur-unsur destinasi dan modal kepariwisataan.

1. Ciri-ciri khas Industri Pariwisata

Ciri-ciri khas industri pariwisata menurut JJ Spillane (1994) meliputi : (1). Produk pariwisata tidak dapat disimpan, (2). Permintaan akan produk pariwisata sangat tergantung pada musim (highly season), (3). Permintaan dipengaruhi oleh faktor luar dan pengaruh yang tidak dapat atau sulit diramalkan (unpredictable influences), (4). Permintaan tergantung pada sejumlah motivasi yang rumit. Sebagian besar wisatawan jarang ada unsur loyalitas, mereka lebih cenderung mengunjungi tempat yang bebeda tiap kali berwisata. Oleh karena tiap lokasi wisata harus berfokus pada sebagian (segment) dari seluruh pasar wisata. (5). Pariwisata sangat elastis akan harga dan pendapatan. Permintaan terhadap produk wisata sangat dipengaruhi oleh perubahan dalam harga dan pendapatan. Artinya kalau harga atau pendapatan naik atau turun, maka perubahan tersebut sangat mempengaruhi konsumsi jasa-jasa pariwisata.

Pasar pariwisata dapat dibagi dalam bermacam-macam segi. Oleh karena itu pariwisata sering disebut sebagai industri yang sangat bersegmentasi dan meliputi dalam jumlah yang besar dalam bentuk yang bebeda. Salah satu faktor yang menentukan sukses dari daerah tujuan wisata tertentu untuk menarik jumlah besar dari wisatawan adalah kemampuannya untuk memberi jenis pariwisata yang sangat diminati oleh wisatawan. Hal itu sangat tergantung dari sumber daya (resources base). Misalnya daerah yang memiliki keunggulan komparatif iklim yang baik, tetapi ada juga karena keramahan penduduk sekitar.

Dalam industri pariwisata, kita menghadapi produk yang hidup ( a living product) dari suatu destinasi. Walau ada usaha untuk memuaskan kebutuhan wisatawan, tetapi lingkungan fisik, sosial dan budaya setempat tetap di lindungi. Yang dibutuhkan untuk berwisata adalah waktu, uang, sumber daya dan motivasi. Yang penting adalah bahwa perbandingan orang berwisata seara internasional, 90% dari keseluruhan wisatawan adalah pariwisata domestik.

Jika ingin meningkatkan arus wisatawan, maka sektor pariwisata harus ditangani secara serius dan profesional sesuai dengan karakter bisnis. Secara teoritis ada lima ciri khas yang menonjol dalam bisnis jasa yaitu (1). Sifatnya tanwujud/takberwujud (intangible), (2). Sulit diukur standar kualitasnya, (3). Proses produksi dan konsumsi bersifat simultan, (4). Produk tidak dapat disimpan dan (5). Karena sifatnya tanwujud maka pembeli jasa tidak memperoleh sesuatu dari transaksinya dengan si penjual jasa.

Produk industri pariwisata adalah invisible, yaitu jasa. Oleh karena itu penekanannya adalah pelayanan. Maka pelayanan itu harus disesuaikan kebutuhan manusia. Selain kebutuhan untuk bersenang-senang atau dalam hal wisata rohani, kebutuhan untuk memperoleh pengalaman rohani, mereka juga membutuhkan makan, minum, tidur dan kebiasaan-kebiasaan hidup lainnya. Oleh karena itu starting pointnya pariwisata adalah pelayanan. Pelayanan adalah indikator utama tingkat keprofesionalan. Yang penting dipahami adalah dengan bervariasinya bidang kepariwisataan, maka masing-masing bidang menuntut cara pelayanan yang berbeda-beda.

2. Unsur-unsur Destinasi

Menurut JJ Spillane, SJ (1994), suatu obyek wisata (destinasi) meliputi lima unsur penting yaitu attractions, facilities, infrastructure, transportation, dan hospitality.

a. Attractions (hal-hal yang menarik perhatian para wisatawan)

Attractions merupakan pusat dari industri pariwisata. Bila dilihat dari pengertiannya yaitu mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Tujuan utama (primary destination) adalah tempat atau lokasi yang sangat menarik perhatian wisatawan dan merupakan obyek utama dari perjalanan mereka. Suatu lokasi utama biasanya dapat memuaskan kebutuhan atau minat wisatawan selama beberapa jam, hari atau lebih lama lagi. Sedangkan tujuan sekunder (stopover destination) adalah tempat yang menarik atau perlu dikunjungi ketika sedang menuju ke primary destination. Tempat semacam ini hanya memuaskan wisatawan beberapa jam saja.

Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat biasanya tertarik pada suatu lokasi karean ciri-ciri khas tertentu, seperti keindahan alam, iklim atau cuaca, kabudayaan, sejarah, etnic atau accessibility (kemudahan mencapai tempat tersebut). Berikut penjelasan berkaitan dengan motivasi tersebut.

Berkaitan dengan keindahan alam, ada beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan yaitu: (1). dari pihak wisatawan tidak perlu pengeluaan biaya, (2).keberagaman (variety) di suatu daerah biasanya merupakan sesuatu yang menambah daya tarik dan dapat dipakai sebagai bagian pokok dari promosi.

Iklim atau cuaca merupakan tema pemasaran yang paling umum sebagai dasar promosi suatu daerah wisata, sesudah didirikan beberapa attractions pariwisata yang cocok. Kegiatan rekreasi biasanya dilaksanakan di tempat yang mempunyai kombinasi keindahan alam dan iklim. Jenis rekreasi biasanya ditentukan oleh daerah di sekitarnya. Promosi daerah akan brhasil jika didasarkan pada fasilitas rekreasi yang beragam (variety) bukan hanya satu saja.

Tentang kebudayaan, biasanya tiap daerah mempunyai suatu kebudayaan yang unik. Dalam kaitan dengan budaya ini, faktor yang paling menarik wisatawan adalah perbedaan antara kebudayaan wisatawan dengan kebudayaan yang dikunjungi. Sumber daya historis juga merupakan hal penting yang dapat dijadikan daya tarik wisata apalagi terdapat garis atau hubungan dengan tempat tinggal.

Kemampuan untuk mencapai suatu tempat tujuan juga merupakan faktor penting. Beberapa daerah wisata tertentu sangat populer karena cukup dekat atau mudah dikunjungi dari daerah kota besar. Accesbility dapat diukur menurut waktu, biaya, frekuensi dan kesenangan. Tetapi ada juga daerah yang menjadi attractions justru karena jauh atau sulit dicapai.

Walaupun tiap faktor harus diperhatikan, suatu daerah yang mempunyai keungulan komparatif dalam penawaran yang luar biasa dengan salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor ini akan sangat menguntungkan bila attractions cenderung berlokasi dekat atau cluster. Hal ini dapat dijelaskan dengan alasan, pertama, wisatawan ingin melaksanakan lebih dari satu kegiatan. Kedua, clustering memungkinkan satu tempat tujuan memuaskan selera kebutuhan banyak orang. Untuk tujuan primary destination (tujuan utama wisata) sangat baik jika menuju tampat yang clustering.

Peristiwa-peristiwa khusus atau events dapat dikembangkan untuk beberapa alasan. Misalnya dalam rangka mencari dana, merayakan hari libur, perayaan hari raya keagamaan, musim tertentu, peristiwa historis, menyediakan pengalaman pendidikan, atau memberikan rasa bangga pada komunitas tertentu. Suatu events dapat mengkombinasikan beberapa atau semua alsan ini.

b. Fasilitas

Walaupun attractions menarik wisatawan dari tempat tinggalnya, namun fasilitas dibutuhkan untuk melayani mereka selama perjalanan atau dalam obyek wisata. Fasilitas cenderung berorientasi pada attractions disuatu lokasi karena fasilitas harus terletak dekat dengan pasarnya. Fasilitas cenderung mendukung, bukan mendorong pertumbuhan dan cenderung berkembang pada saat yang sama atau sesudah attractions. Suatu attractions juga dapat merupakan fasilitas.

Selama tinggal di tempat yang jauh dari rumah, wisatawan harus tidur, makan dan minum. Penyediaan fasilitas penginapan dengan jumlah dan kualitas yang cocok sangat penting untuk mensukseskan suatu destinasi. Jenis fasilitas penginapan yang tersedia pada pokoknya ditentukan oleh ciri-ciri khas segment pasar pariwisata yang hendak dijaring dengan fasilitas yang lengkap. Jenis fasilitas penginapan yang tersedia juga ditentukan oleh persaingan pasar yang sama, jenis angkutan yang dipakai wisatawan.

Proporsi terbesar dari pengeluaran wisatawan biasanya di pakai untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum. Banyak daerah sukses dengan menyediakan menu-menu yang cocok dan asli dari daerah tersebut. Selain itu, ada kebutuhan akan support industries, yaitu penyediaan fasilitas untuk wisatawan selain penginapan, makanan dan minuman. Hal ini termasuk souvenir atau tool : duty-free, tempat cuci pakaian, pemandu, tempat festival dan fasilitas rekreasi.

Support indutries dapat berhubungan dengan kebutuhan dasar atau hiburan. Untuk industri pariwisata support industries cenderung menjadi bisnis kecil. Bisnis kecil dapat positif atau negatif. Positif, jika bisnis kecil dapat berkembang, maka distribusi keuntungan dari pariwisata menjadi lebih merata dalam masyarakat di sekitarnya. Negatif, karena bisnis kecil kurang modal dan ketrampilan yang diperlukan untuk menawarkan pelayanan berkualitas tinggi pada wisatawan.

Support industries harus terletak yang mudah dicapai oleh wisatawan. Jumlah dan jenis fasilitas dapat ditentukan berdasarkan kebutuhan wisatawan. Ada dua teknik yang dipakai untuk meyakinkan perkembangan yang efektif dari support industries, yaitu (1) Undang-undang tentang zoning (pemakaian tanah) dan peraturan tentang penyelenggaraan perusahaan, (2). Pemilikan atau kontrol lewat leasing dari fasilitas kepada wiraswastawan individual.

c. Infrastruktur

Attractions dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua kontruksi di bawah dan di atas tanah dari suaru wilayah atau daerah. Termasuk di dalamnya adalah sistem pengairan, jaringan komunikasi, kesehatan, terminal pengangkutan, sumber energi, sistem pembuangan kotoran, jalan raya dan sistem keamanan.

Memang ada kritik bahwa pariwisata terlalu tergantung pada infrastruktur yang sudah berkembang. Akan tetapi ada beberapa destinasi tertentu khususnya yang baru ditemukan atau diperkenalkan dapat memenuhi kebutuhan wisatawan tanpa sistem infrastruktur yang sempurna. Semakin lama ketika tempat tujuan menarik, makin banyak wisatawan, akan mendorong perkemabangan infrastruktur. Dalam banyak kasus yang lain, hal sebaliknya yang berlaku. Perkembangan infrastruktur perlu untuk mendorong perkembangan pariwisata.

Infrastruktur di daerah tujuan wisata sebenarnya dinikamati atau dipakai baik wisatawan maupun rakyat setempat, maka kalau infrastruktur ditingkatkan, ada keuntungan bagi penduduk setempat. Perkembangan infrastruktur hampir selalu merupakan tanggung jawab pemerintah. Pemenuhan infrastruktur adalah salah satu cara untuk menciptakan suasana yang cocok bagi perkembangan pariwisata.

d. Transportasi

Beberapa masalah penting untuk diperhatikan dalam hal transportasi :

1). Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal dan pelayanan pengangkutan lokal ke tempat tujuan.

2). Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk mencegah pengambilan barang bawaan oleh orang yang tidak dikenal.

3). Sistem informasi harus menyediakan data tentang pelayanan pangangkutan lain yang dapat dihubungi

4). Tenaga kerja yang cukup tersedia untuk membantu para penumpang.

e. Keramahtamahan (hospitality) dan Keamanan

Wisatawan sedang berada pada lingkungan yang belum dikenal, maka kepastian atau jaminan mengenai keamanan sangat penting. Situasi yang kurang aman mengenai makanan, air atau perlindungan polisi memungkinkan wisatawan menghindari berkunjung ke suatu lokasi. Kebutuhan dasar akan keamanan harus dipertimbangkan dan disediakan supaya calon wisatawan aman sebelum dan selama perjalanan dan liburan. Selain keamanan dan keramahtamahan, wisatawan juga membutuhkan suasana dimana dia merasa diperhatikan dan disukai serta patut untuk diberi pelayanan yang baik.

3. Modal Kepariwisataan (Tourism Asset)

Modal Kepariwisataan juga disebut juga sumber kepariwisataan (tourism resources). Suatu daerah dapat menjadi tujuan wisata kalau kondisinya sedemikian rupa, sehingga ada yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut dengan modal kepariwsataan. Modal kepariwisataan mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata, sedangkan atraksi wisata sudah harus komplementer dengan motif perjalanan wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah harus berpedoman apa yang dicari oleh wisatawan. Modal atraksi yang menarik wisatawan ada tiga yaitu alam, kebudayaan dan manusia itu sendiri.

Atraksi wisata mempunyai dua fungsi yaitu sebagai penangkap wsiatawan dan penahan wisatawan. Seperti candi Borobudur dan Prambanan adalah penangkap wisatawan, sedangkan Kute adalah contoh penahan wisatawan, karena jarang sekali wisatawan berkunjung lebih dari satu kali datang untuk mengagumi.

a. Modal dan potensi alam

1). Mereka tertarik oleh kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di alam terbuka

2). Mereka tertarik untuk berwisata jangka pendek pada akhir pekan atau masa liburan, sekedar untuk menikmati pemandangan atau suasana pedesaan atau kehidupan di luar kota.

3). Mereka tertarik pada alam karena kesunyian dengan tujuan dapat istirahat untuk memulihkan kondisi fisik dan phsikisnya.

4). Mereka tertarik pada alam karena keperluan studi (karya wisata)

b. Modal dan Potensi Budaya.

Budaya disini dalam arti yang luas, meliputi adat istiadat dan segala kabiasaan hidup yang lain. Jadi meliputi semua act dan artifact. Modal budaya ini penting sebagai pemandangan lain atau ganti pemandangan bagi wisatawan. Wisatawan tamasya hanya tinggal lama di suatu tempat jika masih ada pemandangan lain. Penting bagi suatu destinasi untuk mengembangkan peristiwa khusus (special event). Menurut L Spector (dalam Soekadijo, 1997) “suatu peristiwa khusus ditambah dengan lokasi dan promosi yang tepat sama dengan pengembangan pariwisata yang sukses.”

c. Modal dan Potensi Manusia.

Yang dimaksud dengan modal dan potensi manusia adalah manusia segai atraksi atau daya tarik wisata. Dalam arti yang positif, kebiasaan atau perilaku masyarakat setempat (in situ) merupakan daya tarik tersendiri dan mendatangkan tokoh atau penyanyi terkenal (ex situ) adalah bentuk lain dari modal dan potensi manusia sebagai atraksi.

D. TUJUAN DAN SASARAN

1. Mendiskripsikan kondisi fisik, alam, sosial, ekonomi, agama dan budaya di wilayah sekitar Goa Maria Kerep Ambarawa.

2. Memberikan gambaran tentang peluang pengembangan Goa Maria Kerep Ambarawa menjadi suatu kawasan obyek wisata rohani di Kabupaten Semarang.

3. Memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Goa Maria Kerep Ambarawa menjadi suatu obyek kawasan wisata rohani.

E. LOKASI STUDI

Studi ini mengambil lokasi di Goa Maria Kerep Ambarawa Kabupaten Semarang. Ditinjau sari aspek wisata dan berdasarkan pengamatan lapangan, Goa Maria Kerep Ambarawa secara fisik, alam, budaya, sosial, ekonomi dan agama dapat dikembangkan sebagai destinasi baru yaitu obyek wisata rohani/spiritual. Studi ini lebih jauh akan memberikan rekomendasi yang perlu diprioritaskan berdasarkan pertimbangan variabel-variabel utama pengembangan suatu destinasi pariwisata.

F. VARIABEL PENELITIAN

Untuk memberikan pertimbangan kelayakan suatu lokasi sebagai suatu destinasi pariwisata,diperlukan variabel-variabel yang saling berkaitan meliptui lokasi, daya tarik wisata, tingkat aksesbilitas, jasa wisata, dukungan masyarakat, motif berwisata, publikasi dan kebijakan publik.

G. SUMBER DATA

Berbagai sumber data yang akan dimanfaalkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Responden.

Ada dua metode dasar untuk memperoleh data dari responden, yaitu komunikasi dengan responden dan observasi terhadap responden. Komunikasi dengan responden merupakan hal yang utama, karena kebutuhan informasi studi ini berkaitan dengan data tentang karakteristik obyek studi. Sedangkan observasi terhadap responden dilakukan pula untuk melengkapi dan memantapkan data yang diperoleh melalui komunikasi dengan responden.

2. Situasi analogis

Di sini mencakup studi tentang kasus (case study) dan disainnya mencakup penyelidikan secara intensif terhadap situasi yang relevan dengan situasi permasalahan. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi yang komprehensif dari kasus dan merumuskan pemahaman yang lebih baik dari obyek dan variabel yang sedang di teliti.

3. Data sekunder

Yang dimaksudkan adalah data yang sudah ada dan dapat diklasifikasikan sebagai data internal yaitu data yang datang dari dalam organisasi sendiri, dan data eksternal yaitu data yang datang dari luar organisasi seperti publikasi pemerintah, jurnal, buletin, buku, surat kabar ataupun dari data sindikasi (syndicated data).

H. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Sesuai dengan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif dan jenis sumber data yang digunakan, maka beberapa teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah:

1. Wawancara.

Teknik wawancara dilaksanakan secara luwes, terbuka, akrab dan penuh kekeluargaan. Kelonggaran cara ini mampu mengorek dan menangkap kejujuran informan untuk menemukan informasi sebenarnya.

2. Observasi.

Teknik ini merupakan salah satu cara yang cukup baik untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, meskipun hanya bersifat partisipasi pasif (Spradley, 1980), karena peneliti tidak terlibat atau berperan langsung dalam kegiatan sebenarnya. Observasi ini dilakukan secara formal maupun tidak formal untuk mengamati berbagai peristiwa dan kondisi obyek.

3. Mencatat dokumen.

Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data yang telah terdokumentasi dan berkaitan dengan aktivitas pengelolaan aset di lokasi atau obyek yang diteliti serta aktivitas masyarakat yang relevan dengan kegiatan pengembangan obyek wisata.

I. Teknik Cuplikan

Dalam penelitian kuantitatif teknik sampling lebih ditujukan untuk menarik generalisasi dan populasi. Sedangkan penelitian kualitatif lebih bersifat purposive sampling, dimana peneliti lebih cenderung untuk memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya sebagai sumber data yang mantap dan mengetahui permasalahan secara mendalam. Teknik cuplikan semacam ini lebih tepat disebut internal sampling. Dalam menentukan informan yang tepat, ditentukan atas dasar informasi formal maupun informal. Dalam hal ini dilakukan penjajagan terlebih dahulu untuk menghindari adanya informan ganda dengan fungsi yang berbeda.

Informan secara tepat akan membantu peneliti agar secepatnya dan seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks setempat (Lincoln & guba 1985). Kecuali itu, informan yang dipilih secara tepat berfungsi untuk membantu menjangkau informasi untuk bertukar pikiran, atau untuk membandingkan suatu informasi yang diperoleh dari informan lain (Bogdan dr Biklen, 1984). Mengingat pentingnya informan, rnaka dalam pelaksanaan pemilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan.

J. Validitas Data

Validitas atau keabsahan data merupakan faktor panting dalam penelitian, oleh karena itu perlu pemeriksaan data sebelum analisis dilakukan. Ada beberapa teknik pemeriksaan data yang dipergunakan untuk meningkatkan atau mengetahui validitas data, seperti triangulasi, review informan, member check, menyusunan data base, dan penyusunan semua mata rantai bukti penelitian.

Untuk menguji validitas data dipergunakan triangulasi. Denzin membedakan adanya empat macam, triangulasi yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori (Moleong, 1989). Dalam penelitian ini akan dipergunakan triangulasi sumber. Dilakukan dengan membandingkan: 1) data hasil observasi dengan data wawancara, 2) apa yang dikatakan informan di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, 3) apa yang dikatakan orang dalam situasi penelitian dengan apa yang dikatakan orang sepanjang waktu, 4) keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pandangan orang yang berlatar belakang berlainan, dan 5) hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan (Patton, 1980):

K. Teknik Analisis

Dalam proses analisis terdapat tiga komponen utama yang harus dipahami dan diperhatikan setiap peneliti, yaitu: reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Sutopo, 1990). Sedangkan analisisnya mengunakan model analisis dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama tersebut. Aktivitas interaktif dilakukan selama proses pengumpulan data, dimana peneliti membuat reduksi dan sajian data.

Setelah pengumpulan data selesai, maka peneliti bergerak lagi diantara tiga komponen itu. Apabila peneliti merasa kurang mantap terhadap kesimpulannya, karena ada kekurangan dalam reduksi dan sajian data, maka peneliti dapat menggalinya dalam field note. Proses analisis interaktif dapat ditunjukkan dalam bagan di bawah ini (Lihat Gambar 2). Perlu dijelaskan pula di sini, bahwa secara keseluruhan pola pemikiran studi ini bersifat empirico inductive (Kirk and Miller, 1986).




L. KERANGKA TEORITIK


M. DAFTAR PUSTAKA

Lugberg, Donald E, Manik, dkk. 1997. Ekonomi Pariwisata, Jakarta, Gramnedia.

Freddy Rangkuti, 1999. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta. Gramedia.

Kinnier, Thomas C. Dan James R. Taylor. 1992. Riset Pemasaran. Alih Bahasa Yohanes Lamarto. Jakarta. Erlangga.

Kirk, Jerome and Mare L. Miller. 1984. Reliability and Validity in Kualitatif Research. Beherly Hills: Sage Publication.

Spillane, JJ. 1994. Pariwisata Indonesia. Yogyakarta. Kanisius.

Sujali. 1989. Geografi Pariwisata dan Pariwisata Yogyakarta. Fakultas Geografi UGM.

Suratman. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta. J&J Learning.

UU No. 9 Tahun 1990. Tentang Kepariwisataan

Yoety, AC.A. 1989. Pemasaran Pariwisata. Bandung. Angkasa.

Tidak ada komentar: