BUNGA RAMPAI
KARYA TULIS ILMIAH
GURU AGAMA KATOLIK
“MENGHADAPI TREND PENDIDIKAN ABAD 21”
DITERBITKAN OLEH
LEMBAGA PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN AGAMA KATOLIK
PROVINSI JAWA TENGAH
Tembalang Pesona Asri M/19 Semarang telp. 024.70559042
Email: forumgurukatolik@gmail.com
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kepada Tuhan, bahwa penerbitan bunga rampai “Menghadapi Trend Pendidikan
Abad 21” akhirnya berhasil, penerbitan Bunga Rampai ini melalui proses yang
panjang dan bukan tanpa diskusi.
Pergulatan teman-teman Guru Agama Katolik di Jawa Tengah untuk
menerbitkan sebuah sarana menampung karya tulis
sudah dirintis sejak 3 tahun. Waktu itu diselenggarakan pembinaan Guru
Agama Katolik Tingkat SMA/K Negeri dan Swasta yang dilaksanakan pada tanggal
4-6 Oktober 2010 di BKK Jalan Supriyadi 37 Semarang.Pembinaan itu merupakan
kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan Bimas Katolik Jawa
Tengah.Dari pertemuan tersebut muncul gagasan untuk membuat Bulletin yang dapat
menampung karya tulis para Guru Agama Katoloik di Jawa Tengah dan sebagai ajang
komunikasi.Hal ini untuk merangsang guru-guru menulis, hal ini seiring dengan
tuntutan masa mendatang para guru yang dituntut bisa menulis seiring dengan
peningkatan kompetensi guru.
Proses
pergulatan dan dorongan dari Pembimas Katoliktelah membuahkan sebuah Buletin
yang diberi nama “FORGOD”. Terbit sekali
dan selesai.Namun demikian pergulatan teman-teman tidak berhenti.Dengan
dorongan terus menerus dari Pembimas Katolik yang berupa moral dan finansial,
maka semangat teman-teman tetap tumbuh.Dengan tertatih-tatih diselenggarakan
pertemuan, pengembangan ide dan tentu “omprongan” dari Pembimas yang selalu
membakar semangat.
Pertemuan-pertemuan
semakin mengerucut.Diputuskan untuk mendelegasikan 6 orang membuat makalah
ilmiah (karya tulis ilmiah), 2 Guru Agama Katolik SD, 2 Guru Agama Katolik SMP,
2 Guru Agama Katolik SMA.Makalah-makalah dipresentasikan dalam Orientasi Guru
Agama Katolik pada tanggal 26-29 Juni 2012 bertempat di Hotel Plaza
Semarang.Selesai dipresentasikan pemakalah mengolah kembali
karya-karyanya.Makalah-makalah yang sudah disempurnakan dilihat bersama-sama
oleh Pengurus Forum Guru Agama Katolik Jawa Tengah.Kemudian disempurnakan
kembali.Langkah terakhir sebelum diterbitkan telah direview terlebih dahulu
oleh Prof. Dr. Stevanus Budi Waluyo dari Universitas Negeri Semarang dan dosen
juga Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik St. Fransiskus Semarang.
Mengenai
judul “ Menghadapi Trend Pendidikan Abad 21”, didiskusikan bahwa arah
pendidikan saat ini lebih mengikuti arus globalisasi yang seolah-olah hanya
ikut trend yang ada, tidak menuju dan berpatokan pada sebuah system yang
dibakukan. Dengan demikian judul-judul karya tulis seperti serpihan-serpihan
sikap untuk menghadapi trend tersebut. Menghadapi trend tersebut misalnya perlu dipilih sikap peningkatan
kualitas pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas dan pengembangan
model-model pemebelajaran. Disisi lain diperlukan peningkatan kualitas guru
sendiri dengan pengembangan profesionalitas guru. Dari sisi siswa diperlukan
penanaman karakter yang tangguh, maka dengan pemberdayaan tempat-tempat ziarah
seperti Goa Maria yang tumbuh dimana-mana, pembinaan iman siswa dapat
dikembangkan. Pembinaan iman siswa yang bersinergi dengan pemberdayaan tempat
ziarah, akan lebih lengkap dengan pengembangan karakter berbasis kebudayaan,
dalam hal ini kebudayaan Jawa.
Maka
lengkaplah, kalau kita membaca bunga rampai ini.Menghadapi trend pendidikan
diperlukan pengelolaan kelas agar semakin efektif dengan penelitian tindakan
kelas.Peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran lewat pengembangan metode
pembelajaran dan pengembangan keprofesionalan guru yang
berkelanjutan.Pendidikan karakter anak dengan pembinaan iman kekatolikan dan
karakter anak yang berbasis kebudayaan.
Semoga
Tuhan selalau memberkati usaha kita. Amin
Semarang,
25 Agustus 2012
Pembimbing
Masyarakat Katolik
Kanwil
Kementerian Agama provinsi Jawa Tengah
Agustinus
Sukaryadi, S.Sos, S.Ag
MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MELALUI
METODE NARATIF EKSPERIENSIAL
KELAS V SD KALIBANTENG KULON 02 SEMARANG
Philipus Nerius Sutrisno
Guru SDN Kalibanten Semarang Kulon 02
ABSTRAK
Dalam
mempelajari Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar menurut Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), siswa diharapkan memiliki beberapa standar
kompetensi, antara lain pemahaman konsep, penalaran, komunikasi dan aspek
pemecahan masalah.
Pada tahun pelajaran 2009/ 2010 nilai rata-rata tes kemampuan pengetahuan
dan pemahaman Pendidikan Agama Katolik SD Kalibanteng Kulon 02 kelas V semester
II materi Roh Kudus banyak mengalami kekurangan dan masih ada siswa yang belum
tuntas belajar. Aktifitas anak dalam proses pembelajaran masih belum maksimal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui adanya peningkatan aktifitas dan seberapa besar jumlah siswa yang
tuntas belajar. Penelitian dilaksanakan dengan Metode Naratif Eksperiensial
pada materi pokok Roh Kudus kelas V SD Kalibanteng Kulon.Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus memuat perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan refleksi. Variabel penelitian adalah aktifitas dan prestasi
belajar. Data diambil dengan observasi dan tes dan divalidasi dengan analisis
deskriptif. . Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini untuk mendorong siswa berani
mengungkapkan pengalaman Kitab Suci sehingga menjadi pengalaman pribadi yang
bermakna. Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Bedasarkan obeservasi, keaktifan belajar siswa meningkat, pada siklus
I 70% dan siklus II 80,%. Sedangkan
nilai rata-rata prestasi belajar siswa
juga meningkat, Pada siklus I nilai rata-ratanya adalah 77,5 dengan
jumlah siswa yang tuntas belajar klasikal 75%, dan pada siklus II rata-rata
prestasi siswa mencapai 87,5 dan jumlah siswa yang tuntas belajar klasikal
adalah 100%.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa metode pembelajaran Naratif
Eksperiensial meningkatkan aktifitas belajar siswa dan dapat meningkatkan
jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya.
Kata Kunci :
meningkatkan, aktifitas, Prestasi belajar, Naratif Eksperiensial
PENDAHULUAN
Kurikulum di negara kita telah mengalami banyak perubahan
dan pengembangan. Kurikulum PAK (Pendidikan Agama Katolik) tahun 1994 telah
disusun dan dilengkapi dengan pencapaikan target yang jelas, materi pokok,
standart hasil belajar siswa dan proses belajar yang berkesinambungan. Namun
menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004, kurikulum PAK masih
dianggap sebagai kurikulum yang sangat minim, belum merangsang dan
mengembangkan kompetensi siswa.
Pada tahun 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi telah
dianggap sebagai kurikulum yang sangat tepat, karena telah mengembangkan
serangkaian keterampilan atau kemampuan dasar serta sikap yang dimiliki oleh
anak didik setelah dilatih melalui pengalaman belajar yang dilakukan secara
bertahap dan berkesinambungan. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi belum
diberikan ruang gerak yang leluasa bagi guru untuk merumuskan indikator hasil
belajar. Maka disusunlah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang yang
memberikan keleluasaan pada guru untuk merumuskan dan mengembangkannya.
Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditetapkan, sedangkan indikator
dan tujuan pemebelajaran merupakan tugas dalam mengembangkannya.
Alasan peneliti memilih SD Kalibanteng Kulon 02 Semarang,
karena terdapat beberapa permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian pada
siswa SD Kalibanteng Kulon 02. Permasalahannya adalah berdasarkan data hasil
perolehan prestasi belajar siswa SD Kalibanteng Kulon 02 materi Roh Kudus pada
tahun sebelumnya nilai pretasi belajar masih belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal. Materi Roh Kudus yang begitu abstrak merupakan materi yang sulit untuk
ditangkap dan dimengerti oleh siswa, sehingga
perlu disampaikan dengan metode yang cocok dan sesuai dengan kondisi
siswa. Keaktifan anak dalam hal kemandirian mengerjakan tugas, keberanian untuk
mengungkapkan pendapat, bertanya, maupun menyelesaikan tugas belum maksimal.
Berdasarkan alasan tersebut peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian di
SD Kalibateng Kulon 02 Semarang agar dapat meningkatkan aktifitas dan prestasi
belajar siswa.
Metode
pembelajaran yang dipandang cocok dalam pencapaian hasil belajar di sini adalah
metode Naratif Eksperiensial. Melalui cerita
pengalaman yang dijiwai oleh terang Roh Kudus dalam Kitab Suci akan menjadi
suatu pengalaman yang berarti dan mempunyai nilai-nilai keutamaan kristianani.
Anak diajak untuk menggumuli hidup dalam kehidupan nyata. Pengalaman ini akan
memberikan makna baru dalam terang iman. Dengan Metode Naratif Eksperiensial keaktifan
siswa akan ditingkatkan yaitu dalam hal kemandirian, mengerjakan tugas,
keberanian untuk mengungkapkan pendapat, bertanya, maupun menyadari peran Roh
Kudus dalam kehidupannya. Dengan demikian metode Naratif Eksperiensial akan
dapat meningkatan aktifitas dan prestasi
belajar siswa.
Beberapa
masalah yang mungkin muncul dalam penerapan metode naratif eksperiensial
adalah, apakah dengan metode naratif eksperiensial ini dapat meningkatkan
aktifitas dan jumlah siswa yang tuntas belajar materi pokok tentang Roh Kudus
pada siswa kelas V SD Kalibanteng Kulon
02 Semarang?
Untuk
memperoleh hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran diperlukan persiapan
perangkat mengajar dan langkah-langkah pembelajaran yang sistematis dan
terencana. Dengan persiapan, pemilihan metode yang tepat dan penentuan
langkah-langkah yang sistematis bertujuan untuk : Meningkatkan aktifitas dan
jumlah siswa yang tuntas belajar pada siswa kelas V materi Roh Kudus dengan
metode Naratif Eksperiensial.
Masalah pokok yang ingin dibahas dalam penelitian
tindakan kelas ini terfokus pada masalah seberapa besar metode naratif
eksperiensial menjadi salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan
aktifitas dan jumlah siswa yang tuntas belajar melalui proses pembelajaran di
kelas V SD Kalibanteng Kulon 02 Semarang dengan materi Roh Kudus.
Indikator
keberhasilan peneliti tindakan kelas ini, dapat dilihat dari beberapa kegiatan
yang dilakukan oleh guru dan siswa, selama proses pembelajaran berlangsung.
Indikator tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa di
kelas memenuhi target kriteria ketuntasan minimal (KKM) dalam pembelajaran PAK
yaitu 75.
2. Keaktifan klkasikal siswa dalam proses
pembelajaran pada materi pokok ”Roh Kudus” minimal 75 % dari jumlah siswa.
Kerangka Berpikir
Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Dalam tiap siklus
anak diberi kesempatan untuk bercerita dan sharing. Maka siswa akan semakin
diperkaya dengan mendengarkan cerita pengalaman hidup orang lain dan cerita
dari Kitab Suci.
Langkah
awal peneliti memberi tugas terstruktur dengan memberi pekerjaan rumah (PR)
kepada siswa untuk menuliskan sebuah cerita pengalaman hidup tentang peranan
Roh Kudus dalam hidupnya. Dengan pemberian tugas terstruktur ini dimaksudkan
agar siswa lebih siap dalam menerima dan mengikuti proses pembelajaran
selanjutnya.
Keaktifan siswa dapat
ditumbuhkembangkan dengan menerapkan metode naratif eksperiensial. Siswa diberi
kesempatan untuk mengungkapkan cerita pengalaman tentang peranan Roh Kudus
dalam kehidupannya. Denga mengungkapkan cerita, siswa diaktifkan untuk berani
menerapkan nilai keberanian dalam melakukan tindakan yang baik dengan bimbingan
Roh Kudus.
Siswa diaktifkan untuk mengerjakan LKS yang menyampaikan
cerita kanonik Peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk menanggapi dalam
bentuk menjawab pertanyaan dalam LKS, meringkas cerita, menceritakan kembali
dan menemukan contoh-contoh pengalaman hidup sesuai dengan materi.
Siswa dan guru membuat
rangkuman dari materi ajar. Keaktifan siswa dapat ditumbuhkan secara mandiri
melalui tatap muka, menagkap konsep, selanjutnya dengan metode naratif
eksperiensial keaktifan semakin meningkat, karena dapat mendengar pengalaman
hidup orang lain, dan dari Kitab Suci. Maka keaktifan dapat ditingkatkan dalam
siklus I, dan II serta refleksi. Dengan demikian keaktifan dan prestasi belajar
siswa dapat ditingkatkan.
Metode Naratif Eksperiensial
Dalam penghayatan iman, dibutuhkan bahan yang mampu
mengajak siswa SD mengungkapkan dan menyatakan iman, diarahkan pada perwujutan
iman dalam tindakan moral hidup sehari-hari (Jacob, 1992:99). Bahan ini
bukanlah bahan mati, dalam komunikasi iman, bahan menjadi mitra dialog yang
bersaksi. Supaya bahan menjadi mitra dialog yang hidup, menarik dan tidak
memaksa, maka bahan diolah dalam bentuk cerita. Dalam dialog terjadi komunikasi
iman yang hidup antara siswa dalam kelas sehingga melalui cerita, siswa mampu
mengekspresikan, mengungkapkan dan menyatakan iman dalam bentuk cerita
pengalaman.
Dengan demikian, dalam menyampaikan cerita, dibutuhkan
Metode yaitu Metode yang bersifat Naratif Eksperiensial. Berdasarkan pengertian
cerita, Metode yang bersifat naratif-eksperiensial adalah Metode cerita
pengalaman. Naratif berarti bahan diceritakan (narasi) sebagai mitra dialog
yang bersaksi mengenai pengalaman serta penghayatan iman (eksperiensi).
Komunikasi tersebut berawal dari dan menuju ke pengalaman dan penghayatan
(eksperiensi) sehari-hari siswa (Jacob, 1992:10-11).
Menurut Hofmann (1994:1), dalam kurikulum 1994 untuk
pendidikan agama Katolik di Indonesia digunakan Metode kegiatan komunikasi iman
yang bersifat ”naratif eksperiensial”. ”Naratif” berarti Metode tersebut
berdasarkan cerita, sedangkan kata ”Eksperiensial” menunjuk pada hubungannya
dengan pengalaman. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dengan Metode ”naratif-eksperiensial”
kita harapkan siswa akan memperoleh cerita yang berhubungan dengan pengalaman
sendiri.Pengertian di atas menjelaskan bahwa ”Naratif” adalah cerita, sedangkan
”Eksperiensial” adalah pengalaman. Maka Naratif Eksperiensial adalah cerita
pengalaman.
Metode komunikatif naratif-eksperiensial dapat digambarkan pada Gambar 1
Gambar 1: Bagan
Metode Naratif Eksperiensial
Berdasarkan bagan di atas menjelaskan bahwa, komunikasi
Naratif Eksperiensial dilakukan oleh guru dengan pertimbangan bahan masih harus
diolah dahulu agar proses komunikasi lebih terarah. Dalam proses komunikasi
ini, guru juga diharapkan memperhatikan bentuk, metode dan proses yang
disesuaikan dengan perkembangan dan situasi siswa. Guru juga hendaknya
menanamkan sikap-sikap terhadap masyarakat sekitar dan diajak untuk lebih
memperhatikan sesama. Dalam cerita yang terpenting adalah unsur naratif,
kemudian setelah cerita sungguh dipahami, dapat dicari hubungannya dengan
pengalamannya sendiri.
Metode Naratif Eksperiensial tidak langsung diarahkan
”hidup baik” namun memiliki tujuan supaya siswa-siswi memiliki cerita yang
menjadi bekal, sehingga dapat memampukan dirinya untuk mengatur hidupnya
sendiri (Komkat KWI, 1994:15). Cerita yang didengar oleh siswa tidak
semata-mata baik bagi pengalaman hidupnya melainkan siswa diharapkan mengolah
dan menyaring cerita serta menyikapi cerita untuk bekal hidupnya. Dengan
demikian, cerita sangat berperan penting dalam perkembangan iman anak untuk
mengkomunikasikan iman dan memotivasi siswa untuk belajar dalam mengikuti PAK
melalui Metode Naratif Eksperiensial.
Pada zaman dulu Yesus nampak sebagai pencerita yang
unggul maka ciri khas dari cerita adalah komunikasi. Cerita yang dipakai Yesus
adalah cerita Kanonis (Perjanjian Lama), cerita rakyat (Galilea) dan cerita
kehidupan. Melalui sudut pandang fungsional, banyak cerita disampaikan sebagai
perumpamaan. Oleh sebab itu, cerita dapat diapakai sampai sekarang dengan
menyesuaikan perkembangan hidup manusia. Di bawah ini beberapa macam cerita
yang diwariskan Yesus kepada kita, yaitu cerita Kanonis, cerita rakyat dan
cerita pengalaman.
Cerita
Kanonis adalah cerita yang termasuk daftar cerita Kitab Suci. Umumnya suatu
peristiwa disampaikan secara lisan dahulu dan diberi penafsiran oleh
tokoh-tokoh yang ada hubungannya dengan Allah. Misalnya dari Perjanjian Baru,
pendamping dapat menggunakan cerita mengenai Yesus memaklumkan Kerajaan Allah
lewat perumpamaan-perumpamaan. Kerajaan Allah adalah misteri. Allah hadir dan
bertindak menyelamatkan kita namun kita tidak dapat menangkap sepenuhnya dan Allah
tetap merupakan rahasia bagi kita. Kita sebagai pendamping hendaknya dapat
menceritakan sesuai dengan bahasa anak-anak dan usia perkembangannya. Dengan
demikian cerita kanonis adalah cerita yang paling berharga bagi Gereja yaitu
semua cerita yang terdapat dalam Kitab Suci (Hofmann, 1994:37). Zaman sekarang
kita dapat menggunakan cerita kanonis yang ada dalam Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru yang memiliki makna untuk mengembangkan iman.
Cerita
rakyat adalah cerita yang merupakan warisan dari kebudayaan yang diturunkan
dari nenek moyang. Biasanya yang masih memiliki cerita adalah orang tua yang
buta huruf di daerah terpencil. Pada zaman Yesus, cerita rakyat dari Galilea
dan cara Yesus berkomunikasi adalah melalui cerita yang mudah dimengerti oleh
rakyat dan seirama dengan agama dan filsafat yang diperoleh dari nenek moyang
(Komkat KWI, 1994:17). Namun saat ini cerita rakyat dapat berasal dari
asal-usul atau tempat kejadian di suatu daerah. Dalam menyampaikan cerita rakat
kepada anak-anak henadaknya mencerminkan kebijaksaan hidup bersama, yang paling
penting adalah pendamping memanfaatkan cerita rakyat sebagai cerita yang dapat
memperkembangkan hidup beriman anak. Selain itu menyiapkan pendamping untuk
menjadi pencerita yang baik dan mampu menyampaikan pesan lewat cerita. Dalam
buku pelajaran agama Katolik kurikulum 1994, cerita rakyat dapat bersifat
dongeng, mite, dan legenda.
Cerita
pengalaman adalah cerita nyata mengenai kehidupan seseorang atau pengalaman
hidup sendiri atau pengalaman orang lain, sesuatu yang sungguh-sungguh dialami
kemudian di dalamnya para pendengar dapat menemukan maknanya. Tujuan cerita
kehidupan adalah supaya anak dalam mengikuti pelajaran agama semakin mampu
menceritakan cerita mereka sendiri, cerita individual mereka, cerita keluarga
mereka, dengan membandingkan cerita rakyat dan cerita kanonis (Hofmann, 1994:
39-40). Cerita hendaknya disampaikan dengan penuh penghayatan sehingga tidak
membosankan anak-anak. Ide cerita harus disesuaikan dengan materi dan bahasa
yang sesuai dengan tingkatan umur anak.
Dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak suka mendengarkan
cerita sebelum tidur. Cerita yang disampaikan biasanya cerita yang berbentuk
dongeng. Cerita dapat berasal dari tradisi yaitu sebagian kebudayaan yang
diwariskan turun temurun secara lisan atau melalui gambar sebagai alat bantu
untuk memudahkan orang untuk mengingat isi cerita. Cerita yang berasal dari
tradisi lisan hanya mencakup cerita rakyat, teka-teki, peribahasa dan nyanyian
rakyat. (Danandjaja, 1984: 1-2, 5). Maka dari itu, Cerita dapat juga diartikan
sebagai laporan mengenai suatu peristiwa di mana terjadi ketegangan dan juga
kelegaan. Dalan cerita selalu terdapat tokoh-tokoh yang saling berhubungan.
Peristiwa yang diceritakan dapat sungguh-sungguh terjadi (historis) tetapi
dapat juga merupakan khayalan / fiktif (Komkat KWI, 1994:2).
Pengertian Cerita sangat dipentingkan dalam komunikasi
iman sehubungan dengan peristiwa-peristiwa nyata atau fiktif. Salah satu
kekuatan cerita adalah komunikasi lisan seturut dengan awal terjadinya cerita.
Cerita disampaikan secara lebih hidup, menarik dan membantu daya imajinasi
pendengar terhadap tokoh-tokoh, alur cerita dan latar belakang permasalahannya
sehingga pendengar mudah mengingat ceritanya
Digunakannya Metode naratif eksperiensial berarti orang
diajak untuk berdialog menentukan sikap sendiri melalui cerita. Maka dari itu,
orang zaman dahulu pada saat belum ada budaya tulis, mereka menyampaikan
hal-hal penting kepada orang banyak dan kepada keturunannya diungkapkan dalam
bentuk cerita. Mulai abad keempat setelah Yesus lahir, Kitab Suci sering
ditulis dengan huruf indah dan dilengkapi dengan lukisan berwarna yang dapat
dinikmati orang yang buta huruf. Cerita-cerita zaman dahulu oleh banyak orang
dikenal lewat gambar sebelum mereka mengenal belajar membaca. Gambar-gambar itu
diberi nama “Kitab Suci Kaum Kecil” karena pada waktu itu mereka masih buta
huruf. Setelah adanya buku murah, Kitab Suci tidak dikenal lagi sebab sumber
cerita yang hidup adalah teks. Maka dari itu untuk mengenal Kitab Suci, orang
harus belajar membaca sehingga buta huruf dianggap sebagai keterbelakangan
dalam hal agama (Hofmann, 1994: 28-29).
Zaman sekarang, orang mendapat informasi melalui radio
maupun televisi, namun dalam penyampaiannya masih bersifat uraian, pernyataan
atau kesimpulan sehingga banyak orang kurang minat menerima informasi lewat
televisi. Pada akhirnya yang banyak diminati banyak orang adalah cerita karena
segala bentuk cerita yang bervariasi dapat menyentuh dan mengesan untuk mata dan
telinga (Komkat KWI,1994: 7)
Langkah-langkah Pengajaran Metode Naratif Eksperiensial
Secara garis besar, langkah-langkah Metode Naratif Eksperiensial menurut
pegangan Guru PAK untuk SD (Komkat KWI, 1994) adalah sebagai berikut: Pertama
adalah penampilan cerita rakyat/ cerita kehidupan/ pengalaman
pribadi.Cerita ini
berfungsi sebagai sarana untuk membuka wawasan siswa terhadap situasi yang ada
di sekitar kehidupannya baik melalui cerita rakyat maupun peristiwa kehidupan
yang ada di sekitar lingkungannya.
Kedua adalah pendalaman cerita rakyat/ cerita kehidupan/ pengalaman
pribadi. Melalui cerita
yang ditampilkan, siswa diajak untuk mengenal, mengerti, memahami dan mendalami
isi cerita serta nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita tersebut. Ketiga adalah pandangan
dalam Terang Kitab Suci. Setelah siswa memiliki pemahaman terhadap
peristiwa kehidupan yang ada disekitarnya, siswa perlu diberi arah pemahaman
yang benar sebagai seorang kristiani dengan penampilan cerita Kitab Suci atau
Tradisi Gereja. Ke empat adalah Proses Pergumulan.Dalam proses ini siswa yang sudah memiliki konsep atau
pengalaman dari cerita rakyat/ kehidupan perlu memperoleh pigura yang sesuai
dengan iman kristiani mereka, maka pengalaman itu perlu dikonfrontasikan dengan
peristiwa yang terjadi di dalam Kitab Suci. Dengan demikian pengalaman/ nilai
yang terdapat dalam cerita rakyat/ kehidupan memperoleh makna baru setelah
direfleksikan dalam terang iman. Penginternalisasian makna yang baru inilah
menjadi kekuatan dalam penghayatan iman siswa sehari-hari.
Ke lima adalah Rangkuman.Rangkuman
dibuat dengan melibatkan siswa, dalam hal ini guru berperan aktif sebagai
fasilitator dalam merumuskan kalimat dan rangkuman ini hanya berupa pokok-pokok
atau garis besarnya saja
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa
penggunaan metode Naratif Eksperiensial dapat meningkatkan hasil belajar
Pendidikan Agama Katolik baik hasil belajar kognitif maupun keaktifan.
Peningkatan hasil belajar ini disebabkan karena di dalam Naratif Eksperiensial
siswa didorong dan dipacu untuk berani mengungungkapkan pengalaman-pengalaman
yang dialami dalam setiap peristiwa sehari-hari dan diteguhkan dalam terang
Injil. Keberanian yang timbul dalam diri siswa
menumbuhkan sikap memiliki pengalaman yang bermakna bagi peserta didik
dan siswa diarahkan agar dapat menggumuli pengalaman tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian siswa menyadari tugasnya sebagai anak didik dan
berusaha untuk meningkatkan aktifitas belajar dalam proses pembelajaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
Keaktifan Belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian aktifitas siswa, diperoleh
adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjukkan dari hasil
pengamatan obsesrver terhadap aktifitas siswa pada siklus I mencapai 70 dan pada siklus II meningkat menjadi 80%.
Peningkatan ini terlihat dari keberanian siswa untuk berpendapat, bertanya, dan
mengungkapkan cerita pengalaman dan kanonis. Peningkatan ini disebabkan oleh
Guru yang dapat memberikan semangat dan dorongan serta memberikan penghargaan
berupapujian kepada siswa. Siswa merasa bahwa cerita pengalaman maupun cerita
Kitab Suci dapat menjadi milik yang bermakna dalam hidupnya. Dengan demikian
pembelajaran siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan dan terbukti telah
tercapai peningkatan aktifitas siswa. Peningkatan aktifitas siswa pada siklus I
dan II dinyatakan dalam Gambar 2
Gambar
2: Grafik Peningkaan Keaktifan Belajar Siswa
Prestasi
Belajar Siswa
Dari pengolahan data
berdasarkan hasil tes evaluasi kedua siklus, diperoleh data untuk siklus I
rata-rata 77,5, untuk siklus II diperoleh rata-rata prestasi belajar siswa
menjadi 87,5. Dengan demikian terjadi peningkatan dan jumlah siswa yang tuntas
belajar 100% Berdasarkan data tersebut maka penggunaan metode Naratif
Eksperiensial dapat meningkatkan prestasi belajar dan jumlah siswa yang tuntas
belajar.Peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 3
Gambar 3: Grafik Peningkatan Prestasi Belajar siswa
Peningkatan prestasi belajar siswa berdampak positif pada
ketuntasan belajar dalam kelas. Ketuntasan belajar siklus I sebesar 75% dan
padas siklus II mengalami peningkatan menjadi 100%. Peningkatan prestasi belajar siswa karena siswa telah
terbiasa dengan pengungkapan pendapat, bertanya maupun menyampaikan cerita.
Peningkatan ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 4
Gambar 4: Grafik Peningkatan Prestasi Belajar siswa
Perolehan hasil pengamatan keaktifan belajar dan prestasi belajar
Perolehan
nilai tes dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Hasil Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Siklus
I
No.
|
Hasil
(Rata-rata klasikal)
|
Skor/Nilai
|
Prosentase Ketuntasan (%)
|
Keterangan
|
1
|
Keaktifan Belajar Siswa
|
70,0
|
75
|
Belum memenuhi indikator
|
2
|
Prestasi Belajar Siswa
|
77,5
|
75%
|
Memenuhi indikator
|
Berdasarkan
perolehan hasil observasi aktivitas siswa, presentasi keaktifan siswa mencapai
70,0%. Masih ada beberapa kekurangan yang disebabkan karena model pembelajaran
pengungkapan cerita yang masih malu dan takut yang menyebabkan anak kurang
aktif.
Perolehan hasil pengamatan Keaktifan siswa dan Prestasi
belajar siswa melalui perolehan nilai tes dapat dinyatakan dalam tabel 2.
Tabel 2: Hasil
Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa
No.
|
Hasil(Rata-rata klasikal)
|
Skor/Nilai
|
Prosentase Ketuntasan (%)
|
Keterangan
|
1
|
Keaktifan Belajar
Siswa
|
80,0
|
100
|
Belum memenuhi indikator
|
2
|
Prestasi Belajar
Siswa
|
87,5
|
100
|
Memenuhi indikator
|
SIMPULAN
Dari hasil pembahasan atas data data
yang diperoleh pada penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa metode
naratif eksperiensial dalam Pendidikan Agama Katolik, dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa, dan dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas
belajar.Hal ini dibuktikan dengan hasil yang dicapai pada saat penilaian
aktifitas siswa oleh observer dan tes akhir siklus II sebagai berikut:
1.
Aktivitas
belajar siswa juga meningkat, pada siklus I rata-rata siswa yang aktif mencapai
70%, sedangkan pada siklus II menjadi 80%.
2.
Hasil
tes siklus I, nilai rata-rata 77,5 (jumlah siswa yang tuntas belajar ada 3
siswa) dengan ketuntasan belajar klasikal 75% sedangkan pada siklus II nilai
rata-rata 87,5 (jumlah siswa yang tuntas belajar ada 4 orang) dengan ketuntasan
belajar klasikal 100%.
Tolak ukur keberhasilan yang telah ditetapkan dapat
dicapai karena siswa yang aktif dalam mengungkapkan cerita, pertanyaan, maupun
pendapat dalam Pendidikan Agama Katolik
dengan metode Naratif Eksperiensial telah mencapai ≥ 75% dan nilai rata-rata
kemampuan kognitif siswa pada evaluasi akhir penelitian ≥ 75 dengan ketuntasan
belajar klasikal 100%. Ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan jumlah
siswa yang tuntas belajar pada pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik melalui metode
Naratif Eksperiensial.
SARAN
Berdasarkan pengalaman selama
melaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas V SD Kalibanteng Kulon 02
Semarang, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1.
Penggunaan
metode Naratif Eksperiensial dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dapat
dikembangkan pada materi pokok lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
karena melalui metode Naratif Eksperiensial dapat meningkatkan aktifitas
belajar siswa yang tampak dalam keberanian untuk mengungkapkan cerita, bertanya
maupun berpendapat dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
sekolah.
2.
Penggunaan
metode Naratif Eksperiensial dapat diterapkan
untuk meningkatkan jumlah siswa yang tuntas belajar, karena dengan
berani mengungkapkan cerita, siswa menjadi lebih memahami isi cerita tersebut.
Kisah yang diungkapkan akan menjadi inspirasi dalam bertindak, sehingga kisah
tersebut dapat menjadi kisah yang bermakna dalam dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, J. 1984:1-2,5 Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng dan
Lain-lain.Jakarta : Grafiti Pers.
Depdikbud. 1993 Kurikulum Pendidikan Dasar: Landasan,
Program dan Pengembangan. Jakarta.
Dewan Gereja-gereja di
Indonesia. (1979). Pedoman Perencanaan
Program. Jakarta: Institut Oikoumene Indonesia
Dimyati, 2002:140 Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Depdikbud
dan PT Rieneke Cipta.
Djamarah, S. 2002:13, 28 Psikologi Belajar, Jakarta: Rieneke
Cipta
________.
1999. Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP),Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar.Jakarta : Komkat KWI.
Hamalik, O. 2006: 20 Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi
Aksara
Hofmann, R. 1994:37,39-40. Sebuah Gagasan: Kitab Suci dan Sekolah
Minggu.
Jacobs, T.
1992:10-11,99 Silabus Pendidikan Iman
Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Komisi
Kateketik KWI. 1994:15-17. Naratif
Eksperiensial. Yogyakarta: Kanisius
Poerwodarminto,
W. 1999:768 Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka
________.
1994. Pola Naratif – Eksperiensial dalam
Pendidikan Agama. Ekawarta, No.4/XIV, hh. 26-43.
Sardiman, N.
2004:96 Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada
Winkel,
1991:162 Psikologi Pendidikan dan
Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia
|
Lahir di Semarang, tanggal 25 Mei 1968,
menempuh pendidikan dari dari SD sampai dengan SPG di Pangudi
Luhur Semarang. Mengikuti Mengikuti D2 di IPI Malang
Filial Surakarta dan menyelesaikan S 1 di STPKat St. Fransiskus Assisi
Semarang pada tahun 2011. Diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil
pada tahun 1988 di SDN Seboto I Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali. Pada tahun 2000 pindah tugas ke SDN Lebdosari 02 ( sekarang SDN
Kalibanteng Kulon 02 ) Semarang. Dari tahun 2010 menjadi ketua KKG Pendidikan
Agama Katolik Kota Semarang sampai sekarang.
Meningkatkan Hasil
Belajar Pendidikan Agama Katolik dengan Metode Tutor sebaya kelas V SD
Padangsari 02 Semarang
Franciscus
Setyo Budianto
ABSTRAK
Pemilihan judul ini atas dasar alasan bahwa aktifitas siswa dalam belajar
Agama Katolik sangat kurang sehingga
menyebabkan rendahnya prestasi belajar
dan ketuntasan siswa dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan oleh
rendahnya kesadaran orang tua dalam
mendampingi dan memotivasi anaknya untuk belajar agama. Di samping itu
pembelajaran PAK juga kurang bervariasi. Untuk meningkatkan keaktifan siswa
pada pelajaran agama khususnya pada materi Roh Kudus digunakan metode tutor
sebaya di mana dalam metode ini akan terjadi komunikasi belajar antarsiswa dan
terjadi pertukaran pengetahuan dan pengalaman iman antar siswa itu sendiri.
Penelitian bertujuan meningkatkan keaktifan dengan harapan dapat meningkatan jumlah siswa yang tuntas
belajarnya dan akan dilaksanakan tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan refleksi. Variabel penelitian ini adalah keaktifan dan ketuntasan
belajar siswa. Pengambilan data dengan mengunakan lembar pengamatan untuk
keaktifan dan soal tes untuk prestasi
belajar siswa. Seting penelitian siswa kelas V SD Negeri Padangsari 02
Semarang.
Hasil penelitian tiap siklus menunjukkan adanya
perubahan data yang meningkat untuk keaktifan belajar siswa siklus I 71,7%
menjadi 74,5% pada siklus II dan meningkat 80% pada siklus III, demikian juga
pada prestasi belajar dari nilai rata rata 73 pada siklus I menjadi 75,5 pada
silkus II dan meningkat 79 pada siklus III. Peningkatan prestasi ini berdampak
pula pada ketuntasan belajar siswa dari 10 anak pada siklus I yang tuntas 7
anak (70 %) untuk siklus II anak yang tuntas berjumlah 9 (90%) dan pada siklus
III semua siswa Tuntas belajar atau 100 %. Keaktifan dan prestasi belajar
meningkat dari siklus I ke siklus II sampai kesiklus III. Dengan demikian
terbukti metode tutor sebaya mampu meningkatkan keaktifan siswa dan prestasi
belajar secara meyeluruh baik dari segi
afektif maupun kognitif metode menawarkan dialog, syaring untuk bertukar
pengalaman dan pengetahuan secara bebas maka penelitian ini berhasil dengan
optimal.
Kata Kunci :
Hasil belajar Tutor sebaya
I. PENDAHULUAN
Agama mempunyai peranan yang penting
dalam hidup manusia karena agama menjadi pemandu ke arah kehidupan yang
bermakna dan bermartabat.Kehidupan keagamaan seseorang tidak serta merta muncul
secara otomatis namun ada faktor – faktor yang mempengaruhi seperti halnya
keluarga, lingkungan, masyarakat dan faktor pendidikan agama di sekolah.
Pembiasaan yang baik yang dilakukan oleh keluarga / guru kepada anak akan
memberi landasan yang penting bagi anak, guna kelangsungan pendidikan dan
pembentukan kepribadian di kemudian hari.
Pendidikan merupakan usaha sadar
manusia untuk memanusiakan manusia ke arah yang lebih baik agar dapat
mengembangkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih baik, agar tujuan pendidikan
bisa tercapai dan maksimal tentunya guru sebagai pendidik dituntut untuk selalu
mengembangkan metode pembelajarannya, supaya segala kesulitan dalam
pembelajaran dapat dipecahkan. Pemerintah melalui jalur pendidikan agama secara
terus menerus dan berkesinambungan bermaksud mengembangkan kemampuan peserta
didik, dan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahklak mulia ( Permendiknas 22, 2006 ).
Penguasaan kompetensi dalam Pendidikan
Agama katolik , bukanlah menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan yang
sebanyak – banyaknya tetapi menjadikan anak / siswa memiliki serangkaian keterampilan atau
kemampuan serta berbagai sikap dan nilai penting , yang sungguh berguna dalam
hidup di masyarakat ( PAK , SD.2004 :4). Membentuk
peserta didik seperti yang diamanatkan di atas sangat mudah untuk dikatakan,
tapi begitu sulit untuk diwujudkan.Hal ini karena dipengaruhi oleh kurangnya
aktivitas, keterlibatan dan antusias peserta didik dalam pembelajaran Agama
Katolik, juga disebabkan adanya asumsi bahwa pendidikan agama kurang begitu
penting karena tidak untuk ujian negara.
Pembelajaran
selama ini yang mengunakan cara tradisional melalui metode ceramah dirasa
kurang berdaya guna karena peserta didik cenderung sebagai pendengar yang pasif
dan tidak telibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga menjadikan pelajaran
agama kurang bahkan tidak menarik dan terkesan membosankan tampa gairah dan
minat dari peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran menjadi kurang efektif
dan berdampak pada kurangnya prestasi peserta didik itu sendiri.Bila
pembelajaran tidak melibatkan siswa secara aktif dalam prosesnya maka
pembelajaran itu bertentangan dengan hakikat belajar itu sendiri terlebih dalam
kegiatan eksplorasi. Dalam kegiatan eksplorasi guru dituntut untuk mengunakan
berbagai pendekatan pembelajaran, melibatkan peserta didik secara aktif,
memfasilitasi terjadinya multi interaksi ( Permendiknas 41, 2007).
Pada Pembelajaran Agama Katolik
dalam materi Roh Kudus siswa diajak untuk mengenal dan memahami peranan Roh
Kudus dalam hidup sehari hari serta mengembang sikap yang baik melalui rupa –
rupa karunia Roh Kudus yang dianugerahkan Allah kepada dirinya dan hal ini
perlu diwujudkan dalam peristiwa yang konkret seperti memberikan sikap hormat
pada tempat – tempat khusus untuk berdoa sebagai perwujudan hormat kita pada
Allah karena dalam kehidupan
menggereja dibutuhkan berbagai kemampun untuk membangun Gereja dan dunia,
Kemampuan itu dapat diperoleh melalui pendidikan dan dapat pula diperoleh
melalui karunia Roh Kudus. Setelah pembelajaran materi Roh Kudus ini
diharapkan siswa dapat menghayati hidup
baru dalam Roh Kudus yang terungkap melalui doa – doa dan diwujudkan melalui
tindakan jujur dan adil dalam Gereja dan masyarakat.
Materi Roh Kudus bersifat Abstrak dan
sukar dipahami oleh siswa maka perlu adanya upaya serius untuk meningkatkan suasana
pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan
sehingga siswa tidak cenderung pasif dan bosan dalam menghadapi atmosfer
pembelajaran di kelas.Dengan
kenyataaan diatas maka
perlu dicari alternatif dengan melakukan inovasi dan pendekatan, baik itu dalam
penggunaan media ataupun metode penyampaian sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan.
Pembelajaran
dewasa ini perlu mengikuti asas
aktivitas yakni siswa belajar sambil bekerja, dengan bekerja siswa memperoleh
pengetahuan dan pemahaman dan aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan
keterampilan yang bermakna untuk bekal hidup di masyarakat yang semakin
kompleks (Hamalik,2010 :172 ), Yang nantinya dapat meningkatkan prestasi
belajar. Penulis mencoba memberikan alternatif untuk mengoptimalkan
pembelajaran Agama Katolik dengan melalui penerapan metode tutor sebaya.
Dengan harapan dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, adapun aktivitas yang
diharapkan adalah terjadinya interaksi
antara siswa dan guru maupun siswa dengan temannya dalam kondisi kerja
kelompok, diskusi maupun kegiatan tutorial yang nantinya dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa sesuai dengan
harapan yang dibuktikan dengan tuntasnya belajar sesuai dengan KKM yang telah
ditetapkan oleh pihak sekolah.Metode ini digunakan karena dalam pelaksanaannya
diharapkan mampu menciptakan ruang psikologis yang nyaman bagi setiap anggota
yang ada di dalamnya.Bantuan yang diberikan oleh teman-teman sebaya pada
umumnya terasa lebih dekat dibandingkan dengan hubungan antara siswa dengan
guru. Siswa yang ditunjuk sebagai tutor ditugaskan membantu siswa lain yang
mengalami kesulitan belajar berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh
guru.
Dari
uraian tersebut di atas, ditemukan masalah yang muncul pada siswa kelas V SD Padangsari 02 Semarang,
antara lain: Aktivitas siswa untuk belajar agama kurang , siswa mengesampingkan pelajaran agama menjadikan Prestasi
belajar rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka
rumusan masalahnya adalah Apakah metode Tutor sebaya dapat meningkatkan
aktivitas dan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya pada siswa kelas V
SD Padangsari 02 ?
II. LANDASAN TEORI
A.
Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan
yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia sehingga tidak ada kata terlambat
untuk belajar.Demikian pula pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh
para ahli dengan mengemukakan definisi menurut sudut pandang masing-masing. Hal
ini justru akan menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang belajar. Menurut
Morgan ( dalam Purwanto, 1997:84) menyebutkan “ belajar merupakan kegiatan dan
usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku. Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003:4).
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam
pengertian belajar adalah 1) yang terjadi secara sadar, 2) bersifat kontinyu
dan fungsional, 3) bersifat positif dan aktif, 4) bukan bersifat sementara, 5)
bertujuan atau terarah , 6) mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Dengan demikian belajar pada dasarnya
adalah perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.Perubahan tingkah laku
tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotorik) maupun nilai dan sikap (afektif).Oleh sebab itu
agar siswa dapat benar benar belajar, perlu digunakan pendekatan belajar aktif
dan menyenangkan. Pendekatan yang aktif dari berbagai arah akan memotivasi
siswa untuk kreatif, kritis, mandiri, dan terampil dalam berkomunikasi dengan
demikian diharapkan siswa mengalami suatu perubahan dalam dirinya.
B. Hasil Belajar
Hasil
belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 250-251) merupakan hasil proses
belajar atau proses pembelajaran. hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud dalam tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesaikannya bahan pelajaran.Menurut
Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya.Untuk memperoleh informasi tentang cara
dan kemajuan siswa dilakukan penilaian hasil belajar, hasil penilaian ini dapat
digunakan Guru untuk memberikan bantuan langsung bagi siswa, serta untuk
perbaikan program dan cara mengajarnya agar membantu siswa meningkatkan
kemampuannya ( Debdikbud dikdas 1994: 81). Hasil belajar digunakan oleh guru
untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi
oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Berdasarkan pengertian di
atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu ukuran penilaian
akhir dari proses pembelajran yang dilakukan berulang-ulang, serta akan
tersimpan dalam jangka waktu lama dan menjadi bagian dari kehidupan siswa.
Hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin
mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta
menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Hasil belajar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah, aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa.
B.
1 Aktivitas Belajar
Aktivitas adalah kegiatan, kerja atau salah satu kegiatan
kerja yang dilaksanakan pada tiap
bagian. (Depdiknas , 2005 : 23 ). Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan kerja
yang dilakukan siswa dalam rangka proses pembelajaran. Aktivitas merupakan prinsip
atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman ,2004
: 96) karena tampa aktivitas proses belajar tidak mungkin terjadi. Pada
prinsipnya aktivitas belajar dapat dilihat menurut dua sudut pandang yakni dari
pandangan ilmu jiwa lama yang berorientasi pada aktivitas guru dan dari
pandangan ilmu jiwa modern yang didominasi oleh aktivitas siswa ( Sardiman 2004
: 103).
Pengajaran
yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
melakukan aktivitas sendiri dengan menitik beratkan pada asas aktivitas dimana
siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja (beraktivitas) mereka memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan aspek – aspek tingkah laku lainnya serta
mengembangkan ketrampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat ( Hamalik
2010 : 171 – 172 ).
Untuk itu perlu adanya perubahan paradigma dari “ pembelajaran yang
berorientasi pada guru” menjadi “ pembelajaran yang berorientasi siswa “ dimana
siswa diharapkan mampu untuk secara sadar dan aktif mengelola belajarnya (Winataputra, 2007 :6.21). Keaktifan sebagai
primus motor dalam kegiatan pembelajaran
dalam hal ini siswa dituntut untuk selalu memproses dan mengolah
perolehan belajarnya ( Dimyati dan Mudjiono 2006 :51) .
Paul B. Diedrich (dalam Hamalik 2010:172)
membuat suatu daftar kegiatan aktivitas
siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Visual activities,
yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi,
percobaan.
2. Oral activities, seperti
menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,
mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3.
Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, mendengarkan
percakapan, mendengarkan musik, mendengarkan pidato.
4.
Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket
menyalin.
5.
Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6.
Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7.
Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional
activities, seperti misalnya
menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang,
gugup.
B.2
Prestasi Belajar
Kata prestasi menurut Depdiknas (2005: 859) adalah ”hasil
yang telah dicapai atau dilakukan, dikerjakan dan sebagainya”. Dalam Tes
prestasi belajar , yang hendak diukur ialah tingkat kemampuan seorang siswa
dalam menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan kepadanya. Untuk itu perlu
dibedakan antara ”prestasi belajar” (achievement) dan ” hasil belajar ”
(Learning outcome) , hasil belajar meliputi aspek pembentuka\n watak siswa
sedangkan prestasi belajar hanya bersifat pengetahuan saja ( Depdiknas 2003 ) .Belajar
menurut Slameto (2003: 2), adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hamalik (2010:27) mengatakan
belajar adalah modifikasi untuk memperkuat tingkah laku melaui pengalaman dan
latihan serta suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungannya. Belajar menurut Kingsley (dalam Djamarah: 2008:13) adalah
proses di mana tingkah laku ( dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui
praktik dan latihan.
Berdasarkan
pendapat di atas disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh beberapa perubahan tingkah laku melalui pengalaman
dan latihan serta suatu proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap
sebagai suatu hasil latihan atau pengelaman dengan lingkungannya. Jadi Prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa setelah mengikuti pelajaran di
sekolah sehingga terjadi perubahan dalam dirinya, dengan melihat hasil
penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang di peroleh dalam proses
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Guru memberi penilaian dan evaluasi
dari materi pembelajaran yang telah disajikannya . Penilaian dan evaluasi ini
digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa yang merupakan tujuan dari
pembelajaran.
C. Tutor Sebaya
Keberhasilan
suatu program pengajaran tidak disebabkan oleh satu macam sumber daya tetapi
disebabkan oleh perpaduan antara berbagai sumber daya saling mendukung menjadi
suatu sistem yang integral.Oemar Hamalik
berpendapat sistem tutorial
adalah suatu sistem dalam memberikan bimbingan kepada siswa dalam hal ini siswa
yang mengalami kesulitan tertentu (Hamalik,2010: 191) Sumber belajar tidak
harus guru. Sumber belajar dapat dari orang lain yang bukan guru, misalnya
teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas, atau keluarga di rumah.Tutor
sebaya adalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih pandai
memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah (Arikunto,
1992:72) .Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan
karena bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami.Dengan teman sebaya tidak ada
rasa enggan, rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya ataupun minta
bantuan. Maslow dan Bruner menyatakan dengan menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi tugas di
mana mereka saling tergantung satu sama lain untuk menyelesaikan tugas adalah
cara yang mengagumkan untuk memberi kemampuan siswa dalam masyarakat
(Silberman, 1996 : 9). Menurut Winataputra ( 2007 : 6.23 ) dalam proses belajar
bersama, siswa berpikir dan bekerja sama dan saling mengamati, atau bahkan
saling meniru strategi pemecahan masalah
dari temannya. Mereka berbagi informasi dan saling mengoreksi, bahkan berperan
sebagai tutor sebaya untuk temannya. .
Langkah – langkah Tutor Sebaya
Penyelenggaraan tutor sebaya adalah sebagai
berikut (Arikunto 1992 : 63).
1.
Pilihlah peserta didik
yang dapat diterima oleh siswa yang lain
2.
Berikan tugas khusus
untuk membantu temannya.
3.
Mempunyai daya
kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan
4.
Berikan pujian pada
kedua belah pihak, agar baik anak yang membantu atau yang dibantu merasa
senang.
Model
tutor sebaya dirancang untuk mengembangkan sikap dan memperbaiki kebiasaan
salah serta membantu di antara teman sebaya. Winataputra dalam Lestari ( 2007)
memberikan beberapa saran untuk dapat berhasilnya program tutorial sebagai
berikut
1.
Mulailah dengan tujuan
yang jelas dan mudah dicapai.
2.
Jelaskan
tujuan itu kepada seluruh peserta didik.
3.
Siapkan bahan dan
sumber belajar yang memadai.
4.
Gunakan cara yang
praktis.
5.
Hindari kegiatan
pengulangan yang telah dilakukan guru.
6.
Pusatkan kegiatan
tutorial pada keterampilan pikiran yang diminta di kelas.
7.
Berikan latihan singkat
mengenai yang akan dilakukan tutor.
8.
Lakukan pemantauan
terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutorial.
D. Materi Roh Kudus
Dalam
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas penulis memilih tiga materi /bahan ajar
kelas lima semester dua yakni
1) Hidup baru dalam Roh Kudus yang bertitik tolak pada
pengaruh Roh Kudus pada kehidupan manusia beriman yang memberi daya juang dan menuntun orang
untuk membuat pilihan yang positif dan lebih baik lagi.
2) Rupa – Rupa Karunia Roh Kudus yang merupakan karunia yang telah diberikan
Allah kepada manusia dan bagaimana cara manusia untuk mengembangkannya demi
kebaikan bersama.
3) Tempat Khusus
untuk berdoamerupakan materi yang mengarahkan siswa pada sikap hormat pada
tempat ibadat serta membangun sikap toleran pada agama lain sebagai bentuk
penghormatan pada kepada Allah .
Ketiga
bahan ini penulis pilih karena dirasa sesuai dengan karakteristik pendekatan Tutor sebaya, dengan demikian
siswa dapat benar benar mampu mendalami, meyadari dan memahami peranan Roh
Kudus didalam hidupnya serta dapat
mengaplikasikannya didalam
peribadahannya baik secara liturgis atau ibadat maupun hidup
bermasyarakat, serta tumbuh kesadarannya untuk dapat bersikap sesuai dengan
tuntunan Roh Kudus dalam mewujudkan tata kehidupan yang lebih baik. Sehingga
siswa dapat lebih menghayati iman dan hidup keagamaannya dan melaksanakannya
dengan penuh kesadaran.
III METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan di SD Padangsari
02 Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang kelas V Semester 2 tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 10 peserta
didik, yang terdiri dari 7 peserta didik laki-laki, dan 3 peserta didik
perempuan. Penelitian dilaksanaan pada saat jam pembelajaran Agama Katolik
dengan alokasi waktu tiga pelajaran.
B. Variabel Penelitian
Menurut Sukestiyarno dan
Wardono ( 2009: 4) Variabel adalah suatu
objek yang harga untuk setiap objek bervariasi dan dapat diamati dibilang atau
diukur. Variabel utama dalam penelitian
ini adalah variabel hasil belajar siswa meliputi :
- Keaktifan siswa
dalam proses
pembelajaran seorang siswa tidak dapat menghindar dari situasi.dan situasi akan
menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangkabelajar (Djamarah 2008
:38 ) .
- Prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan hasil pelaksanaan tugas
mengerjakan soal yang diukur dari jawaban
soal tes ( Masidjo 1995 : 38 ). Dan dalam Tes Prestasi
belajar yang hendak diukur adalah bahan pelajaran yang diajarkan ( Depdiknas
2003 )
C. Rencana Tindakan
Penelitian
ini dilaksanakan dalam 3 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap
yaitu perencanaan, pelaksanaan / implementasi, pengamatan / observasi, dan
refleksi.
Dengan rincian Siklus sebagai berilut
a. Perencanaan
1. Permasalahan
diidentifikasikan dan masalah dirumuskan
1. Merancang pembelajaran sesuai dengan materi ajar.
2. Menyiapkan
alat peraga gambar
3. Membentuk
kelompok belajar peserta didik dengan metode tutor sebaya
4. Indikator
keberhasilan ditinjau dari aktivitas dan meningkatnya jumlah siswa yang
tuntas belajar.
b. Pelaksanaan
1. Guru
memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi.
2. Guru
memberi penjelasan dan membagi kelompok Tutorial .
3. Guru
menyuruh siswa untuk mengerjakan soal
dalam kelompok dipandu oleh Tutor.
4. Guru
memberikan penegasan dan penguatan dari materi
5.
Peserta
didik melaksanakan evaluasi secara individu.
c. Evaluasi
dan Pengamatan
1. Guru
pengamat mengamati jalannya proses pembelajaran dan memberi penilaian kemampuan
peserta didik dalam menerima pelajaran yang disampaikan guru.
2. Teman
sejawat selaku pengamat bersama guru peneliti menilai hasil latihan soal
setelah peserta didik diberi tugas rumah secara individual.
d. Refleksi
Guru
peneliti berdiskusi dengan guru pengamat tentang hasil pengamatan untuk
perbaikan pada pelaksanaan siklus II.
D. Data Dan Cara Pengambilan Data
1. Sumber Data
Sumber data
penelitian adalah peserta didik kelas V , SD Padangsari 02 Kota Semarang.
Pengambilan data dilakukan selama penelitian berlangsung.
2. Jenis Data
a. Hasil belajar berupa prestasi belajar peserta didik kelas V SD Padangsari 02
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang pada pokok bahasan Roh kudus dengan materi
Hidup Baru dalam Roh Kudus, Karunia - Karunia Roh Kudus, Tempat - tempat Khusus untuk berdoa
b. Aktivitas siswa yang diperoleh dari hasil
pengamatan aktivitas peserta didik yang dilakukan teman sejawat /guru pengamat dalam proses pembelajaran
1. Cara Pengambilan Data
a. Tes prestasi belajar peserta didik yang
dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes merupakan alat ukur yang dipakai guru untuk mengukur prestasi
siswa yang berisi serangkaian pertanyaan yang distandarisasikan (Masidjo 1995:38)
b. Pengamatan terhadap aktivitas peserta didik
dengan menggunakan lembar observasi pada saat pembelajaran berlangsung yang
dilakukan oleh pengamat /teman sejawat.
E. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini
dikatakan berhasil apabila hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan Roh
kudus dengan metode tutor sebaya, pada peserta didik kelas V SD Padangsari
02 Kota Semarang meningkat dengan :
1.
70
% dari seluruh jumlah siswa aktif dalam mengikuti pembelajar Agama katolik.
1. 80 %
dari seluruh jumlah siswa tuntas dengan mendapat nilai minimal 70 atau sama dengan KKM sekolah.
IV. HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Keaktifan
siswa
Berdasarkan
hasil penelitian terhadap aktivitas siswa, diperoleh adanya peningkatan pada
siklus I ke siklus II dan ke siklus III. Hal ini ditunjukkan dari hasil
pengamatan aktivitas siswa pada siklus I
mencapai 71,7 % , pada siklus II mencapai nilai 74,5% , dan pada siklus III
mencapai nilai 80% Peningkatan ini terlihat dari intensitas bertanya, intensitas
menjawab, berpendapat, dan mengerjakan tugas. Peningkatan ini disebabkan karena
guru memberikan penguatan dan peneguhan serta penghargaan/pujian bagi para
siswa yang berani berpendapat, dan memaksimalkan peranan tutor sehingga siswa
merasa bahwa pengetahuan yang diperolehnya merupakan hasil dari belajar belajar
bersama dan menjadikan sesuatu yang dialami tersebut menjadi miliknya serta
dirinya merasa dihargai. Dengan demikian
pembelajaran siklus III telah
memenuhi indikator keberhasilan dibuktikan dengan sudah tercapai,
Peningkatan Aktivitas Siswa Klasikal
pada Siklus I, II dan III dinyatakan dalam Gambar 4.4 di bawah ini.
Gambar 4.4. Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus I, II
dan III
Prestasi belajar
Dari pengolahan data berdasarkan hasil tes evaluasi
setiap siklus diperoleh data untuk siklus satu hasil rata rata prestasi belajar
siswa 73 , untuk siklus dua perolehan rata rata prestasi belajar siswa 75,5 dan
pada siklus yang ketiga terjadi peningkatan untuk rata rata prestasi siswa
menjadi 79 dengan ketuntasan belajar 100 %
berdasarkan data ini maka pengunaan metode tutor sebaya dapat
membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penikatan ini dikarenakan adanya
kompetisi antarindividu dan kelompok menurut Djamarah (2008:161) Kompetisi merupakan alat utuk memotivasi dan
mendorong siswa untuk bergairah dalam belajar, dan menjadi proses interaksi
belajar mengajar yang kondusif dan ini dapat terjadi dalam suasana kerja
kelompok. Oleh karena itu metode tutor sebaya dengan kerja kelompok dapat menciptakan situasi kompetisi
yang positif. adapun peningkatan prestasi ini dapat
dilihat melalui grafik pada Gambar 4.5
Gambar 4.5 Peningkatan Prestasi Belajar Siklus I, II, dan III
Penikatan Prestasi belajar siswa berdampak positif pula
pada ketuntasan belajar dalam kelas dan tentunya juga menunjukan
peningkatan yang positif adapun prosentase ketuntasan belajar siklus I
sebesar 70 % , siklus II menjadi 90 %
dan pada siklus III mengalami peningkatan sebesar 100 % Grafik
ketuntasan belajar siswa pada Siklus I, II dan III dinyatakan dalam Gambar 4.6
Gambar 4.6 Grafik Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa
Siklus I, II dan III
Berdasarkan hasil pengolahan data, penggunaan Tutor
sebaya dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama
Katolik. Peningkatan hasil belajar ini dikarenakan dalam Tutor Sebaya siswa diajak menunjukan
kemampuannya dan terlibat
dalam proses pembelajaran.Proses
dalam Tutor sebaya menumbuhkan sikap baru dan rasa tanggung jawabnya dalam
pelaksanaan tugas-tugasnya. Menurut Maslow dalam
Slameto (2003:75) Keinginan untuk diakui
sama dengan orang lain merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Oleh
karena itu belajar bersama dengan kawan kawan lain dapat meningkatkan
pengetahuan dan ketajaman berpikir siswa.Dalam Tutor sebaya ini siswa
dimungkinkan untuk saling tukar menukar pengetahuan dan pengalaman iman dari masing masing
individu untuk dapat meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian siswa
dapat menyadari tugasnya sebagai peserta didik dan berusaha untuk meningkatkan prestasi
belajar dan keaktifannya di dalam proses pembelajaran,
untuk memperoleh hasil yang
lebih baik dan maksimal.
V. PENUTUP
- Kesimpulan
Berpedoman dari hasil pembahasan atas data data yang
diperoleh pada penelitian dapat disimpulkan bahwa Metode Tutor sebaya dalam
pembelajaran PAK meningkat.Peningkatan ini dibuktikan dengan hasil yang dicapai
pada saat tes akhir siklus III dan pengamatan aktivitas yang dilakukan oleh
teman sejawat selaku Obsever (pengamat). Dengan uraian sebagai berikut :
1. Aktivitas
belajar siswa juga meningkat, pada siklus I rata-rata siswa yang aktif mencapai
71,7%, sedangkan pada siklus II menjadi 74,5% dan pada siklus III rata-rata
siswa yang aktif mencapai 80 %.
2. Hasil
tes siklus I, nilai rata-rata 73 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar 7
orang dan ketuntasan belajar klasikal 70% . Pada siklus II nilai rata-rata
75 siswa yang tuntas belajar ada 9 orang
dan ketuntasan belajar klasikal 90% sedangkan pada siklus III nilai rata-rata
siswa klasikal 79 dan semua siswa tuntas
belajar (10 siswa) dengan demikian
ketuntasan belajar mencapai 100%.
- Saran
Berdasarkan pengalaman selama
melaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas V SDN Padangsari 02 Semarang,
peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1.
Pembagian
kelompok akan lebih baik jika setiap pertemuan pembahasan materi terjadi perubahan
kelompok / berganti keanggotaannya, sehingga antarsiswa saling mengenal dan
melatih bekerjasama serta memperkaya pengalaman.
2.
Tutor
dipilih anak yang pandai dan mudah bergaul dan dapat diterima oleh temannya dan
diberi pembekalan materi dan diajar secara khusus diluar jam sekolah
3.
Berilah
petunjuk yang sejelas - jelasnya tetang apa yang harus dilakukan seorang tutor
serta diberitahu sejauh mana tanggung jawabnya sebagai tutor.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto.
1997 Pengelolaan Kelas .Jakarta :
Depdikbud dan PT Rajawali.
Dalyono.
1998 Psikologi Pendidikan . Jakarta : Depdikbud dan PT Rieneke Cipta.
Darsono.2000
Belajar dan Pembelajaran.Semarang :
CV Ikip Semarang Press.
Depdikbud.
1994 Pedoman Pelaksanaan proses Belajar
Mengajar di sekolah Dasar
Departemen Pendidikan Nasional . 2005 Kamus Bahasa Indonesia .Jakarta :Balai
Pustaka.
Dimyati
dan Mujdiono .1999.Belajar dan
Pembelajaran .Jakarta : Rieneke cipta.
Djamarah,
2008. Psikologi Belajar, Jakarta:
Rieneke Putra.
Hamalik .2010 .Proses
Belajar Mengajar.Jakarta : Bumi Aksara.
Masidjo.1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa
disekolah. Jogyakarta: Kanisus.
Pendidikan
Agama Katolik Sekolah Dasar , KBK 2004, Menjadi Murid Yesus. komisi kateketik
KWI , Yogyakarta : Kanisius .
Permendiknas 22,23,
2006 Departemen pendidikan Nasional
Permendiknas
41 , 2007Departemen pendidikan Nasional
Purwanto
,1992, Psikologi Pendidikan , Bandung
: Depdikbud dan PT Remaja Rosdakarya.
Sardiman
AM , 2004 , Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Slameto,
2003 Belajar Mengajar dan Faktor faktor
yang mempengaruhinya, Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Sudjana,
2009 Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar, Bandung : PT Remaja Rosdakarya .
Winataputra
dkk, 2007 Teori Belajar dan Pembelajaran
, Jakarta: Universitas terbuka
Riwayat
Penulis
Franciscus
Setyo Budianto lahir di Semarang pada tanggal 05 Maret 1972 pendidikan
terakhir S1 STPKat St. Fransiskus
Assisi Semarang , bekerja di Kantor
KementerianAgama Kota semarang dengan tugas sebagai guru agama Katolik di SD
Srondol Wetan 06 dan SD Padangsari 02
Pendidikan
:
pendidikan dasar di SD Christus Rex lulus pada tahun 1985
, melanjutkan di SMP Santa Anna lulus pada tahun 1988,
pendidikan SMA di tempuh di SMA Purusatama dan lulus pada tahun 1991,
Pendidikan D2 ditempuh di IPI malang
lulus tahun 1993 , Untuk Jenjang S1 tempuh di STPKat Fransiskus Assisi
Semarang dan lulus pada tahun 2011
|
ANALISIS PENGARUH MOTIVASI ,IKLIM ORGANISASI , DAN
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
TERHADAP KINERJA GURU
SMP N 18 SEMARANG
Veronika
Sunarningsih,S.Ag,MM
ABSTRAK
Pengaruh
motivasi, iklim organisasi, dan pengembangan keprofesian berkelanjutan ( PKB ) akan berdampak pada
kinerja dan hasil kerja yang maksimal. Bagaimana meningkatkan kinerja pendidik
adalah masalah dan tantangan yang dihadapi oleh pendidik di era abad 21
.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh motivasi, iklim
organisasi, dan pengembangan keprofesian berkelanjutan ( PKB ) terhadap kinera
guru.
Teori
yang ada telah menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif motivasi terhadap
kinerja pndidik , semakin besar pengaruh variabel motivasi maka akan
meningkatkan kinerja. Motivasi , iklim organisasi , dan penegembangan
keprofesian berkelanjutan mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja pendidik.
Kesimpulan
penelitian ini memberikan konfirmasi dan mendukung teori yang ada bahwa
motivasi, iklim organisasi, dan pengembangan keprofesian berkelanjutan ( PKB )
berperan positif terhadap kinerja
pendidik.
Kata
kunci : motivasi, iklik organisasi,PKB, dan kinerja
BAB I
Pendahuluan
1.1 latar
belakang penelitian
Aktifitas
yang dilakukan pendidik semakin penting dan menentukan sebuah
Kinerja
yang kompetitif, menjadi tugas setiap pendidik untuk membangun komitmen kerja
yang belajar dengan cepat,beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan.
Di
era globalisasi sekarang ini menjadi pendidik yang profesional memiliki
kompetensi paedagogi,kepribadian,sosial , dan profesional.Pendidik mempunyai
peran dan fungsi yang sangat strategis. Kinerja pendidik akan berpengaruh
terhadap pencapaian tujuan pendidikan di Indonesia yaitu membentuk insan
Indonesia yang bertakwa kepada Tuha Yang Maha Esa , cerdas, memiliki
ketrampilan tekhnologi, jiwa estetis, etis, berkepribadian dan berbudi pekerti
yang luhur
Berdasarkan
permenpan nomor.Per/16/M.PAN.RB/11/2009 tentang jabatan guru dan angka
kreditnya pendidik sepanjang karier kerjanya membaharui pengetahuan dan
kompetensinya.
Kinerja
pendidik dipengaruhi oleh motivasi, Yuan Ting (1996 ) melakukan penelitian
mengenai pengaruh motivasi terhadap kinerja, dimana motivasi dapat
diidentifikasikan sebagai bagian faktor pekerjaan yang sama baik dengan
individu yang efeknya terhadap kinerja.
Variabel
yang berpengaruh terhadap kinerja adalah iklim organisasi.Iklim organisasi
merupakan suatu keadaan yang menggambarkan suatu lingkungan psikologis
organisasi yang dirasakan oleh orang yang berada di lingkungan organisasi
tersebut.
Dengan
demikian apabila pegawai merasa bahwa iklim organisasi yang ada dalam
organisasi tempat bernaung cukup kondusif dan menyenangkan baginya untuk
bekerja dengan baik maka hal ini dapat membuat pendidik dapat meningkatkan
kinerjanya.
Variabel
lain yang berpengaruh terhadap kinerja adalah PKB yang merupakan pembaharuan
secara sadar akan pengetahuan dan peningkatan kompetensi guru sepanjang
kehidupan kerjanya. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ( PKB ) akan
berdampak pada konerja guru.
Dari
uraian yang telah disampaikan tampak jelas bahwa motivasi, iklim organisasi,
dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dapat memberikan pengaruh terhadap
kinerja guru.
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dalam penelitian ini penulis
ingin mlakukan kajian dengan judul “ANALISIS PENGARUH MOTIVASI, IKLIM
ORGANISASI, dan PENGEMBANGAN
KEPROFESIAN BERKELANJUTAN TERHADAP KINERJA PENDIDIK SMPN 18 SEMARANG”
1.2
Perumusan masalah
Tony Grundy ( 1997 ) mengatakan
bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu sarana untuk memperoleh
keuntungan kompetitif, dengan demikian bagaimana sebuah institusi mengelola
pegawainya yang memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap institusi
dalam mencapai tujuannnya.
Kinerja pendidik adalah tantangan
dan masalah yang harus dipikirkan institusi agar hasil kerja pendidik maksimal.
Berdasarkan latar belakang pertanyaan dan masalah yang sudah terurai di atas
maka peneliti membuat perumusan masalah berikut :
- Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kinerja pendidik SMPN 18 Semarang ?
- Bagaimana pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja pendididk SMPN 18 Semarang ?
- Bagaimana pengaruh Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan terhadap kinerja pendidik di SMP N 18 Semarang ?
1.3 Tujuan
penelitian
Sejalan
dengan perumusan masalah yang sudah diuraikan di atas penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja pendidik yaitu :
1. Menganalisis
pengaruh motivasi terhadap kinerja pendidik SMPN 18 Semarang
2. Menganalisis
iklim organisasi terhadap kinerja pendidik SMP N 18 Semarang.
3. Menganalisis
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ( PKB ) terhadap kinerja pendidik SMP N
18 Semarang.
1.4
Manfaat penelitian
Adapun
manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan
sumbangan terhadap institusi / sekolah ,khususnya tentang pendidik.
2. Memberikan
bahan masukan dan pertimbangan bagi pimpinan SMPN 18 Kota Semarang dalam
mengambil kebijakan-kebijakan untuk dapat meningkatkan kinerja pendidik.
3. Memberikan
bahan acuan peneliti selanjutnya serta bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja Guru
Isitilah kinerja/prestasi kerja
meurut Bernadin dan Russel dalam Riky (2002).kinerja adalah catatan tentang
hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan
tertentu berdasarkan alata ukur tertentu.
Kinerja seseorang merupakan hal yang
kompleks dan terpadu yang keberhasilannya dipengaruhi oleh beberapa faktor,baik
faktor internal maupun faktor eksternal.Menurut Keith Davis (1984) menyatakan
bahwa fakttor yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan motivasi.
Hasibuan (2003 : 94) menyatakan
bahwa prestasi kerja adalaha suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melakukan tugas-tugas yang di bebankan padanya yang didasarkan atas
kecakapan,pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
Kinerja guru berarti prestasi kerja
baik secara kualita maupun kuantitas yang dihasilkan oleh guru sebagai akibat
dari pengaruh kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan
sekolah secara bersama-sama.Glasser dalam (zamroni 1999 : 12) mengatakan bahwa kualitas
sekolah erat hubungannya dengan kualitas yang dimiliki oleh setiap guru.
2.2 Motivasi
Motivasi adalah diantara sekian
banyak faktor determinan terhadap kinerja karna berhubungan erat dengan
kebutuhan yang muncul dari manusia.Motivasi seseorang memegang peran penting
dengan kinerja yang dihasilkan (pullins,et,al,2000) konsep motivasi dalam
literatur seringkali ditekankan pada rangsangan yang muncul dari seseorang baik
dalam diri maupun dari luar.
Faktor
intrinsik adalah factor-factor dalam yang berhubungan dengan kepuasan antara
lain keberhasilan mencapai sesuatu di dalam karir.Menurut Kinmar,at,al (2001)
elemen dari motivasi intrinsik diantaranya : (1) ketertarikan pekerjaan; (2)
keinginan untuk berkembang; (3) senang pada pekerjaan; (4) menikmati pekerjaan
Menurut Landy dan Becker (Stonner
et,al,1996:138) memberikan pandangan mengenai motivasi dikelompokan menjadi
lima kategori yaitu teori kebutuhan,penguatan,keadilan,harapan,dan teori
penetapan sasaran.Faktor yang digunakan sebagai indikator dalam mempengaruhi
motivasi,yaitu keberhasilan dalam melakukan pekerjaan pengakuan,tanggung
jawab,wewenang dan pengembangan promosi.
Menurut (Herzberg dalam
Stonner,1996:144) motivasi merupakan fungsi inti dari manajemen.Motivasi kerja
adalah keadaan jiwa dan sikap mental
manusia yang memberi tenaga mengarahkan,menyalurkan,mempertahankan,dan
melanjutkan tindakan dan perilaku tenaga kerja.
2.3
Iklim Organisasi
Ada beberapa cara dalam
mengidentifikasi iklim organisasi,salah satu definisi yang paling banyak digunakan
adalah definisi yang diberikan Denison (1996),menyatakan iklim organisasi
sebagai suatu sel dari sifat-sifat terukur (mesurable properties) dari
lingkungan kerja yang dirasakan atau dilihat secara langsung oleh orang yang
hidup dan bekerja dilingkungan tersebut dan diasumsikan mempengaruhi motivasi
dan perilaku mereka.
Iklim dapat mempengaruhi
motivasi,prestasi,dan kepuasan kerja.Iklim mempengaruhi hal itu dengan
membentuk harapan tenaga kerja tentang konsekuensi yang akan timbul dari
berbagai tindakan.iklim yang mendukung seharusnya mencakup perilaku sebagai
berikut: (Davis dan Newstrom,1990)
Hubungan
antar personal
- Manajemen partisipatif
- Formalisasi dan standardisasi
- Pelatihan dan pengembangan
- Tunjangan finansial
- Obyektifitas dan rasionalitas
- Cakupan kemajuan
- Supervisi
- Perhatian terhadap kesejahteraan
- Keselamatan dan keamanan
2.4
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan merupakan pembaharuan
secara sadar akan pengetahuan dan peningkatan kompetensi guru sepanjang
kehidupan kerjanya. Tujuan khusus Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
sebagai berikut :
- Memfasilitasi guru untuk mencapai standar kompetensi profesi yang telah ditetapkan.
- Memfasilitasi guru untuk terus menerus meningkatkan kompetensinya
- Memotivasi guru untuk tetap mempunyai komitmen melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga yang profesional.
- Memotivasi guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam bentuk tulisan atau karya ilmiah.
- Mengangkat harkat,martabat rasa hormat dan kebanggaan kepada penyandang profesi guru.
Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB ) terdiri dari 3 unsur pengembangan diri yaitu
mengembangkan dirinya melalui karya yang inovatif yang dapat dilakukan dengan
diklat fungsional dan kegiatan kolektif
guru, publikasi ilmiah yaitu guru menuangkan hasil karya ilmiahnya dalam
bentuk tulisan.Jenis kegiatan dalam publikasi ilmiah antara lain :presentasi
pada forum ilmiah, hasil penelitian, tinjauan ilmiah, tulisan ilmiah populer,
artikel ilmiah, buku pelajaran, modul/diklat, buku dalam bidang pendidikan,
karya terjemahan, dan buku pedoman guru.Karya inovatif dapat dilakukan dengan kegiatan:
Menemukan
tehnologi tepat guna,menemukan atau menciptakan karya seni,
membuat/memodivikasi alat pelajaran/peraga/praktikum,mengikuti penyusunan
standar,pedoman penyusunan soal dan sejenisnya.
2.5
Kerangka Pikiran
Motivasi merupakan faktor yang
mempengaruhi pekerja.Seorang guru akan termotivasi untuk menjalankan upaya yang
tinggi apabila guru meyakini bahwa upaya itu memberikan pemuasan bagi
keinginannya sebagai imbalan atas usaha yang dilakukan.Sedangkan iklim
organisasi merupakan suatu keadaan atau sifat-sifat yang menggambarkan suatu
lingkungan psikologis yang dirasakan oleh orang yang berada di lingkungan
organisasi tersebut yang juga merupakan faktor yang mempengaruhi
kinerja.Apabila guru merasa bahwa iklim organisasi yang ada dalam organisasi
tempat bernaung cukup kondusif dan menyenangkan baginya untuk bekerja dengan
baik maka hal ini akan dapat membuat guru meningkatkan kinerjanya.Dalam
pengembangan keprofesian berkelanjutan diharapkan guru dapat meningkatkan
kualitas layanan pendidikan di sekolah dengan mengembangkan pengetahuan dan
menghasilkan karya-karya ilmiah.Berdasarkan uraian di atas maka kerangka
pemikiran pada penilitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 1
Pengaruh Motivasi Iklim Organisasi dan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Terhadap Kinerja Guru
|
|
2.6 Hipotesis
Hipotesis
yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah :
a) Terdapat
pengaruh yang siknifikan anatara motifasi terhadap kinerja guru SMPN 18 Kota
Semarang
b) Terdapat
pengaruh yang signifikan anatara iklim organisasi terhadap kinerja guru SMPN 18
Kota Semarang
c) Terhadap
pengaruh yang signifikan antara pengembangan keprofesian berkelanjutan terhadap
kinerja guru SMPN 18 Kota Semarang
d) Terdapat
pengaruh yang signifikan antara motivasi,iklim organisasi dan pengembangan
keprofesian berkelanjutan teradap kinerja guru SMPN 18 Kota Semarang
BAB III
Metode Penelitian
3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Explanatorydimana penelitian ini menggunakan dan menyoroti antara
variabel-variabel,penelitian ini juga merupakan penelitian survey yang
digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.Lokasi penelitian di
Kota Semarang tepatnya di SMPN 18 Kota Semarang.Dengan sasaran penelitian
adalah seluruh guru SMPN 18 Kota Semarang.
3.2 Populasi dan Sample
Populasi
didefinisikan sebagai keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,1998:115),dalam
penelitian ini adalah seluruh guru SMPN 18 Kota Semarang yang berjumlah 49
orang.
Sample
tersebut dapat mewakili populasi jika n adalah jumlah elemen sample dan N adalah
jumlah elemen popolasi,maka n < N (Supranto,2000:22).Teknik pengambilan
sample dengan menggunakan stratified
random sampling yaitu sekelompok subjek secara acak bedasar ciri atau
sifat-sifat tertentu yang dianggap memiliki hubungan erat dengan sifat populasi.
3.3 Tehnik Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah
1. Qustioner
(daftar pertanyaan)
Peneliti
mebagikan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengandung
butir-butir motifasi,iklim organisasi pkb dan kinerja
2. Interview
(wawancara)
Dalam
proses pengumpulah data peneliti menggunakan wawancara secara tidak struktur
yaitu dengan mengajukan prtanyaan langsung kepada guru SMPN 18 Kota Semarang
pada saat jam-jam istirahat.
3.5 Tehnik Analisis Data
Dalam
penelitian ini digunaka dua analisis
yaitu analisis deskriptif dan
kuantitatif.Adapun masing-masing
pengertian tersebut adalah berikut :
- Analisis data deskriptif yaitu analisis yang bersifat memberikan keterangan dan penjelasan untuk mendapatkan gambaran masalah yang menjadi objek penelitian.
- Analisis data kuantitatif adalah metode dengan mengumpulkan,menyajikan,dan menganalisis data yang menggunakan angka-angka perhitungan dengan pembuktian secara statistic,sedangkan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik,uji regresi linier berganda,pengujian hipotesis dengan uji t (parsial),uji f dan koefisien determinan.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Motivasi
berpengaruh positif terhadap kinerja.hal ini berarti apabila motivasi meningkat
maka kinerja juga meningkat demikian uga sebaliknya apabila motivasi menurun
atau memburuk maka kinerja guru juga menurun atau memburuk.
2. Iklim
organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja guru SMPN 18 Kota
Semarang artinya bila iklim organisasi membaik atau meningkat maka kinerja guru
SMPN 18 Kota Semarang juga membaik atau meningkat.Demikian juga sebaliknya bila
iklim organisasi memburuk atau menurun maka kinerja guru SMPN 18 Kota Semarang
juga memburuk.
3. Pengembangan
keprofesian berkelanjutan mempunyai pengaruh
positif terhadap kinerja guru SMPN 18 Kota Semarang artinya bila
pengembangan keprofesian berkelanjutan membaik atau meningkat maka kinerja guru
SMPN 18 Kota Semarang juga membaik atau meningkat.Demikian juga sebaliknya bila
pengembangan keprofesian berkelanjutan memburuk atau menurun maka kinerja guru
SMPN 18 Kota Semarang juga memburuk.
4.2 Saran
Untuk meningkatkan motivasi di
lingkungan guru SMPN 18 Kota Semarang yang dapat dilakukan dengan berusaha
pimpinan atau kepala sekolah selalu memantau pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan guru,sehingga guru dalam pelaksanaan pekerjaannya mendapatkan hasil
yang baik.Untuk menciptakan iklim organisasi yang kondusif di lingkungan
sekolah SMPN 18 Kota Semarang maka kepala sekolah secara rutin memberikan
fasilitas pelatihan dan pengembangan yang cukup bagi guru,sedangkan untuk menumbuhkan minat menulis/menciptakan karya
ilmiah kepala sekolah dapat memfasilitasi adanya pelatihan dan pengembangan
bagi guru.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi,2002,Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Edisi
Revisi
v.Rineka Cipata.Jakarta
Baron A.Robert dan Jerald
Greenberg,”Behavior in Organization:Understanding
and
Managing the Human Side of Work”,Allyn and Bacon,Boston London,Sydnay,Toronto,1990
Denison et al...,”Leader
Behavior,Work-Attitudes,and Turnover of Sales People
An
Integrative Study”,Journal of Personal
Selling and Sales Management,Vol XVI.No.2 (Sprinf 1996,pages 12-23)
Grundi T,1997,Manajemen Sumber Daya
Manusia,edisi ke 2,Yogyakarta,:Andi
Offset
Thoha Miftah,2001,Perilaku Organisasi
Konsep Dasar dan
Aplikasinya,PT.Grafindo
Persada,Jakarta
Yuan Ting,”Analisis of Jobs Satisfaction of the Federal White Cllor Work
Force:Finding
from The Survey of Federal Employe”,Journal
Amarican Review of Public Administration,1996,vol.26,no.4
Veronika
Sunarningsih,S.Ag,MM,lahir di Semarang , 12 Juli 1970.Sekolah Dasar Karang
Bolong,Magelang (1982), SMP Kanisius Raden Patah Semarang (1985),SMA Ignatius ,
Semarang (1988), Diploma 3 Pusat Informasi Katholik,Semarang( 1993) Sarjana
Agama dari Institut Pastoral Indonesia,Malang (1997).Magister Manajemen dari
Universitas Islam Sultan Agung,Semarang (2008).Tahun 1993-1995 mengajar di SD
Marsudirini, Jakarta, Tahun 1998-2001 mengajar di SMP Institut Indonesia ,Tahun
1999-2008 mengajar di SMP Mardisiswa Semarang, Tahun 2001 diangkat menjadi CPNS
dilingkungan Bimas Katholik Kementerian Agama Kota Semarang.Tahun 2004 diangkat
menjadi PNS bekerja sebagai guru Agama Katholik di SMP 1, SMP 18, dan SMP 31
Semarang sampai sekarang.
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUDAYA JAWA
Eksistensi
Yang Saling Membutuhkan
Oleh
: Mulyono *)
Abstrak
Pendidikan Karakter sangat penting diberikan
pada siswa dari tingkat Dasar atau Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah
Tingkat Atas (SMTA), SMA, MA, SMK justru sangat tepat ditanamankan sejak PAUD.
Ada 18 pendidikan karakter yang telah di tetapkan, dalam perkembanganya mungkin
bisa lebih. Sebenarnya pendidikan karakter sangat erat hubungannya dengan
pendidikan yang diberikan dalam keluarga, utamanya keluarga suku jawa, yang
kemudian dikenal dengan unggah-ungguh, tata krama. Ke 18 yang dimaksud adalah “Religi, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja
Keras, Kreatif, Mandiri,, Demokrasi, Rasa ingin tahu, Semangat Kebangsaan,Cinta
Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar
Membaca, Peduli lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung Jawab”
Pada
pendidikan keluarga jawa diajarkan sopan-santun, andap asor, yang juga dikenal
dengan unggah-ungguh. Juga diajarkan Hasta Sila, yang terdiri dari Tri Sila(Eling, Pracaya, Mituhu)dan Pancasila(rila, narima,temen sabar dan budi luhur).Diajarkan memberikan sesutu dengan iklas dan
tanpa paksaan, dimaksud memberikan sesuatu tanpa mengharapkan balasan.
Diharapkan memberikan
atau menyajikan pelajaran di sisipkan atau di sertakan pendidikan karater
sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan.
Kesimpulan pembentuan
Karakter perlu di integralkan melalui pembelajaran
Kata Kunci : Pendidikan Karakter-Jawa-Moel
I.
Pendahuluan
Pembelajaran Agama, khususnya Agama Katholik adalah prosespembelajaran interaksiantara peserta didik dengan guru dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu
direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar berjalan efektif dan efisien. Mengingat keragaman
budaya, latar belakang dan karakteristik peserta didik, maka pelajaran agama katholik perlu menyesuaikan
program pemerintah tentang pendidikan karakter.. Sebenarnya pendidikan agama
sudah memuat pendidikan budi pekerti yang juga pernah diberikan pada pelajaran
PKn dan PSPB di samping pelajaran Agama. Rencana kedepan pendidikan karakter akan dimulai pada pelajaran Agama,
PKn, Bahasa Indonesia, Sosiologi dan Matematika, kemudian diwajiban setiap mata
pelajaran.
II. RUMUSAN MASALAH
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), banyak Kendala dalam penyampaian
materi, termasuk diantaranya:
a.Apakah
Pelajaran Agama Khususnya Agama Katholik di tingkat Pendidikan Dasar sudah ada
keseragaman.
b.Apakah
dalam KBM sudah dimasukkan pelajaran Budi Pekerti, yang sekarang di perluas
menjadi Pendidikan Karakter
c.Apakah
pendidikan karakter ada pengaruhnya terhadap pendidikan agama Katholik.
III.TUJUAN PENULISAN
MAKALAH
Tujuan penulisan makalah dalam
seminar ini adalah :
a.Pentingnya keseragaman dalam Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) Agama Katholik,
agar materi yang diberikan sesuai dengan tujuan, yaitu pencapaian Silabus dan
RPP yang di buat.
b.Pentingnya
pendidikan karakter sebagai langkah lanjut dalam pendidikan Budi Pekerti.
c.Terbentuknya
siswa yang militan dan Religius.
IV.PEMBAHASAN
Pelaksanaan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) agama katholik dapat memasukkan unsur-unsur
budaya dalam pendidikan karakter diantaranya di tunjukkan sebagai berikut :
a.Budaya Jawa adalah seluruh aspek kehidupan
masyarakat Jawa sebagai perwujudan dari cipta, rasa, karsa, dan karyanya. Unsur-unsur
budaya Jawa meliputi filsafat Jawa, religiusitas Jawa, bahasa dan sastra Jawa,
kesenian Jawa, sejarah Jawa, sistem sosial Jawa, sistem ekonomi Jawa, ilmu
pengetahuan & teknologi Jawa, dll.Sifat dasar budaya Jawa religius, non
doktriner/ non dogmatis, toleran, akomodatif, optimistik (Sujamto,
1992).Kebudayaan Jawa bersifat sinkritis (H. Geertz) atau Tantularis (Sujamto)
karena menyatukan atau mengakomodasikan unsur-unsur pra Hindu, Buda,
Hindu-Jawa, dan Islam sedang kristiani datang belakangan (karena melalui
dokmatis dan ajaran gereja).
b.Sebagai ilustrasi dalam pendidikan
karakter, Dalam Ajaran
Islam, Islam masuk dan berkembang di Jawa berkat kerja keras para pedagang dari gujarad. Sambil mengembangkan misi keagamaan
mereka memanfaatkan teknik-teknik dagang menyebarluaskan ajaran Islam
(Poerbatjaraka, 1954). Dengan demikian penyebaran agama Islam tidak
dilakukan dengan cara konfrontatif dan kekerasan.
Pemeluk Agama Hindu
dan Agama Budha serta kepercayaan asli Jawa dengan segala tata cara ritualnya
tidak dihabisi begitu saja. Masyarakat Jawa dengan tata cara ritual keagamaan
dan kepercayaan sebelumnya secara bertahap dimasuki nilai-nilai ke Agamaan.Ajaran Kristiani masuk dan berkembang di Nusantara melalui dan
dibawa oleh pedagang VOC dan para misionaris (Pastur, Bruder dan Suster).Dengan
tekun membaur dengan masyarakat Jawa utamanya memberikan layanan dengan kasih.
c.Orang
Jawa percaya dan berlindung pada Sang Pencipta Dzat Yang Maha Tinggi.Orang Jawa
yakin bahwa manusia adalah bagian dari kodrat alam.Antara keduanya saling
mempengaruhi bahkan saling memiliki ketergantungan.Manusia Jawa menjalin
kebersamaan dan hidup rukun saling menghormati, tenggang rasa, menjaga
ketentraman.Sikap saling menghormati dapat dicapai melalui 3 perasaan yaitu
“isin”,“sungkan”, dan “wedi” (H.Geertz, 1973).Sikap mental Jawa, pandangan
hidup Jawa analog dengan sikap hidup orang Jawa atau bisa juga sikap hidup
masyarakat Jawa pada tempat-tempat tertentu.Pandangan hidup Jawa merujuk kepada
unsur sentral kebudayaan Jawa ialah sikap “rila”, “narima”, dan
“sabar”.Implementasi dari pandangan hidup tersebut berupa sikap hidup yang
disebut pasrah dan sumeleh.Indikator sikap hidup Jawa tersebut adalah: “rila”,
“narima”, “temen”, “sabar”, “berbudi luhur”, “eling”,“percaya”, “mituhu”, “mawas diri”, “satriya pinandhita”, “rukun”, “sepi
ing pamrih” (Serat Sasongko Jati). Indikator-indikator inilah yang selalu
diusahakan dalam kehidupan sehari-harinya.Orang Jawa menjunjung tinggi amanat
yang berwujud sesanti “memayu hayuning bawana” (E. Suwardi, 2005).Dalam penyampaian pendidiqan Karakter di implentasian dengan
pelajaran yang sesuai, diantaranya adalah Bertakwa (religious),Bertanggung
jawab (responsible),Berdisiplin
(dicipline),Jujur (honest),
Sopan (polite),Peduli
(care),Kerja keras (Hard
work), Sikap yang baik (good
attitude),Toleransi (tolerate),Kreatif
(Creative), Mandiri (independent),Rasa
Ingin Tahu (curiosty),Semangat
Kebangsaan (Nationality Spirit),Menghargai
(Respect),Bersahabat (Friendly),Cinta
damai (Peace Ful).
d.AjaranJawa yang kemudian
sebagai budaya jawa sangat terasa diberikan secara turun temurun, dipengaruhi budaya
Hindu dan Budha dimana diajarkan. Bangsa Indonesia saat ini krisis karakter,
meskipun dunia mengakui bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya, sopan,
santun, dan berbudi pekerti luhur. Indikasi tercermin ketika mencari dedalane guna lawan sekti (jalan
kesaktian), bangsa kita tidak lagi memakai jalan luhur kudu andap asor (penuh kesatuan). Nilai Karater dapat di
Implementasian dengan sikap jujur, berbudaya, teliti, cermat, cerdas, cerdi dan
tidak mengedepankan ambisi dengan mencari menang sendiri. Kesimpulan pembentuan
Karakter perlu di integralkan melalui pembelajaran
V. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Pelaksanaan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) agama katholik dapat memasukkan unsur-unsur
budaya dalam pendidikan karakter diantaranya di tunjukan sebagai berikut :
a.Sifat dasar budaya Jawa religius, non
doktriner/ non dogmatis, toleran, akomodatif, optimistic. Kebudayaan Jawa
bersifat sinkritis atau Tantularis, karena menyatukan atau mengakomodasikan
unsur-unsur pra Hindu, Buda, Hindu-Jawa, dan Islam sedang kristiani datang
belakangan (karena melalui dokmatis dan ajaran gereja).
b.Indikator sikap
hidup Jawa tersebut adalah: “rila”, “narima”, “temen”, “sabar”, “berbudi
luhur”, “eling”,“percaya”, “mituhu”, “mawas diri”, “satriya pinandhita”, “rukun”, “sepi
ing pamrih”
c.Indikasi tercermin
ketika mencari dedalane guna lawan sekti
(jalan kesaktian), bangsa kita tidak lagi memakai jalan luhur kudu andap asor (penuh kesatuan). Nilai
Karater dapat di Implementasian dengan sikap jujur, berbudaya, teliti, cermat,
cerdas, cerdi dan tidak mengedepankan ambisi dengan mencari menang sendiri.
d.Bangsa Indonesia saat
ini krisis karakter, meskipun dunia mengakui bangsa Indonesia adalah bangsa
yang berbudaya, sopan, santun, dan berbudi pekerti luhur. Indikasi tercermin
ketika mencari dedalane guna lawan sekti
(jalan kesaktian), bangsa kita tidak lagi memakai jalan luhur kudu andap asor (penuh kesatuan). Nilai
Karater dapat di Implementasian dengan sikap jujur, berbudaya, teliti, cermat, cerdas,
cerdi dan tidak mengedepankan ambisi dengan mencari menang sendiri. Kesimpulan
pembentuan Karakter perlu di integralkan melalui pembelajaran
2.SARAN
1.Setiap pendidik diharapkan menguasai bidang studi yang di ajarkan, kemudian
pendidikan karakter baru di implementasikan dalam silabus dan juga pada RPP.
2.Keseragaman dan kesamaan
langkah dalam KBM agama katholik agar persepsi yang diterima muridpun sama.
--------------------------------------------------------------------------------
. Pangestu (Paguyuban Ngesthi Tuggal), inti
sari kitab Sasongko Jati
.Diambil dari naskah pendidikan karater oleh
Dr.Sudharto, MA, pada Sarasehan budaya selasa kliwon YSBJ Kanthil, 30 April 2012
di museum ronggowarsito semarang
Diambil IGKasimo, buku pendidikan agama katolik terbitan kanisius Yogyaarta
Disampaikan pada Seminar Ilmiah tentang Pendidikan
Karakter MKKS Kab Wonogiri dan Kepala
SMP se eks Karesidenan Surakarta oleh Prof Dr Wedha Sunarno, M.Pd (Guru Besar
Fisika FKIP UNS Surakarta), Kamis, 5 Juli 2012.
2.SARAN
1. Setiap pendidik diharapkan menguasai bidang
studi yang di ajarkan, kemudian pendidikan karakter baru di implementasikan
dalam silabus dan juga pada RPP.
2. Keseragaman dan kesamaan langkah dalam KBM agama katholik agar persepsi
yang diterima muridpun sama.
VI.DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 1997 Pengelolaan
Kelas. Jakarta : Depdikbud dan PT Rajawali.
Pendidikan
Agama Katolik Sekolah Menengah Atas (SMA,SMK), 2004
Soetomo,
Prof. Dr. Dr, Pendidikan Karakter,
Disampaikan dalam penataran guru agama katholik se Jawa Tengah
Sudjana, 2009 Penilaian Hasil Proses Belajar, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Sasongko Jati, Pangestu
Sudharto, Dr, MA, Sarasehan Budaya Selasa Kliwon YSBJ
Kanthil
Lampiran 1
Sedangkan Nilai Karakter yang hendak di
capai adalah :
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan
Kaarakter Bangsa
NILAI
|
DESKRIPSI
|
1. Religius
|
Sikap dan perilaku yang
patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
|
2. Jujur
|
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
|
3. Toleransi
|
Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
|
4. Disiplin
|
Tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
|
5. Kerja Keras
|
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
|
6. Kreatif
|
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru
dari sesuatu yang telah dimiliki.
|
7. Mandiri
|
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
|
8. Demokratis
|
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
|
9. Rasa Ingin Tahu
|
Sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
|
10.
Semangat Kebangsaan
|
Cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
|
11. Cinta Tanah Air
|
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
|
12. Menghargai
Prestasi
|
Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
|
13. Bersahabat/
Komuniktif
|
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja
sama dengan orang lain.
|
14. Cinta Damai
|
Sikap,
perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman ataskehadiran dirinya.
|
15. Gemar Membaca
|
Kebiasaan menyediakan
waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
|
16. Peduli Lingkungan
|
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
|
17. Peduli Sosial
|
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
|
18. Tanggung-jawab
|
Sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
|
Diambil dari pendidikan Karakter Kemendinas 2009.
*) Mulyono (Drs. Mulyono, M.Pd., M.Par.) Mantan angota MGMP
Agama Katholok SMA/SMK KotaSemarang.Mantang Ketua MGMP Bhs Jawa Kota Semarang,
Ketua Forum MGMPBhs Jawa, Jawa Tengah, Pegiat FMKI Keuskupan Agung Semarang,
Pegiat YSBJ Kanthil, Guru Matematika,
Bahasa Jawa, Agama Katolik SMA Negeri 9
Semarang dan Guru SMK Keperawatan Husada Nusantara Semarang,Tutor (Dosen) Matematika dan Statistik UT, Dosen
PTS Kebudayaan dan BahasaJawa.
VII.
BIODATA
PENULIS
DAFTAR RIWAYAT
HIDUP
Mulyono,
terlahir Sinu Mulyono, di Desa Papringan Kec. Kaliwungu Kabupaten Semarang, 14
Oktober 1957 dari AyahRSoediran Kartopawiro dan Ibu sebagai Petani. SD, SMP
diselesaikan di Desa, SLTA di SMA Kanisius Slamet Riyadi Jurusan Ilmu Pasti dan
Pengetahuan Alam di Surakarta lulus th 1976, tahun 1978 meneruskan pada FKIP
Universitas Sebelas Maret (UNS) Jurusan Matematika, lulus Deploma III th 1982
dilanjutkan ke Doktoral, lulus th 1984. Th 2005 mendapatkan kesempatan
meneruskan S-2 Pascasarjana UNNES pada prodi MIPA Jurusan Matematika lulus
(M.Pd) November 2007. Pada bulan November 2008 masuk Pascasarjana (S-2) Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi dan Pariwisata Indonesia (STIEPARI) mengambil Jurusan
Magister Manajemen Pariwisata dan Perhotelan, lulus (M.Par) Maret 2012.
Karier dimulai
dari Guru SMA Kanisius Slamet Riyadi Surakarta, SMA Tunas Pembangunan 1 (dulu
Tunas Jaya) dan SMA Murni Surakarta pada tahun 1978 s.d 1982 mengampu bidang
studi Matematika, Fisika, Geografi dan Menggambar, serta Bimbingan Belajar
(STUPA, Ganeca EXACT dan Neutron) di kota Surakarta. Pada tahun 1983 sampai
sekarang sebagai Guru SMA Negeri 9 Semarang mengampu bidang studi Matematika,
Bahasa Jawa dan Agama Katholik, pernah mengajar di SMA PGRI 4 Semarang (bubar
th 1990), SPK PPNI (Sekolah Perawat Kesehatan, bubar 2009), tahun 1987 – 1990
sebagai Guru Inti Matematika Kab. Semarang dan Kota Salatiga, sebagai Widya
Iswara PT KA (dulu PJKA th 1988 s.d 2001). Sekarang masih mengampu bidang studi
Matematika di SMK Ignatius Semarang, Seni Budaya dan Bahasa Jawa di SMK
Keperawatan Husada Nusantara, Tutor (Dosen) Matematika dan Statistik UT
(Universitas Terbuka) UPBJJ Semarang th 2008 s.d sekarang, Dosen Tidak Tetap
bidang studi Matematika, Statistik, Manajemen, Seni Budaya dan Bahasa Jawa di
beberapa Perguruan Tinggi sampai sekarang. Di bidang profesi sebagai pegiat dan
Pengurus YSBJ (Yayasan Studi Bahasa Jawa) Kanthil Jawa Tengah sejak th 2009 s.d
sekarang, mantan ketua MGMP Bahasa Jawa kota semarang, sejak Juli 2009 s.d
sekarang sebagai Ketua Forum Komunikasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa
Jawa (FKMGMPBJ) Jawa Tengah. Banyak mengisi rubrik dibeberapa media baik cetak
maupun elektronik dengan nama samaran Ki
Mayangkara atau M Sinu Kerto
ABSTRAK
Pembelajaran merupakan
proses interaksi antar peserta didik, guru dan sumber pembelajaran. Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, memberi
kesempatan yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, kemandirian sesuai dengan
bakat, minat serta perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, mengamanatkan
bahwa salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar
proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran; berlaku bagi tingkat pendidikan
dasar dan menengah pada jalur formal;mencakup
perencanaan, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil belajar,
serta pengawasan proses pembelajaran agar dapat
terlaksana dengan efektif dan efisien.
Pemilihan metode
pembelajaran erat berhubungan dengan
strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran merupakan perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat agar kompetensi dasar yang ditetapkan dapat tercapai. Strategi pembelajaran yang
tepat sekarang ini dikenal dengan
terminologi Pembelajaran Aktif.
Motode pembelajaran
adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi
dari hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai lebih efektif dan efisien.
Loka karya Komisi Kateketik KWI di Malino (1981) menghasilkan metode
pembelajaran yang perlu dikembangkan, yaitu metode pembelajaran pergumulan
pemahaman iman.Metode ini, mengajak
peserta didik untuk menggumuli pemahaman imannya. Agar proses tersebut berdayaguna, guru hendaknya
memberikan suasana pembelajaran yang terbuka, ramah, dialogis dan menyenangkan.
Metode mengajar yang
bervariasi perlu dimiliki oleh pendidik dan dipraktekkan pada saat mengajar.
Kata Kunci: Metode, Pembelajaran,
Pendidikan Agama Katolik
Pengantar
Pembelajaran
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan,
dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar berjalan efektif dan efisien. Mengingat keragaman
budaya, latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk
menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata
pelajaran dituntut agar fleksibel,
luwes, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan
pendidikan dasar dan menengah semestinya interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan memberi kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat serta perkembangan fisik dan psikologis
peserta didik.
Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005[3],
mengamanatkan bahwa salah satu standar yang dikembangkan adalah standar proses.
Standar Proses adalah Standar Nasional
Pendidikan berkenaan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada suatu Satuan Pendidikan demi mencapai kompetensi
lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan
pendidikan dasar dan menengah di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Standar proses berlaku bagi tingkat pendidikan dasar dan
menengah pada jalur formal, baik sistem paket maupun pada sistem kredit
semester.
Standar
Proses mencakup perencanaan, pelaksanaan,
penilian serta pengawasan agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.
I.
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pemilihan
metode pembelajaran erat hubungannya
dengan strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat
tentang kegiatan pembelajaran agar
kompetensi dasar yang sudah ditetapkan
dapat tercapai. Startegi yang dipilih pada adalah strategi yang
memampukan siswa semakin dalam belajar.Strategi pembelajaran yang tepat
sekarang ini dikenal dengan termonologi
Pembelajaran Aktif. Pembelajaran merupakan sebuah usaha untuk menciptakan iklim dan suasana serta pelayanan terhadapkemampuan, potensi, minat,
bakat, serta kebutuhan siswa (peserta didik) yang majemuk agar tercipta interaksi optimal antara guru dengan siswa,
dengan siswa dengan siswa. Di sekolah, tindakan pembelajaran ini
dilakukan oleh narasumber guru terhadap siswa.Jadi padahakekatnya strategi pembelajaran berkaiterat dengan pemilihan metode pembelajaran yang
dilakukan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Penerapan suatu metode pembelajaran berhubungan dengan pembelajaran aktif, akan melibatkan
metode pembelajaan yang variatif.
Metode
pembelajaran adalah penerapan model, pola atau langkah-langkah pembelajaran
tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai secaraefektif
dan efisien.
Kegiatan pembelajaran di kelas disebut
metode pembelajaran apabila terdapat unsur-unsur:
1.
kajian ilmiah dari penemunya,
2.
tujuannya,
3.
tingkah laku yang spesifik, dan
4.
kondisi khusus yang diperlukan agar
pembelajaran berlangsung efektif.
Proses pembelajaran mensyaratkan
hubungan intensif antara anak didik dengan
guru. Peserta didikadalah seseorang atau sekelompok orang sebagai
pencari, penerima pelajaran yang diperlukan, sedangkan guru merupakan orang
yang menjalani profesi sebagai pengolah kegiatan pembelajaran dan peranan lain
yang mendukung terselenggaranya kegiatan
pembelajaran yang efektif.
Kegiatan pembelajaran memilikibeberapa
komponen, yaitu peserta didik, guru
(pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan
evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah terciptanyaperubahan perilaku positif dari
anak didik sesudahselesai mengikuti
serangkaian kegiatan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran sebagai out come
atau hasil akhirmengandaikan adanya metodologi mengajar yang berdaya guna.Karena
keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) banyak ditentukan dan dipengaruhi
oleh cara mengajar guru, maka metodologi
mengajar semestinya dikuasai oleh guru
atau pendidik. Apabila gurucara mengajarnya menyenangkan dan enak menurut anak
didik, maka dapat diandaikan mereka akan tekun, rajin, antusias mengikuti
kegiatan pembelajaran , dan pada gilirannya dapat diharapkan akan terjadi
perubahan perilaku pada diri anak didik siswa.
Metodologi mengajar banyak ragamnya. Oleh karena itu kita, sebagai
pendidik, dituntut menguasainya, agar
dalam proses pembelajaran tidak hanya menggunakan satu metode saja, tetapi variatif,
sehinggatujuan pengajaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Mengingat
metode mengajar dalam proses pembelajaran sangat penting maka penulis hendak
membahas tema sekaligus judul tulisan ini "Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik”.
B. Batasan Pengertian
1. Pengertian Metodologi
Metodologi berasal dari bahasa Yunani: " Meta " dan " Hodos " meta artinya jauh (melampaui), Hodos artinya jalan (cara). Metodologi adalah ilmu mengenai cara-cara mencapai tujuan.
2. Pengertian Mengajar
Beberapa definisi tentang mengajar[4]:
1. Arifinmendefinisikan bahwa mengajar adalah " . suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu ".
2. Tyson dan Caroll mengemukakan bahwa mengajar adalah:” a way working with students ... A process of interaction .the teacher does something to student, the students do something in return”. Dari definisi itu tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
3. Nasutionberpendapat bahwa mengajar adalah "suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar".
4. Tardifmerumuskan bahwa mengajar adalah “any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar”.
5. Biggs, seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu :
a. Pengertian Kuantitatif, mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebai-baiknya.Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.
b. Pengertian institusional, mengajar berarti “the efficient orchestration of teaching skills”, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan dan kebutuhannya.
c. Pengertian kualitatif, mengajar diartikan sebagai “the facilitation of learning”, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.
Dari aneka definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan sistematik dari suatu lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik yang saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran dapat dicapai.
Metodologi berasal dari bahasa Yunani: " Meta " dan " Hodos " meta artinya jauh (melampaui), Hodos artinya jalan (cara). Metodologi adalah ilmu mengenai cara-cara mencapai tujuan.
2. Pengertian Mengajar
Beberapa definisi tentang mengajar[4]:
1. Arifinmendefinisikan bahwa mengajar adalah " . suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu ".
2. Tyson dan Caroll mengemukakan bahwa mengajar adalah:” a way working with students ... A process of interaction .the teacher does something to student, the students do something in return”. Dari definisi itu tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
3. Nasutionberpendapat bahwa mengajar adalah "suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar".
4. Tardifmerumuskan bahwa mengajar adalah “any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar”.
5. Biggs, seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu :
a. Pengertian Kuantitatif, mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebai-baiknya.Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.
b. Pengertian institusional, mengajar berarti “the efficient orchestration of teaching skills”, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan dan kebutuhannya.
c. Pengertian kualitatif, mengajar diartikan sebagai “the facilitation of learning”, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.
Dari aneka definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan sistematik dari suatu lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik yang saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran dapat dicapai.
3. Pengertian Metodologi Mengajar
Berdasar berbagai definisi metodologi dan mengajar tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik, yaitu terpacainya tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan, maka pendidik perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Berdasar berbagai definisi metodologi dan mengajar tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik, yaitu terpacainya tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan, maka pendidik perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah :
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah :
1. Metode pempelajaran apakah yang tepat digunakan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik?
D. Tujuan Penulisan Makalah
D. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan karya tulis ini bertujuan memberikan informasi kepada pembaca mengenai
perlunya pendidik menguasai metodologi mengajar, dan menerapkannya dalam
kegiatan pembelajaran, agarmateri yang disampaikan dapat diterima dan tercerna oleh peserta didik, dan
diwujudnyatakan dalam sikap dan perbuatan
dalam kehidupan sehari-hari.
II. PEMBAHASAN
II. PEMBAHASAN
Dalam tulisan ini saya hendak melangkah dalam dua tahap:
1.
Membahas metode
pembelajaran pada umumnya dan
2.
Membahas metode
pergumulan atau pergulatan iman dalamPendidikan Agama Katolik.
Marilah kita melangkah tahap demi tahap.
1.
Metode Pembelajaran Pada Umumnya
Beberapa metode mengajar yang dapat divariasikan oleh pendidik diantaranya
:
1. Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan referensi atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan pemahaman siswa.
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan referensi atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan pemahaman siswa.
Kelemahan dan kelebihan metode ceramah[5]
Kelemahan
|
Kelebihan
|
a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa c. Menghambat daya kritis siswa d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya. e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik. f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata). g. Bila terlalu lama membosankan. |
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan
pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah
besar.
d. Mudah dilaksanakan |
2.
Metode diskusi (
Discussion method )
Muhibbin Syah, dalam Syaiful Bahri Djamarah[6] mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Muhibbin Syah, dalam Syaiful Bahri Djamarah[6] mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan dan kekuranga metode diskusi
Kelebihan
|
Kekurangan
|
a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai
jalan
b. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik. c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. |
a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas. c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara. d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal |
3. Metode demontrasi ( Demonstration method )
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
Metode demonstrasi[7] adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi[8] adalah :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
Metode demonstrasi[7] adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi[8] adalah :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa
Kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi
Kelebihan
|
Kekurangan
|
a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu
kerja suatu benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan . c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya. |
a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan
dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan |
4. Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa.
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)
5. Metode resitasi ( Recitation method )
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar yang mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan dan kekurangan metode resitasi[9]
Kelebihan
|
Kelemahan
|
a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan
dapat diingat lebih lama.
b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri. |
a. Terkadang anak didik melakukan penipuan, yaitu anak didik hanya meniru
hasil pekerjaan temannya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan. c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual |
6. Metode percobaan ( Experimental
method )
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan[10].
Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan percobaan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan[10].
Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan percobaan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Kelebihan dan kekurangan metode percobaan
Kelebihan
|
Kekurangan
|
a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru
atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi. c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia. |
a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan
mengadakan ekperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus
menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan
teknologi.
|
7. Metode Karya Wisata ( Study tour
method )
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan dan kekurangan metode karya wisata
Kelebihan
|
Kekurangan
|
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat. c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak. |
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang. c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan. d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan. e. Biayanya cukup mahal. f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh. |
8. Metode Latihan Keterampilan ( Drill
method )
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar dengan mengajak siswa ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar dengan mengajak siswa ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
Kelebihan dan kekurangan metode latihan ketrampilan
Kelebihan
|
Kekurangan
|
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan
huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya. c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. |
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih
banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan. d. Dapat menimbulkan verbalisme. |
9. Metode mengajar beregu ( Team
teaching method )
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar yang pendidiknya terdiri lebih dari satu orang dengan tugas masing-masing. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator.Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung.Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.
10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri. Metode ini lazim disebut metode tutor sebaya.
11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.
12. Metode perancangan ( projeck method )
Metode Perancangan yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar yang pendidiknya terdiri lebih dari satu orang dengan tugas masing-masing. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator.Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung.Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.
10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri. Metode ini lazim disebut metode tutor sebaya.
11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.
12. Metode perancangan ( projeck method )
Metode Perancangan yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
Kelebihan dan kekurangan metode
perancangan
Kelebihan
|
Kekurangan
|
a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih
luas dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan.
b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. |
a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal
maupun horisontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini. c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan. d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas. |
13. Metode Bagian ( Teileren method
)
Metode bagian yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
14. Metode Global (Ganze method )
Metode Global yaitu suatu metode mengajar yang meminta siswa membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.
Metode bagian yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
14. Metode Global (Ganze method )
Metode Global yaitu suatu metode mengajar yang meminta siswa membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.
2. Metode Pembelajaran Pergumulan Pemahaman Iman dalam
Pendidikan Agama Katolik
Loka Karya Pendidikan Agama Katolik (PAK) di Malino pada tahu 1981 merumuskan
tujuan PAK agar peserta didik dapat menggumuli imannya dari sudut pandang
kristiani sehingga diharapkan menjadi manusia yang paripurna (beriman dewasa)
yang mampu mempertanggungjawabkan imannya. Dasar pemikirannya adalah agar PAK tidak berhenti pada pengetahuan (knowledge) saja, tetapi pengetahuan yang
didayagunakan untuk membangun hidup dalam suatu pergumulan atau pergulatan
iman, yaitu membangun hidup menurut teladan Yesus Kristus. Pembangunan hidup
tersebut merupakan pilihan bebas.Dalam prosesnya, tujuan tersebut menekankan tiga
aspek, yaitu aspek pemahaman diri, sesama dan lingkungan.
Dalam loka karya Malino dihasilkan sebuah metode yang perlu dikembangkan
dalam PAK, yaitu metode pembelajaran pergumulan pemahaman iman.Metode ini, mengajak
peserta didik untuk menggumuli pemahaman imannya.Peserta diajak untuk
mengetahui, mengerti dan memahami, membandingkan atau mengkonfrontasi
pengalaman hidupnya agar sampai kepada makna pribadi dan mengintegrasikannya
dalam hidup sehari-hari.Agar proses tersebut berdayaguna, guru hendaknya
memberikan suasana pembelajaran yang terbuka, ramah, dialogis dan menyenangkan.
Pada hakekatnya, metode pembelajaran pergumulan atau pergulatan pemahaman
iman berupaya mensinergikan dua pola dasar dalam PAK, yaitu kedudukan PAK,
sebagai pelajaran dan tujuan PAK sebagai pendidikan agama pada umumnya.
Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bagian kecil dan
berbeda dengan proses katekese. Dengan metode tersebut, PAK diharapkan guru mampu
mengembangkan secara optimal segala kemungkinan agar peserta didik sampai
kepada pergulatan iman, yang tidak hanya sebatas pelajaran
(kognitif).Pendidikan Agama Katolik berbeda dengan katekese, oleh karenanya
guru tidak harus berkatekese. Tetapi dengan metode tersebut, guru diharapkan
mampu memahami batas-batas di mana
proses dapat membantu dan mempertajam pergumulan dan bagaimana pengajaran menjadi
sebuah pelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan bahan atau materi ajar. Oleh
karena itu katekese sebagai sebuah proses saling tukar pengalaman iman, komunikasi
iman, menjadi pola yang membantu agar pergulatan iman menjadi semakin dalam,
tanpa menyingkirkan dan mengubah seluruh rancangan bahan dan materi yang hendak
digumuli. Maka dengan metode ini, guru diharapkan memperhatikan pengalaman,
keanekaragaman, kemampuan dari peserta didik. Agar proses pembelajaran berjalan optimal, maka pembelajaran bukan
hanhya pelajaran agama, tetapi sebaiknya
sampai pada pastoral sekolah. Artinya
pelajaran agama katolik harus sampai kepada upaya-upaya pengembangan, peningkatan,
pembinaan hidup beriman dengan
menciptakan suasana, hubungan dalam segala unsur entah peserta didik dengan
guru, wali atau orang tua peserta didik dengan pastoral kegerejaan dilingkungan
sekolah.
Langkah-langkahyang dapat dilakukan dalam metodepembelajaran pergumulan
atau pergulatan pemahaman iman, antara lain:
1.
Menampilkan pengalaman
manusia dan fakta-fakta (data empirik).
Guru berupaya mengajak peserta didik untuk melihat,
membaca pengalaman, fakta dan situasi yang
dapat membuka pemikiran dan menjadi umpan balik untuk melangkah
memperdalam materi atau bahan ajar.
2.
Pengolahan (eksplorasi
dan elaborasi).
Langkah selanjutnya adalah guru mengajak peserta didik
untuk mengetahui dan memahami dengan mendalam dan luas pengalaman, fakta dan situasi yang telah
menjadi umpan dan pendalaman dari langkah sebelumnya.
3.
Pergumulan.
Pada langkah ini peserta didik dapat mengalami
peneguhan, konfirmasi atau kritik.Setelah mengolah pengalaman dan fakta, siswa selanjutnya
diajak mendalaminya agar mendapatkan pengetahuan dan nilai yang lebih luas dan
mendalam. Guru mengajak peserta didik untuk semakin menggumuli bahan
pembelajaran. Dalam proses ini, guru mengajak peserta didik untuk
mengintegrasikan segala nilai dan pemahaman yang telah ditemukan dan
menjadikannya sikap hidup, penerapan dan tindak lanjut dalam hidupnya.
Metode pembelajaran pergumulan atau pergulatan pemahaman iman memungkinkan
proses belajar tidak hanya sampai kepada pengolahan dan pemaparan semata, namun
diupayakan sampai kepada bentuk-bentuk pergumulan. Melalui pergumulan, peserta didik
diajak untuk semakin mengenal, memahami dan mampu mempertanggungjawabkan,
mengintegrasikan, berdialog, berpartisipasi dan berkomunikasi dalam proses
pemahaman imannya. Dengan kata lain pembelajaran bukan hanya sampai pada ranah
kognitif, tetapi sampai pada ranah afektif dan psikomotorik (life skill).
Metode pembelajaran ini ingin membantu peserta didik mampu mengambil
keputusan yang bertanggungjawab mengenai pandangan-pandangan kristiani, ajaran,
nilai-nilai, dan berbagai pemahaman akan katolisitas. Hal itu dikarenakan,
dengan metode pembelajaran ini, peserta didik pertama diajak untuk
mengetahui isi bahan ajar, kemudian
memahaminya, selanjutnya digumuli dalam konteks hidup peserta didik. Dalam
proses pergumulan, peserta didik diajak untuk mempertanggungjawabkannya,
bagaimana ajaran dan nilai-nilai moral kristiani tersebut bagi hidupnya.
Peserta didik diberikan kebebasan berpikir, menentukan secara partisipatif dan
berdialog dengan guru, rekan-rekannya tentang segala apa yang telah dipahami
dan kemudian digumulinya.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode mengajar yang bervariasi perlu dimiliki oleh pendidik dan dipraktekkan pada saat mengajar.
Beberapa hal yang perlu disepakati:
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode mengajar yang bervariasi perlu dimiliki oleh pendidik dan dipraktekkan pada saat mengajar.
Beberapa hal yang perlu disepakati:
1. Kita
tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap metode
pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
2. Kita
dapat memilih salah satu metode pembelajaran yang dianggap sesuai dengan
materi pelajaran dan jika perlu dapat dapat
menggabungkan beberapa metode pembelajaran.
3. Metode
apapun yang diterapkan, jika kita kurang
menguasai materi dan kurang disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran kita
tidak efektif.
4. Oleh
karena itu, komitmen kita adalah sebagai berikut:
a. Kita
perlu mengusai materi yang akan diajarakan, dapat mengajarkannya, dan terampil
mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
b. Kita
berniat untuk memberikan apa yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh
hati, hangat, ramah, antusias, dan bertanggungjawab.
c. Menjaga
para siswa agar “mencintai” kita, menyenangi materi yang diajarkan, dengan
tetap menjaga kredibilitas dan wibawa
sebagai guru.
d. Kita
sebagai guru dapat mengembangkan metode pembelajaran sendiri. Anggaplah kita
sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
2. Pendidik yang bijaksana dalam
pelaksanaan pengajaran (pembelajaran) selalu berpikir bagaimana murid-muridnya,
apakah murid-muridnya dapat mengerti apa yang disampaikan, apakah murid
mengalami proses belajar, apakah materinya sesuai dengan pemahaman dan
kematangan anak, dan sebagainya.
B. Saran
1. Hendaknya pendidik mengenal dan memahami peserta didiknya.
2. Pendidik hendaknya memiliki keterampilan metode mengajar yang bervariasi.
3. Bagi mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan, hendaknya secara antusias untuk meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan dunia pendidikan.
1. Hendaknya pendidik mengenal dan memahami peserta didiknya.
2. Pendidik hendaknya memiliki keterampilan metode mengajar yang bervariasi.
3. Bagi mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan, hendaknya secara antusias untuk meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan dunia pendidikan.
Daftar Pustaka
Asrori, Muhammad, 2007: Psikologi Pembelajaran, Bandung , Wahana Prima.
Djamarah, Syaiful Bakri, 2000:
Psikologi Belajar, Bandung, Bumi Aksara.
Surwanti, Asra, 2007: Metode Pembelajaran, Bandung, Wahana Prima.
Suryabrata, Sumadi, 2007: Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rajawali Pers.
Winkel, 1991: Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta, Gramedia
BIODATA
Drs. Damianus Nursih
Martadi, lahir di Yogyakarta, 24 Maret 1964. Pendidikan dasar diselesaikan di
Semarang, pendidikan menengah diselesaikan di Yogyakarta. Menyelesaikan
pendidikan Sarjana Teologi di IKIP Sanata Darma (Sekarang Universitas Sanata
Darma)(1992), Bakaloreat Teologi di Fakultas Teologi Wedabakti, Kentungan,
Yogyakarta (1992). Tahun 1995 – 1997 belajar ilmu Komunikasi Pembangunan di
Institut Pertanian Bogor. Sejak tahun 2000 menjadi PNS Departemen Agama, bekerja
di kantor Depatemen Agama Kabupaten Wonosobo (2000-2006); bekerja di kantor
kementerian Agama Kota Semarang, guru Agama Katolik di SMAN 15 Semarang (2007 –
sekarang), SMKN 11 Semarang (2009- sekarang); Ketua komisi Kateketik Kevikepan
Semarang (2004 – 2010), Ketua Paguyuban Guru Agama Katolik Kota Semarang (
2011– sekarang).
PENGEMBANGAN
GOA MARIA
SEBAGAI TEMPAT
PEMBINAAN IMAN[11]
Oleh
Damianus Widihantara[12]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh langsung maupun tak langsung kemasan daya tarik, infrastruktur dan fasilitas terhadap loyalitas melalui harapan
pengunjung di Obyek Ziarah Goa Maria Kerep Ambarawa. Data yang digunakan adalah
data primer tentang variabel kemasan daya tarik (7 item), variabel
infrastruktur (7 item), variabel fasilitas (9 item), variabel harapan (6 item)
dan variabel loyalitas (6 item). Semua item pernyataan diukur dengan Skala
Likert.Penentuan sampel menggunakan teknik accidental sampling, sedangkan
teknik pengumpulan data menggunakan penyebaran kuesioner kepada 100 pengunjung
obyek ziarah Goa Maria Kerep Ambarawa.Data dianalisis dengan deskriptif
kuantitatif dan kualitatif.Hasil analisis data menunjukkan bahwa semua
hipotesis yang diajukan dapat diterima, artinya bahwa variabel kemasan daya
tarik, infrastruktur dan fasilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap harapan
pengunjung, sedangkan dari hasil uji analisis jalur ( langsung maupun tak
langsung) ketiga variabel tersebut ditemukan berpengaruh dominan langsung
terhadap loyalitas melalui harapan pengunjung.
Kata Kunci: daya tarik, infrastruktur,
fasilitas, harapandan loyalitas.
I.Latar
Belakang Masalah
Judul asli dari penelitian ini adalah pengaruh kemasan
daya tarik, infrastruktur, fasilitas terhadap kepuasan pengunjung serta
implikasinya pada loyalitas di Goa Maria Kerep Ambarawa. Namun yang akan
diungkap selain persoalan kelima variabel tersebut diatas yaitu kemasan daya
tarik, infrastruktur, fasilitas, kepuasan
dan loyalitas tetapi juga adalah sejauh mana Goa Maria dapat digunakan
sebagai tempat pembinaan iman bagi umat Katolik itu sendiri maupun bagi siapa
pun yang membutuhkan tempat ini sebagai sarana komunikasi dengan Yang Maha
Kuasa.
Hal tersebut di atas berdasarkan fakta bahwa ada gejala
banyak orang yang mengunjungi tempat-tempat ziarah dari berbagai agama.Dan
khusus umat Katolik, terlihat gejala semakin banyak berdiri Goa Maria dan
semakin banyak pula umat yang berkunjung ke Goa Maria, ini merupakan fenomena
yang menarik untuk dikaji dan teliti.
Selain itu, Goa Maria dijadikan sebagai objek
penelitian, hal ini dilatar belakangi oleh trend saat ini dengan munculnya
kelompok-kelompok masyarakat yang berminat terhadap pengkayaan agama, mental
dan spiritual.Salah satu jenis obyek semacam ini adalah Goa Maria.Dalam usaha
memotivasi kunjungan ke suatu obyek Goa Maria,
perlu usaha mengembangkan obyek tersebut melalui kemasan daya tarik,
infrastruktur dan fasilitas. Selain itu, untuk menemukan jawaban atas motivasi
pengunjung ke Goa Maria, khususnya bagi umat Katolik.
Dalam rangka optimalisasi pengembangan ziarah
khususnya ziarah religi maka perlu diambil tindakan-tindakan untuk meningkatkan
minat dan kunjungan. Kebijakan tersebut
dituangkan dalam 2 program pokok yaitu
program pemasaran ziarahdan program pengembangan produk ziarah. Kedua program
pokok tersebut tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsur pokok industri pariziarah
yakni accessibility, atraction,
infrastruktur, transportasion dan hospitality.[13] .
II.Pembatasan masalah
Dari beberapa faktor yang
mempengaruhi harapan dan loyalitas pengunjung di Goa Maria Kerep Ambarawa, maka
penulis membatasi pada variabel kemasan daya tarik, infrastruktur dan
fasilitas.
III.Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan
dapat dirumuskan sebagai berikut
- Apakah kemasan daya tarik, infrastruktur dan fasilitas berpengaruh terhadap harapan pengunjung di Gua Maria Kerep Ambarawa?
- Apakah kemasan daya tarik, infrasturuktur dan fasilitas berpengaruh langsung terhadap loyalitas serta tidak langsung melalui harapan pengunjung di Gua Maria Kerep Ambarawa ?
IV.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka tujuan dari
penelitian ini sebagai berikut :
- Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh daya tarik, infrastruktur dan fasilitas terhadap harapan pengunjung di Gua Maria Kerep Ambarawa.
- Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh langsung maupun tak langsung kemasan daya tarik, infrastruktur dan fasilitas terhadap loyalitas maupun melalui harapan pengunjung di Gua Maria Kerep Ambarawa.
V.Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi
Terkait
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan
dapat dijadikan bahan evaluasi dan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah, Bimas
Katolik, Kelompok Kategorial dan Pengelola Goa Maria Kerep Ambarawa memenuhi
harapan pengunjung dan meningkatkan
jumlah pengunjung
- Bagi Lembaga Pendidikan
Dengan hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai tempat ziarah.
VI.Desain Penelitian
Berdasarkan latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah eksplanatori (eksplanatory method).
Penelitian eksplanatori adalah jenis penelitian yang menyoroti hubungan antara
variabel terikat (dependent variable)
dan variabel bebas (independent variable),
dan juga diperlukan untuk pengujian hipotesis yang diajukan sebelumnya[14].Dalam
kaitannya dengan penelitian ini metode eksplanatori dimaksudkan untuk
menjelaskan pengaruh daya tarik obyek ziarah, infrastruktur dan fasilitas
terhadap harapan pengunjung serta dampaknya pada loyalitas pengunjung di obyek
ziarah Goa Maria Kerep Ambarawa Kabupaten Semarang.Untuk mengetahui pengaruh
yang dimaksud berikut digambarkan desain penelitian.
Gambar 1 Desain Penelitian
A. Sampel
Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah Quoted accidental sampling yaitu suatu cara
pengambilan sampel yang dilakukan secara sembarang (ditujukan kepada siapa saja
yang ditemui dilokasi) namun dibatasi jumlahnya. Dengan teknik ini, tidak semua
unsur atau anggota populasi diberi peluang yang sama untuk dipilih menjadi
sampel (Nonprobability sampling)[15].Dalam
penelitian ini maksud dari siapa saja adalah pengunjung Goa Maria Kerep yang
bisa dan bersedia untuk mengisi kuesioner.Distribusi normal akan tercapai
apabila jumlah sampel mendekati 100[16].
Untuk menentukan besarnya sampel yang akan digunakan
dalam penelitian ini digunakan rumus Slovin[17], Berdasarkan rumus kemudian ditentukan besarnya populasi yaitu jumlah pengunjung obyek ziarah
Goa Maria Kerep pada tahun 2009 yaitu 4.543 orang dengan batas kesalahan yang
masih dapat di toleransi adalah 10 persen.
n = 97,85
= 100 (dibulatkan)
Dari
perhitungan diatas dapat diketahui bahwa sampel yang akan diteliti sebanyak 100
responden.
B. Variabel, Definisi
Konsep dan Operasional
Variabel
|
Definisi
Konsep
|
Operasional
|
1
|
2
|
3
|
Kemasan Daya Tarik Obyek Ziarah
(X1)
|
Segala sesuatu yang menjadi sasaran ziarah
atau kegiatan / pertunjukan
|
1.
Pemandangan
alam
2.
Upacara
religius keagamaan
3.
Wisata
kuliner
4.
Kesakralan
5.
Keindahan
Taman
6.
Kemudahan
menuju lokasi
7.
Dekat
obyek wisata lain
|
Infrastruktur
(X2)
|
Segala bentuk sarana/prasarana
untuk memenuhi kebutuhan pengunjung
|
1.
Pengairan
2.
Jaringan komunikasi
3.
Sarana transportasi
4.
Jalan raya
5.
Penerangan
6.
Pembuangan
limbah
7.
Keamanan
|
Fasilitas
( X3)
|
Ketersediaan sarana/prasarana sebagai
pendukung kebutuhan pengunjung
|
1.
Tempat
informasi
2.
Ruang
pertemuan
3.
Tempat
penginapan
4.
Area
parkir
5.
Kamar
mandi
6.
Toko
souvenir
7.
Rumah
makan/warung
|
Harapan Pengunjung
(Y)
|
Harapanpengunjung
yakni suatu keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan menurut persepsi dan pandangan
pengunjung itu sendiri.
|
1.
Kesan yang didapat pengunjung
2.
Sesuatu yang diperoleh pengunjung
3.
Rekomendasi
|
Loyalitas Pengunjung
(Z)
|
Komitmen yang tinggi dari pengunjung
untuk berkunjung kembali di masa mendatang
|
1.
Komitmen
2.
Kunjungan ulang
3.
Proporsi kunjungan ulang
|
Skala pengukuran indikator dalam
penelitian ini menggunakan skala likert mulai dari yang terkecil yaitu sangat
tidak setuju diberi nilai/ skor 1 (satu) sampai dengan nilai terbesar yaitu
sangat setuju diberi nilai / skor 5 (lima).
C. Teknik Analisa Data
1.
Regresi
Linier Berganda
Analisis linier regresi
berganda digunakan untuk meramalkan keadaan (naik turunnya) variabel
dependen(kriterium), bila dua arah atau lebih variabel independennya sebagai
faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya) (Sugiyono,
2007:275).Dalam penelitian ini uji regresi ganda untuk melihat pengaruh kemasan
daya tarik obyek ziarah, infrastruktur dan fasilitas terhadap harapan
pengunjung serta loyalitas.
2. Analisis Jalur
Model analisis
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar
2 Model Analisis Jalur
Keterangan :
X1 = Kemasan daya tarik
X2 = Infrastruktur
X3 = Fasilitas
Y = Harapan pengunjung
Z = Loyalitas pengunjung
p = Path (jalur)
R =
Residual
Pada gambar 3.2 tersebut dapat
dijelaskan bahwa sebagai variabel dependen pada blok pertama dan kedua
masing-masing yakni Y dan Z. Selanjutnya model analisis tersebut dapat
dituliskan ke dalam dua bentuk persamaan yang merupakan hasil dari dua blok
analisis regresi ganda sebagai berikut :
(1) Y = py1.X1 + py2.X2 + py3.X3
+ pyr1
(2) Z = pz1.X1
+ pz2.X2+ pz3.X3 + pz.Y + pzr2
Dari kedua persamaan di atas serta
model analisis (gambar 3.2) menunjukkan bahwa model hubungan kausal dalam
penelitian ini bersifat satu arah.
VII.Analisis Deskriptif
Berdasarkan data yang diperoleh melalui angket terhadap
responden dapat disusun distribusi frekuensi sebagai berikut.
Tabel 1
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
No.
|
Variabel
|
Jalur
|
Besarnya
Pengaruh
|
Keterangan
|
|
Langsung
|
Tak
Langsung
|
||||
1
|
X1
ke Y
X2 ke Y
X3 ke Y
|
0,261
0,345
0,339
|
-
-
|
||
2
|
X1 ke Z
X2 ke Z
X3 ke Z
Y
ke Z
|
X1
–Y– Z
X2
–Y– Z
X3
–Y– Z
Y
– Z
|
0,216
0,312
0,186
0,287
|
0,062
0,090
0,053
|
L
>TL
L
> TL
L
> TL
|
Dari hasil analisis data sebagaimana ditampilkan pada
tabel 1 di atas dan dengan melihat gambar 2 dapat dijelaskan sebagai
berikut:
A.Pengaruh Kemasan Daya Tarik (X1) terhadap Loyalitas Pengunjung (Z)
Dari angka yang ada pada tabel 4.22diketahui pengaruh
langsung sebesar 0,216, sedangkan angka pengaruh tidak langsung sebesar 0,062
lebih kecil dari 0,216.Dapat disimpulkan bahwa pengaruh kemasan daya tarik terhadap
loyalitas pengunjung adalah pengaruh dominan langsung.
B.Pengaruh Infrastruktur (X2) Loyalitas Pengunjung
(Z)
Dari angka yang ada pada tabel 1diketahui pengaruh
langsung sebesar 0,312, sedangkan angka pengaruh tidak langsung sebesar 0,090
lebih kecil dari 0,312.Dapat disimpulkan bahwa pengaruh infrastruktur terhadap loyalitas
adalah pengaruh dominan langsung.
C.Pengaruh Fasilitas (X3) Loyalitas Pengunjung (Z)
Dari angka yang ada pada tabel 1diketahui pengaruh
langsung sebesar 0,186, sedangkan angka pengaruh tidak langsung sebesar 0,053
lebih kecil dari 0,186.Dapat disimpulkan bahwa pengaruh fasilitas terhadap loyalitas
adalah pengaruh dominan langsung.
D.Pembahasan
Dari analisis data diperoleh temuan-temuan yang
merupakan jawaban atas masalah-masalah penelitian dan pembuktian hipotesis
penelitian. Masalah pokok penelitian telah terjawab, yaitu kemasan daya tarik,
infrastruktur dan fasilitas berpengaruh
terhadap harapan pengunjung dan loyalitas pengunjung di Goa Maria Kerep
Ambarawa.
Selanjutnya diuraikan pembahasan hasil penelitian dengan
cara menafsirkan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel
terikatnya. Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel terikat,
yaitu harapan pengunjung dan
loyalitas pengunjung.
1. Pengaruh Kemasan Daya Tarik Terhadap HarapanPengunjung
Kemasan daya tarik Goa Maria Kerep Ambarawa yang menarik
seperti pemandangan alam yang indah, penyelenggaraan upacara keagamaan yang tertib
dan khidmad, kesakralan patung Bunda Maria, kebersihan dan keindahan taman
serta lokasi dekat dengan jalan raya dan berdekatan dengan obyek ziarah lain memberikan
harapan pengunjung. Kemasan daya tarik yang menarik tersebut
memberikan harapan bagi pengunjung Goa Maria Kerep Ambarawa sehingga pengunjung
mendapatkan kesan yang baik serta memenuhi harapannya kemudian pengunjung merekomendasikan
kepada orang lain.
2.
Pengaruh Infrastruktur Terhadap Harapan Pengunjung
Infrastruktur
yang ada di Goa Maria Kerep dapat memenuhi kebutuhan pengunjung seperti tersedianya
saluran air bersih, tong sampah yang cukup banyak , jaringan komunikasi, adanya penerangan pada malam hari, akses jalan masuk beraspal dan sarana
transportasi yang mudah serta sistem keamanan yang beroperasi selama 24 jam memberikan
harapan pengunjung. Infrastruktur yang
baik dan memenuhi kebutuhan pengunjung tersebut memberikan harapan bagi
pengunjung Goa Maria Kerep Ambarawa sehingga pengunjung mendapatkan kesan yang
baik dan terpenuhi harapannya kemudian pengunjung merekomendasikan kepada orang
lain.
3.
Pengaruh Fasilitas Terhadap Harapan Pengunjung
Fasilitas yang ada di Goa Maria Kerep dapat mendukung
kebutuhan pengunjung seperti tersedianya tempat informasi, ruang pertemuan,
penginapan , tempat untuk retret dan camping rohani, area parkir yang luas,
kamar mandi dan WC, toko souvenir dan warung makan yang menyediakan berbagai masakan
khas memberikan harapan pengunjung.
Fasilitas yang baik dan mendukung kebutuhan pengunjung tersebut
memberikan harapan bagi pengunjung Goa Maria Kerep Ambarawa, sehingga
pengunjung mendapatkan kesan yang baik serta memenuhi harapannya kemudian
pengunjung merekomendasikan kepada orang lain.
4.
Pengaruh Kemasan Daya Tarik Secara Langsung Maupun Tidak Langsung
Terhadap Loyalitas Melalui Harapan Pengunjung
Hasil ini didukung dari hasil pengisian kuesioner yang
dilakukan oleh responden yang memberikan pernyataan kemasan daya tarik dengan
indikator keindahan alam, upacara religius keagamaan, ketersediaan berbagai
masakan khas, adanya patung Bunda Maria, keindahan taman, kemudahan menuju
lokasi dan Goa Maria dekat dengan obyek ziarah lain
58% dalam kategori menarik. Kemasan daya tarik yang menarik tersebut
diatas memberikan kesetiaan, kunjungan ulang dan jumlah kunjungan ulang
atas pengunjung.
5.
Pengaruh Infrastruktur Secara Langsung Maupun Tidak Langsung
Terhadap Loyalitas Melalui Harapan Pengunjung
Hasil pengisian kuesioner variabel infrastruktur yang
dilakukan oleh responden yang memberikan pernyataan melalui indikator
ketersediaan saluran air bersih, jaringan komunikasi, penerangan, tong sampah
yang cukup banyak,sistem keamanan yang beroperasi 24 jam dan sarana transportasi serta akses jalan masuk
beraspal 50% dalam kategori memenuhi kebutuhan pengunjung. Terpenuhinya
kebutuhan pengunjung tersebut memberikan kesetiaan,
kunjungan ulang dan jumlah kunjungan ulang atas pengunjung.
6.
Pengaruh Fasilitas Secara Langsung Maupun Tidak Langsung Terhadap
Loyalitas Melalui Harapan Pengunjung
Kesimpulannya adalah bahwa kemasan daya tarik,
infrastruktur dan fasilitas terhadap harapan pengunjung memberikan kontribusi
sebesar 64,2%, sedangkan kemasan daya tarik, infrastruktur dan fasilitas
melalui harapan pengunjung terhadap loyalitas memberikan kontribusi sebesar
70,7%.
IX.Simpulan dan Saran
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Ada pengaruh kemasan daya tarik, infrastruktur, fasilitas terhadap harapan pengunjung di Goa Maria Kerep Ambarawa.
- Ada pengaruh langsung maupun tak langsung kemasan daya tarik, infrastruktu dan fasilitas terhadap loyalitas melalui harapan pengunjung. Namun demikian kemasan daya tarik, infrastruktu dan fasilitas berpengaruh dominan langsung terhadap loyalitas.
B.
Saran
1.
Dengan mengetahui bahwa kemasan daya tarik, infrastruktur, fasilitas dapat mempengaruhi harapan pengunjung
hendaknya pengelola Goa Maria Kerep Ambarawa memperhatikan ketiga variabel
tersebut kemudian dikaji lebih mendalam dan ditindaklanjuti sehingga dapat
memberikan harapan lebih besar kepada pengunjung.
2.
Dengan mengetahui bahwa kemasan daya tarik, infratruktur dan fasilitas
berpengaruh dominan langsung terhadap loyalitas dari pada harapan pengunjung,
maka pengelola Goa Maria Kerep Ambarawa hendaknya perlu juga memperhatikan
pembinaan penghayatan agama, motif berkunjung dan nilai religius terhadap calon
pengunjung mengingat ketiga hal tersebut mempengaruhi loyalitas pengunjung.
3.
Goa Maria dapat digunakan sebagai tempat pembinaan iman, karena jelas
dari hasil penelitian tersebut bahwa
motif berkunjung dan nilai religious lebih dominan, sehingga ada sinergi antara destinasi Goa Maria dengan
motif kunjungan yang diduga karena penghayatan iman umat.
4.
Memanfaatkan fasilitas yang disediakan Goa Maria untuk tujuan tersebut di atas, seperti : Retret,
Rekoleksi, Out Bond, Devosi, Pelajaran Agama, Perayaan Ekaristi, dll
C.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya menguji persepsi pengunjung Goa Maria Kerep
Ambarawa dengan menggunakan variabel kemasan daya tarik, infrastruktur dan
fasilitas.Hasil penelitian ini tidak bisa dipakai secara umum mengingat obyek
ini hanya memiliki segmen tertentu, yaitu pengunjung yang beragama Katolik.
Sehingga untuk variabel yang sama bisa berbeda hasil penelitiannya bila diterapkan
pada obyek ziarah umum. Selain itu,
dalam pemaparan ini, mengingat keterbatasan maka hasil penelitian ini pun tidak
disajikan secara lengkap.
Biodata Penulis
Damianus
Widihantara, S.Pd, M.Par, lahir di Yogyakarta, 28 September 1970, menempuh SD
Karitas di Yogyakarta lulus tahun 1983, SMP lulus tahun 1986, SMA lulus tahun
1989, lulus Sarjana Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma tahun
1998, dan lulus Pascasarjana Managemen Pariwisata Rohani STIEPARI Semarang
tahun 2010. Riwayat pekerjaan sebagai tenaga administrasi IKIP Sanata Dharma
tahun 1990-1993, tenaga animasi dan karya panggilan Komunitas Xaverian tahun
1997-1998, Guru SMA Bhineka Yogyakarta tahun 1997-1998, Guru SMA Negeri 8
Yogyakarta tahun 1997-1998, Dosen STKIP Widya Yuwana Madiun tahun 1998-1999,
Guru SMA Kebon Dalem Semarang tahun 1999-2005, Guru SMA Karangturi Semarang
tahun 1999-2000 dan tahun 2004-2005, Guru SMA Negeri 9 Semarang tahun 2006-sekarang,
Dosen Akademi Kimia Industri Semarang tahun 2010-sekarang. Diangkat PNS Bimas
Katolik sebagai Penyuluh Agama Katolik tahun 2005-2011, Penyelenggara Bimas
Katolik Kabupaten Pati tahun 2011-sekarang. Riwayat organisasi:
penggagasLembaga Pengembangan Media Pembelajaran Agama Katolik Provinsi Jawa
Tengah, penggagas Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran Agama Katolik Provinsi
Jawa Tengah, penggiat Yayasan Studi Bahasa Jawa Kanthil (YSBJ Kanthil), anggota
Dewan Pariwisata Indonesia dan anggota Persaudaraan Masyarakat Budaya Indonesia
(Permadani). Tinggal di Tembalang Pesona Asri Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.,
2004. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Jakarta,
Rineka Cipta,
Darmawijaya, St, 2003, Gua Maria Kerep Ambarawa,
Semarang, Tim Pengelola GMKA
Dharmesta,B.S., 1999, Loyalitas Pelanggan : Sebuah
Kajian Konseptual Sebagai Panduan Bagi Peneliti. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia, Vol. 14 No. 3h.
E.A. Chalik,, 1992. Dasar – Dasar Pengetahuan
Pariziarah, Jakarta; Yayasan Bakti, Membangun.
Edmund Bachman, PhD, 2005, Metode Belajar Berpikir Kritis
dan Inovatif, Jakarta, Prestasi Pustakaraya
Gamal Suawantoro, 2004.Dasar – Dasar Pariziarah,
Yogyakarta, Andi.
Herman Musakabe, 2006, Bunda Maria Pengantar Rahmat
Allah, Bogor, Citra Insan Pembaru.
Oka A. Yoeti, Pengantar Ilmu Pariziarah, Bandung ;
Angkasa, 1984.
Oka A. Yoeti, 1990. Pengantar Ilmu Pariziarah,
Bandung ; Angkasa.
Oka A. Yoeti, 1995. Perencanaan dan Pengembangan Pariziarah,
Jakarta; PT Pradnya Paramita.
Oka A. Yoeti, 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariziarah,
Jakarta; PT Pradnya Paramita, 1997.
Pendit, Nyoman S, 1999. Ilmu
Pariziarah Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta, PT. Pradnya Paramita,
1999.
Soewarno, B. 1987.Metode Kuantitatif dalam
Penelitian Ilmu Sosial dan Pendidikan.Jakarta : Depdikbud, Dirjen Dikti
P2LPTK
Spilane, James, J, 1993, Ekonomi Pariziarah, Sejarah dan
Prospeknya. Yogyakarta, Kanisius.
Lampiran
DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN
Petujuk Pengisian
Untuk pernyataan–pernyataan berikut ini, Bapak /
Ibu / Saudara / i saya
persilahkan untuk memberikan jawaban dengan cara mengisi tanda (Ö) pada salah satu alternative pilihan yang
telah disediakan.
STS: ( Sangat Tidak Setuju)
TS: ( Tidak Setuju)
CS: ( Cukup Setuju)
S: ( Setuju)
SS
: (
Sangat Setuju)
No
|
Pernyataan
|
Penilaian
|
||||
STS
|
TS
|
CS
|
S
|
SS
|
||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
Variabel Kemasan Daya Tarik ( X1 )
|
||||||
1.
|
Pemandangan alam yang ada di obyek Goa
Maria Kerep terlihat indah
|
|||||
2.
|
Upacara Keagamaan (Misa, Novena, dll)
yang di selenggarakan di Goa Maria tertib dan khitmad
|
|||||
3.
|
Di Lokasi Obyek Goa Maria Kerep tersedia obyek wisata kuliner.
|
|||||
4.
|
Patung Bunda Maria yang ada di Goa Maria Kerep memberikan suasana
sakral
|
|||||
5.
|
Taman yang ada
di lokasi obyek Goa Maria Kerep bersih, sehingga memberikan nuansa damai dan
indah bagi pengunjung
|
|||||
6.
|
Lokasi Goa Maria Kerep dekat dengan jalan raya menuju Semarang - Yogyakarta dan Semarang – Solo sehingga mudah dijangkau
|
|||||
7.
|
Lokasi Goa Maria Kerep berdekatan dengan obyek wisata lain,
sehingga bisa sekaligus berkunjung ke obyek wisata lain
|
|||||
Variabel Infrastruktur (
X2 )
|
||||||
1.
|
Tersedianya saluran air bersih di Goa Maria Kerep untuk memenuhi
kebutuhan pengunjung
|
|||||
2.
|
Tersedianya hot spot dan wartel di Goa Maria Kerep untuk memenuhi
kebutuhan pengunjung dalam hal komunikasi
|
|||||
3.
|
Tersedianya sarana angkutan umum menuju lokasi Goa Maria Kerep
selama 24 jam
|
|||||
4.
|
Akses jalan yang beraspal menuju lokasi Goa Maria Kerep memberikan
kemudahan bagi pengunjung
|
|||||
5.
|
Tersedianya penerangan pada malam hari sehingga tidak gelap bila
berkunjung malam hari
|
|||||
6.
|
Tersedianya tong sampah dalam jumlah yang cukup ditempatkan di
lokasi Goa Maria Kerep
|
|||||
7.
|
Pos keamanan di lokasi Goa Maria Kerep beroperasi selama 24 jam
dan satpam berkeliling setiap saat
|
|||||
Variabel Fasilitas (X3)
|
||||||
1.
|
Tersedianya tempat informasi di lokasi Goa Maria Kerep untuk
mendukung kebutuhan pengunjung dalam mencari informasi tentang Goa Maria
Kerep
|
|||||
2.
|
Goa Maria Kerep menyediakan ruang pertemuan yang dapat menampung
300 orang
|
|||||
3.
|
Tersedia penginapan bagi pengunjung dari luar kota atau yang ingin menginap sementara
waktu
|
|||||
4
|
Goa Maria Kerep menyediakan tempat untuk kegiatan keagamaan
seperti retret, rekoleksi, outbond dan camping rohani
|
|||||
5.
|
Tersedianya area parkir yang cukup luas di obyek Goa Maria Kerep
|
|||||
6.
|
Tersedianya kamar mandi dan WC dalam jumlah yang cukup banyak dan
mudah dijangkau
|
|||||
7.
|
Tersedianya toko souvenir yang menyediakan berbagai macam jenis
barang bawaan
|
|||||
8.
|
Tersedianya warung makan yang menyediakan berbagai macam masakan
khas
|
|||||
9
|
Tersedianya Ruang PPPK sehingga memudahkan perawatan bagi yang
mengalami gangguan kesehatan saat berkunjung
|
|||||
Variabel Harapan Pengunjung (Y)
|
||||||
1.
|
Setelah saya menyaksikan Obyek Goa Maria Kerep dengan keindahan
tamannya menjadikan saya merasa terkesan.
|
|||||
2.
|
Harapan saya terpenuhi setelah berkunjung di Goa Maria Kerep Ambarawa.
|
|||||
3.
|
Segala fasilitas yang ada di obyek Goa Maria Kerep Ambarawa sesuai
dengan harapan saya.
|
|||||
4.
|
Segala infrastruktur yang ada di obyek Goa Maria Kerep Ambarawa
sesuai dengan harapan saya.
|
|||||
5.
|
Segala daya tarik yang ada di obyek Goa Maria Kerep Ambarawa
sesuai dengan harapan saya.
|
|||||
6.
|
Setelah berkunjung di Goa Maria Kerep
Ambarawa, saya merasa puas dan kemudian merekomen-dasikan/memberikan
informasi kepada orang lain.
|
|||||
Variabel Loyalitas (Z)
|
||||||
1.
|
Keinginan saya untuk berkunjung kembali ke Goa Maria Kerep
Ambarawa sangat kuat
|
|||||
2.
|
Keindahan taman Goa Maria Kerep telah menambah kepercayaan saya
untuk berkunjung kembali
|
|||||
3.
|
Saya selalu berkunjung ke Goa Maria Kerep Ambarawa untuk mencari
ketenangan batin
|
|||||
4.
|
Saya sering berkunjung ke Goa Maria Kerep Ambarawa ini setiap hari
libur
|
|||||
5
|
Saya selalu mengikuti upacara keagamaan (misa/novena) di Goa Maria
Kerep setiap minggu ke II setiap bulan
|
|||||
6.
|
Bila berkunjung ke Goa Maria Kerep saya selalu menginap minimal
satu malam
|
[1]
Disampaikan dalam Seminar Pendidikan Guru Agama Katolik Se JawaTengah pada
tanggal 28 Juni 2012 di Hotel Plaza Semarang.
[2]Penulis
adalah Guru Pendidikan Agama Katolik pada SMAN 15 dan SMKN 11 Semarang
[3]Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
[4]Disarikan dari Djamarah, Syaiful
Bahri, 2007.
[5]Syaiful Bahri Djamarah, 2000, Psikologi
Belajar, Bandung, Bumi Aksara.
[6]Syaiful Bahri Djamarah, 2000, Psikologi
Belajar, Bandung, Bumi Aksara.
[7]Ibid
[8]Daradjad,
1985, dalam Djamarah, Syaiful Bakri , 2000.
[9]Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
[10]Ibid
[11]Sebuah
peneletian kualitatif di Goa Maria Kerep Ambarawa Kabupaten Semarang
[12]Penulis
adalah pemerhati pendidikan, budaya dan wisata religi.
[13]Pendit, 1999: 18-27
[14]Singarimbun ,1993:3
[15]Sugiyono,
2003:16
[16]Gujarati,
2003:48
[17]Slovin,
1993:107
Dewan Redaksi:
Pelindung :
Agustinus Sukaryadi
Penanggungjawab : Bonifasius Deny Yuswanto
Pemimpin Redaksi
: Eduardus Endy Widyarsoro
Redaksi
Pelaksana :
Damianus
Widihantara
Hendrikus
Suyatno
Nicolaus Budi
Hartana
Administrasi :
Agustinus Joko
Budi Santosa
Herman Laurens
Ulmasembun
Alamat redaksi:
Tembalang Pesona Asri M/19 Semarang
Email
:forumgurukatolik@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar