Artikel,



Menjadi Orang Tua Dalam Dunia Media


PENGANTAR

“Tidak ada yang tetap kecuali perubahan itu sendiri” demikian pernyataan Herokletos, seorang filsuf Yunani, pada abad ke 5 SM.  Setiap hal yang masuk dalam ruang dan waktu masuk dalam dinamika perubahan ini. Tidak perduli daripada asalnya perubahan itu, entah dari sebab akibat, perubahan itu membawa kita pada perubahana-perubahan yang lain. Zaman kita berubah, lingkungan kita berubah, dan ketika lingkungan kita berubah, kitapun juga berubah. Manusia sebagai agen kehidupan dalam dirinya sendiri tidak bisa hidup jika tidak berubah dan mengadakan perubahan.
Pada masa kita, perubahan terutama disebabkan oleh aneka gelombang yang disebut dengan Globalisasi “Kita menuju dunia dan dunia menuju kita”. Globalisasi ini didukung oleh media yang disebut Media Massa dengan aneka macam tehnologi baru. Dengan globalisasi membuat aneka pemikiran, ideologi, nilai-nilai yang parsial dan tenggelam dalam sejarah dapat muncul kembali, yaitu gerakan new ages.  Kita sudah jauh meninggalkan tradisi oral yang berlaku dalam lingkup kecil. Kitapun sudah melampui media elektronik yang membuat kita hanya mampu memberikan informasi secara terbatas, tetapi sekarang kita memasuki budaya digital, dan semua hal bisa dimasukkan dalam satu klik dan telapak tangan.
Globalisasi dan Teknologi Komunikasi telah merubah institusi-institusi tradisional: seperti keluarga, sekolah, agama, komunitas dan peer group menjadi lemah pengaruhnya dalam hidup individu.  Sementara hidup orang semakin dipengaruhi dan dibentuk oleh dengan Mass Media, Teknologi Baru dan pengaruh Globalisasi. 

PERUBAHAN INSTITUSI KELUARGA DALAM GLOBALISASI-TEKNOLOGI MEDIA
Di dalam hidup berkeluargapun, hal yang sama terjadi. Di tempo dulu, hampir semua pengambilan keputusan menjadi hak prerogatif keluarga. Keputusan itu menyangkut banyak hal: makanan, pakaian, tempat tinggal, kerja, aturan, nilai yang ada dalam keluarga. Pada waktu itu keluarga memang menjadi lembaga yang tak tergantikan.  Namun demikian sejak awal revolusi perancis dan revolusi industri di Jerman (Eropa), keluarga menjadi korban dari perubahan sosial ini. Sistem ekonomi-industri yang tercipta dari perubahan jaman telah merubah arah hidup sosial, dan menjadikan keluarga menjadi pengambil keputusan yang terlemah, bahkan keluarga diperhitungkan setelah ekonomi-pekerjaan.  Waktu-waktu kebersamaan bersama keluarga berkurang dan berganti dengan situasi orang tua yang bekerja ‘melampai batas waktu’. Dan bukan hanya itu, orang tua menekan anak-anak dengan berbagai macam beban dengan alasan mempersiapkan mereka di masa dan secara tidak sadar memandang mereka sebagai aset ekonomi.
            Selain menjadi rantai telemah, keluarga-rumah kita sudah menjadi tempat bersarangnya media. Di setiap rumah dapat kita jumpai aneka media dan budaya global ini.  Kita memilih Koran, tabloit, majalah tertentu yang sesuai dengan minat kita. Kita mempunyai Radio, TV, CDs, VCDs & DVDs. Dan hampir setiap orang memiliki lebih dari satu Hand Phone & sekarang ini di Indonesia baru booming BB (Blackberry). Dan dengan kemudahan dan kemurahan, setiap keluarga yang paling sederhanapun sudah mengenal komputer, komputer Game, dan beberapa sudah mempunyai iPhones, iPods and  podcasting iPad. Orang berlomba untuk menanti dan memburu produk-produk teknologi yang baru, sementara yang lamampun mereka belum bisa menggunakannya secara maksimal.  Lingkungan keluarga ini, menjadi tanda dari cara hidup masyarakat yang lebih luas.

KUATNYA TELEVISI SEBAGAI MEDIA - KELUARGA
            Hampir seluruh keluarga mempunyai sarana komunikasi yang disebut sebagai televise. Televisi menjadi sangat popular dalam keluarga karena beberapa alasan: Televisi memberikan Hiburan yang menyegarkan, memberikan Informatif dan berita baru, televise memberi sentuhan sensorial yang membangkitakan selera dengan melihat dan mendengar, memberikan sesuatu secara instan dan bersifat global. Sehingga tidak mengherankan jika televise bagi anak-anak dalam keluarga menjadi orang tua ketiga setelah kedua orang tua mereka. T
Bahkan bukan hanya itu. Televisi juga menyediakan tempat bagi ekpresi hidup seseorang dan memberi orang nilai-nilai hidup serta dapat dijadikan sebagai referensi perilaku. TV bukan hanya menjadi orang tua tetapi juga menjadi guru agama baru bagi banyak orang.  Bagi banyak keluarga  keluarga, televisi menjadi altar keluarga, orang tua, guru, dan bahkan Tuhan sendiri. Bagi mereka yang kesepian dan sendirian, TV menjadi guru dan sahabat sejati yang setia menemani. Tinggal memilih chanal, orang sudah bisa menemuka apa yang dicarinya.
            Televisi membuat kita secara terus menerus menjadi masyarakat yang dimediakan. Mengapa? Karena televisi merekronstruksi kenyataan secara singkat, jelas, padat dan kadang tidak seperti yang terjadi sesungguhnya. Yang ditayangkan sudah dinarasikan dengan cara pandang tertentu. Maka tidak mengherankan bahwa karena kita tidak tahu kenyataan yang ditanyangkan dan informasi kita terbatas dari televise, maka penilaian dan cara padang kita juga terbatas. Sementara apa yang tidak disajikan oleh televisi, tak mampu kita tangkap dan kita lalaikan.
Media masa seperti televisi ternyata mempengaruhi kita dalam: Apa yang kita makan, Apa yang kita minum, Apa yang kita kenakan, Bagaimana kita membau, Apa yang kita pikirkan, Hidup seperti apa yang kita cari. Hidup kita, keluarga kita, masyarakat kita dibentuk oleh televise.

Dampak dari menonton tv terlalu banyak
         Anak-anak yang menonton TV lebih dari 4-5 jam, merosot nilainya dibanding yang kurang menonton.
         Menonton TV menghilangkan keinginan dan kemampuan untuk membaca.
         Kekerasan dalam TV termasuk kartun meningkatkan agreasi anak.
         TV tidak merangsang kemampuan dan ketrampilan berbicara
         TV membuat kesadaran anak yang terbuka pada usia 3th menjadi terbeban.
         Semakin menonton TV anak akan merasa hidup itu akan menjadi lebih berat.

Dampak  Iklan di TV
         Iklan2x mempunyai kosa kata yang kemudiaq\an diadopsi anak dan pilihan anak atas makanan.
         Anak-anak kecil lebih menyukai iklan dari pada program-program.
         TV mengajari sex untuk dijual
         Menambah gaya hidup yang tidak wajar dan perasaan rendah diri.
         Menambah gaya hidup konsumeris.
         Menjual ‘nilai’ untuk mempromosikan produk.



HIDUP DALAM DUNIA GLOBAL (INTERNET)
Abad kita merupakan abad internet. Internet merupakan jaringan raksasa yang mampu menghubungkan orang dengan aneka informasi di seluruh dunia. Bersama dengan hp, internet telah mengubah cara kita berkomunikasi, menjalin persahabatan, dan diwarnai dengan hiburan dan informasi. Penggunaan internet di Asia - Pasifik tumbuh 10% setiap tahunnya. Ada lomba untuk menguasai internet diantara para pengusaha dan organisasi multinasional.
Internet menyediakan banyak hal yang kita butuhkan, lebih dari televise yang sekedar kita tonton saja. Tetapi internet membuat kita mampu untuk ikut ambil bagian dalam share banyak hal. Kita ikut aktif didalamnya. Selain memberikan banyak hal yang positif, internet juga diwarnai oleh : pornografi, judi, pencucian uang, hacker, program bajakan, iklan-iklan yang tak terkontrol dll.
Hampir di setiap ruang kantor, ruang kerja, tempat-tempat publik, restoran, café tersedia internet yang bisa diakses kapanpun juga. Dengan fasilitas BB, orangpun dengan mudah menempatkan dunia hanya cukup di dalam saku saja. Segalanya sudah ada dalam sebuah alat kecil yang disebut dengan bb atau I phone.

TREND  KONSUMERISME
Kita juga sekarang tenggelam dalam budaya Konsumerisme dimana hidup direduksi adalah ukuran rupiah/uang. “Success is money and wealth”. Budaya ini dipromosikan melalui produk-produk bermerk.  Dalam system konsumerisme ini, pasar adalah segala-galanya. Sistem kapitalisme global berdasar pada konsumsi yang terus menerus.  Konsumsi muncul karena kebutuhan akan barang-barang itu diciptakan.  Keinginan akan ‘barang2x’ diciptakan oleh Mass Media. Mass Media dan Bisnis berjalan bersama. Dan untuk membeli barang kita perlu bekerja lebih keras.  Ketika pendapatan tidak cukup, kita perlu kredit card. Satu tidak cukup, tutup dengan yang lain.  Inilah yang dinamakan lingkaran setan konsumerisme. Semakin mengkonsumsi justru kita semakin lapar.

Di dalam tren kosumerisme terjadi perubahan nilai dari nilai keluarga menjadi nilai masyarakat
         Being                          è                   Having
         Sederhana                  è                   Besar
         Cinta                           è                  Sex
         sia/Bijaksana             è                   Muda
         Kebutuhan                 è                   Keinginan
         Lokal                           è                   Import
         Kerjasama                  è                   Persaingan
         Produk                       è                   Paket
         Berpusat pd OL         è                   Berpusat pd diri
         Menghemat                è                   menggunakan
         Jujur                            è                   penyelewengan
         Spiritual                      è                    Material

Jikalau kita terlena dan terseret oleh media, dengan tidak sadar kita sudah masuk dan hidup dalam suatu cara pandangan hidup yang berciri: Konsumsi yang tak terkendali, Narcis  dan Hedonis . Dan menurut Paus Yohanes Paulus ke II, konsumerisme ini membawa kita pada budaya Kematian.
Dan perlu digarisbahi bahwa menjadi korban pertama dari media ini adalah anak muda sebagai pengguna terbanyak.
KELUARGA MENGONTROL MEDIA???
Menjadi pertanyaan bagi kita adalah bagaimana mengontrol media. Secara umum ada beberapa sikap yang perlu diambil yang secara global dapat dikatakan bahwa kita perlu mengawasi dan bersikap bijak, yang Nampak dalam hal-hal:
         Sadar akan Mass Media dan Technologi Komunikasi yang baru.
         Mengenal dampak Globalisasi atas Politik, Ekonomi dan Kenyataan Sosial.
         Menempatkan Perkembangan hidup dengan konsumsi yang wajar.
         Mengambil alih kembali hak dan tanggungjawab kita sebagai orang tua, guru, dan religius.

Apa yang dapat kita lakukan secara praktis di rumah-keluarga kita?
         Menanamkan sikap disiplin dalam menggunakan media
         Mengadakan perayaan yang bermakna dan menyentuh hidup
         Menjaga keseimbangan habitus konsumsi
         Mengadakan kegiatan fisik untuk anak-anak sehingga anak-anak melihatnya sebagai suatu keutamaan.
         Menciptakan waktu bersama yang cukup satu sama lain. Doa keluarga, makan bersama.dll
Hal selanjutnya secara lebih detail, apa yang dapat dilakukan terhadap anak-anak yaitu dengan  Mengatur waktu nonton TV
         Anak-anak di bawah 2 tahun tidak seharusnya nonton TV      (American Academy of Pediatrics)
         Anak 3 tahun ke atas – batasi nonton TV (termasuk internet dan games max 2 jam sehari)
         Review program yang akan dilihat apakah layak atau tidak.
         Tempatkan TV di ruang keluarga. Jangan tempatkan TV di luar makan atau ruang anak-anak.
         Bicarakan penggunakan Media dan tempatkan media di tempat dimana anak-anak dapat melihat.
         Tonton TV dengan anak-anak dan bicarakanlah.
Mengopi Iklan TV (Ads)
         Bantu anak-anak membedakan mana yang tambahan mana yang program
         Tunjukan kepada anak-anak bagaimana TV bekerja dan menciptakan produk yang membuat kita ingin.
         Bantu anak-anak untuk menghargai nilai non material – seperti berkunjung ke tempatnya kakek, piknik bersama, kegiatan sosial dll.
         Usahakan TV tidak mempunyai sarana komersial.
         Hati-hatilah akan mainan yang terkait dengan program TV, khususnya kekerasan. Belikan anak-anak mainan tanpa kekerasan.
         Bermainlah bersama anak-anak.

Beberapa kesempakatan keluarga soal internet
         Aku tidak akan mengisahkan di Internet nama komplit, alamat, nomort tilpun dan nama sekolahku.
         Saya akan mengingatkan bahwa beberapa orang yang ada di internet yang mengaku orang dwasa bisa saja dia itu adalah anak-anak.
         Aku tidak akan bertemu dengan orang teman chat yg kukenal kalau tidak berada di tempat publik dan selalu mengajak orang tua atau sahabatku.
         Aku tidak mengirim pesan atau menjawab pesan yang tidak kumengerti dan tidak dimaksudkan untukku.
         Aku akan segera berhenti jika aku merasa janggal dan tidak nyaman, seakan-akan ada yang mengontrol aku.
         Aku tahu bahwa penggunaan internet dapat membuatku ketagihan, maka dari itu aku harus menggunakan internet dengan tetap sadar bahwa ada banyak hal yang harus kulakukan selain dengan internet.

Di Sekolah…
         Membuat Pendidikan Media menjadi kurikulum sekolah (UN recommendation)
         Sadar media, program media pendidikan suntuk semua guru.
         Guru-guru banyak berceritera, termasuk menceritakan hidup mereka sendiri kepada anak untuk melihat bahwa relasi pribadi dan langsung sebagai suatu nilai.
         Membuat murid-murid bersenteuhan dengan lembaga media dan bagaimana mereka mengelola media, supaya mampu melihat mana yang real dan mana yang ditayangkan.
         Membuat Forum Media
         Merayakan Hari Komunikasi Se dunia. (Minggu sebelum Pentakosta)

Di Paroki…
         Pertemuan-pertemuan Gerejawi
         Homili yang relevan dan menarik, menggunakan media.
         Pendampingan Iman dan relasi personal.
         Aktivitas Gereja yang menarik dan melibatkan kemampuan fisik.
         Media Komunikasi di paroki.
         Gereja Ekumenes dan Antar Iman.
         Program sadar media untuk para imam, religius, orang dan anak-anak.

Menggarisbawahi pentingnya pendidikan media, Paus kita mengatakan bahwa : “Gereja itu sendiri, dalam terang keselamatan yang dipercayakan kepadanya,  Adalah guru kemanusiaan.  Seharusnya program Edukasi Media di sekolah dan di paroki menjadi tempat yang paling utama.” Pope Benedict XVI in Deus Caritas Est)


Dalam Komunitas…
         Terlibat dalam aktivitas monitoring media
         Berbicara dan menulis isu-isu tentang media
         Membuat program-program lokal yang yang beorientasi pada keluarga.
         Bekerja di tingkat dunia, membuat jaringan sosial berkaitan dengan tema-tema yang bermanfaat.











PENUTUP
Inilah beberapa hal yang perlu diperhitungkan oleh orang tua dalam mendidik anak-anak untuk cerdas terhadap media. Ada banyak hal yang tidak disampaikan di sini, terutama sharing pribadi pasangan suami isteri dan anak terhadap penggunaan media dalam kehidupan keluarga mereka. Namun karena terbatasnya waktu, maka diberikan secara sederhana contoh-contoh kongret yang bisa menjadi bahan referensi dan sekaligus pengendapan. Semoga mampu memberikan inspirasi bagi suatu perubahan.





Disampaikan dalam Orientasi Guru Agama Katolik SMA/K
Tanggal 4-6 Oktober 2010, di Pusdiklat BKK Semarang

Oleh
Lembaga Pengembangan Media Pembelajaran Agama Katolik (LPMPAK)
Provinsi Jawa Tengah

Tidak ada komentar: